Trump Serang FBI soal Investigasi Rusia
FBI mencurigai hubungan Trump dan Rusia sejak 2016, investigasi dibuka kembali setelah Trump memecat Direktur FBI James Comey. Panel Komite Peradilan di DPR akan kembali menggelar masalah ini.
WASHINGTON, SABTU Presiden Amerika Serikat Donald Trump melancarkan serangan terhadap Biro Penyidik Federal AS (FBI) dan terhadap mantan direktur FBI yang sudah dia pecat. Dewan Perwakilan merencanakan menelusuri sejauh mana kaitan sikap presiden dengan pemecatan James Comey.
Menghangatnya polemik tentang keterlibatan tim kampanye Trump dengan Rusia kembali mencuat setelah pada hari Jumat (11/1/2019) harian New York Times (NYT) melansir berita bahwa FBI sudah mencurigai hubungan Trump dengan Rusia ketika kampanye pada 2016.
Namun, tulis NYT, badan investigasi ini menahan untuk tidak membuka penyelidikan sampai kemudian terjadi pemecatan terhadap James Comey karena menolak berjanji kepada Trump untuk menghentikan investigasi Rusia yang baru dijalankan.
Dengan kalimat cukup pedas, Trump menulis serangkaian kicauan dalam akun Twitternya, ”Wow, saya baru mengerti New York Times yang segera ambruk bahwa mantan pimpinan FBI yang korup, hampir semua dipecat atau dipaksa keluar karena alasan-alasan yang sangat buruk, membuka lagi investigasi terhadap saya tanpa alasan dan tanpa bukti setelah saya memecat si pembohong James Comey, sebuah kebatilan menyeluruh”.
Menurut Trump, FBI dalam keadaan sangat kacau karena kepemimpinan Comey yang parah serta caranya menangani investigasi terhadap Hillary Clinton yang telah menggunakan server pribadi untuk surat-surat elektronik pemerintah.
Trump, yang dikenal senang mengolok-olok, lebih lanjut lewat Twitter mengemukakan kepuasannya saat memecat James Comey pada Mei 2017. ”Pemecatan saya terhadap James Comey merupakan hari besar bagi Amerika”, tulis Trump yang menyebut Comey dengan ”seorang polisi bajingan yang dilindungi total dengan kawan baiknya, Bob Mueller”.
Campur tangan Rusia terhadap pemilihan presiden AS menjadi masalah yang sudah lama mengemuka dan terus bergulir. Ketua tim penyelidik kasus ini, Robert Mueller, sudah menghabiskan waktu 20 bulan untuk menangani masalah ini.
Sebanyak 33 orang telah dijadikan tersangka, kebanyakan adalah warga negara Rusia serta sejumlah warga AS, termasuk mantan pengacara Trump, Michael Cohen, dan mantan manajer kampanye Paul Manafort.
Cohen sudah dijatuhi hukuman tiga tahun untuk sejumlah tuduhan. Satu lagi petinggi yang dituduh terlibat adalah Michael Flynn, mantan penasihat keamanan nasional. Flynn yang sudah mengundurkan diri mengaku bersalah terkait hubungan dengan Rusia.
Telepon genggam Cohen menunjukkan dia berada dekat Praha pada musim panas 2016. Cohen ditengarai bertemu dengan pejabat Rusia. Pengacara yang akan didengar kesaksiannya di Kongres, 7 Februari mendatang, itu bersikukuh, dia tidak pernah ke Praha. Namun, dia menambahkan, ”#Mueller mengetahui semuanya!” Mueller sendiri yang diangkat sebagai ketua tim penyidik setelah pemecatan Comey tidak memberi komentar tentang investigasi yang dilakukan timnya.
Comey membalas cuitan Trump dengan kalimat mengutip mantan Presiden Franklin Delano Roosevelt, ”Saya meminta Anda untuk menghakimi saya oleh musuh yang telah saya buat”.
Comey dipecat Trump pada Mei 2017. Belakangan, mantan direktur FBI itu mengaku, dia beberapa kali ditelepon dan dipanggil Trump serta diminta menghentikan penyelidikan tentang keterkaitan Trump dengan Rusia pada masa kampanye pilpres.
DPR bergerak
Munculnya berita di harian NYT mendorong DPR untuk kembali melihat kasus ini. Ketua Komite Kehakiman DPR Jerrold Nadler mengatakan, panel segera mengambil langkah agar bisa memahami tindakan presiden dan respons FBI terhadap sikap presiden.
”Tidak ada alasan keraguan atas profesionalisme FBI sebagaimana presiden beraksi terhadap masalah ini,” kata Nadler.
Ketua Komite Intelijen DPR Adam Schiff tidak memberi komentar spesifik terhadap berita NYT. Namun, dia mengatakan, komite yang dipimpinnya ke depan akan terus maju terkait penyidikan atas kontak-kontak Trump terhadap Rusia.
”Kontra intelijen khawatir terhadap mereka yang berhubungan dengan kampanye Trump, termasuk presiden sendiri, yang telah menjadi fokus investigasi kami sejak awal,” kata anggota DPR asal Demokrat ini.
Schiff mengatakan, pertemuan-pertemuan, kontak, dan komunikasi kantor Trump dengan orang-orang Rusia, juga kebohongan tentang interaksi dan pernyataan presiden sendiri serta tindakannya, telah meningkatkan kebutuhan untuk membuktikan ke mana arah semua itu.
Dalam wawancara dengan Fox News, Trump menyangkal menyembunyikan sesuatu saat bertemu dengan Vladimir Putin di Hamburg pada 2017. ”Jika Anda tanya orang Rusia, saya yang paling keras terhadap Rusia dibandingkan siapa pun,” kata Trump kepada Fox News. (AFP/AP/REUTERS/RET)