Wali Kota Manado: Jangan Malu Belajar dari Kota Lain
Meski letaknya hampir 2.200 kilometer dari ibu kota negara, Kota Manado, Sulawesi Utara, berhasil maju dengan segala pengembangan inovasi dan tata pembangunan kota yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tentu, semua demi tercapai kesejahteraan warganya.
Bagi Wali Kota Manado Vicky Lumentut, kuncinya adalah kemauan untuk belajar. Dia menyebut, keberhasilan Pemkot Manado meraih berbagai penghargaan tak lepas dari kemauan pemerintah dan masyarakatnya untuk belajar dari kota-kota maju lain, seperti Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta.
Ini menunjukkan antarpemerintah daerah harus saling berbagi semangat keberhasilan agar terus berkembang dan melahirkan kemajuan pembangunan bersama bagi kehidupan bangsa.
Baca juga: Penghargaan bagi 12 Kota Cerdas
Berikut wawancara Harian Kompas dengan Vicky ketika dia mewakili kotanya meraih penghargaan sebagai Kota Cerdas 2018 untuk kategori "Kota Sedang" yang digelar oleh Penelitian dan Pengembangan Harian Kompas, pada Rabu (9/1/2019) di Jakarta.
Apa arti penghargaan ini bagi Anda?
Selama tahun 2018, kami, warga kota Manado, telah mendapatkan 21 penghargaan. Penghargaan (IKCI 2018) ini menjadi kado awal tahun bagi kami. Ini sebagai buah dari kerja keras kami. Kami bangga, tetapi sekaligus tantangan bagi kami untuk terus meningkatkan kerja kami, pelayanan kami kepada masyarakat.
Saya berkali-kali menyampaikan kepada aparatur kami, mari bekerja untuk kepentingan masyarakat. Program-program kami untuk gimana memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat. Jadi berikanlah yang terbaik. Tapi ketika itu dinilai (baik oleh luar), itu adalah bonus. Jadi bukan target kami untuk itu, target kami adalah gimana menjawab kebutuhan masyarakat lewat kerja pelayanan dari pemerintah.
Apakah ada nilai khusus dengan perolehan penghargaan ini dibanding dengan penghargaan lainnya?
Saya bangga karena artinya apa yang saya canangkan pada RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2016-2021, periode kedua saya, dengan visi "Manado Cerdas", berarti on the track. Sesuai dengan nilai dari penghargaan Kota Cerdas ini.
Jadi, kami memang sedang mengarah kepada visi kami itu, "Manado Cerdas". Yang pada dasarnya, semua (pelayanan) mengarah kepada makin lebih nyaman, efisiensi waktu, dan bisa dipenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakatnya. Kami memberi layanan kesehatan, toleransi, kami merangkul semua rohaniawan.
Menurut Anda, apa yang membuat program bapak layak menerima penghargaan ini?
Yang jadi unggulan sekarang ini Cerdas Command Center (C3) Manado. Kami mempunyai tempat untuk mengendalikan program-program kota. Ada program Clue, yang saya pelajari dari aplikasi di Jakarta. Jadi untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat setiap saat, apakah ada jalan yang rusak, sampah belum diangkut, gangguan kriminalitas. Secepat itu mereka menyampaikan kepada pemerintah melalui aplikasi itu. Mereka sampaikan dan secepat itu pula kami akan respon atas keluhan yang disampaikan.
Yang jadi unggulan sekarang ini Cerdas Command Center (C3) Manado. Kami mempunyai tempat untuk mengendalikan program-program kota. Ada program Clue...untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat setiap saat, apakah ada jalan yang rusak, sampah belum diangkut, gangguan kriminalitas.
Baca juga: Pemerintah Kota Dituntut Menghadirkan Solusi
Kemudian, untuk memantau kota, kami juga punya CCTV (closed circuit television atau kamera pengawas), bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk kegiatan pengamanan kota. Jadi, itu untuk meminimalisir gangguan keamanan. Lalu juga ada, layanan kedaruratan, sakit, kebakaran, dan bencana.
Jadi Anda belajar dari perkembangan kota lain, bisa tolong diceritakan prosesnya?
Waktu ikut pertemuan antar-pemerintah kota, periode lalu, saat saya jadi Kepala Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia, saya mendengarkan banyak kerja-kerja terbaik dari teman (kepala daerah) lain. Saya minta, boleh enggak saya pinjam itu.
Jakarta saya ambil aplikasi Clue, lalu Bandung juga saya minta program CCTV, Surabaya juga saya minta save community-nya, dan Yogya saya ambil laporan akuntabilitas kinerja. Empat program ini saya ramu menjadi satu. Jadi ada empat (keberhasilan) kota itu, semua menyatu di Cerdas Command Center Manado.
Apa yang memotivasi Anda untuk mau melakukan itu?
Saya mau Manado yang jauh dari ibu kota jangan ketinggalan. Manado yang hampir tiga jam lebih penerbangannya, jangan kita terlalu ketinggalan pemerintah dan masyarakatnya.
Jadi, jangan takut belajar?
Iya enggak usah takut, enggak usah malu juga. Buanglah semua perasaan malu. Kalau mereka (kepala daerah lain) sudah duluan, ya mari kita ambil sambil kita kembangkan inovasi itu.
Jadi keberhasilan itu bisa ditularkan ke kota-kota lain ya?
Sangat bisa. Tinggal kemauan teman-teman (kepala daerah) dan gimana mau menyesuaikan. Karena tren kota-kota dunia, kan, sudah menuju ke smart city. Jangalah kita terlalu ketinggalan karena persoalan Indonesia ada di kota. Jadi apa yang menjadi masalah kota, masalah kemiskinan, gangguan keamanan, pengangguran di kota, itu adalah cerminan Indonesia secara keseluruhan. Kota adalah solusi Indonesia. Kalau kota ini banyak yang berkompitisi menjadi smart city, maka Indonesia juga yang akan terangkat.
Ke depan, apa program prioritas yang akan dirancang?
Program saya gimana meningkatkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) kota kami. Sekarang skornya lebih dari 78, terbaik di provinsi kami sih, secara nasional juga tidak jauh dari kota-kota yang sudah maju. Tetapi, kami akan berusaha terus. Maka yang didorong di sana adalah soal aksesbilitas pelayanan kesehatan masyarakat.
Kedua, saya ingin mempertahankan Kota Manado yang heterogen untuk tetap rukun. Sehingga, sebutan kota toleran itu makin hari makin lebih baik nilainya. Kami akan jaga. Makanya, kami rangkul semua (warga) tanpa bedakan SARA (suku, agama, ras, dan antar-golongan).
Saya ingin mempertahankan Kota Manado yang heterogen untuk tetap rukun. Sehingga, sebutan kota toleran itu makin hari makin lebih baik nilainya. Kami akan jaga. Makanya, kami rangkul semua (warga) tanpa bedakan SARA.
Kami juga menyiapkan program-program untuk menjadikan Manado sebagai kota tujuan wisata religi setelah keamanan terjamin karena toleransi terpelihara. Kesepakatan itu baru muncul November 2018 lalu, menjadikan Manado sebagai kota doa. Semua golongan agama sepakat karena doa diajarkan semua agama.
Setiap tanggal 1 bulan baru semua rumah ibadah di Kota Manado dibuka dan umatnya masing-masing datang berdoa. Serentak mereka berdoa untuk bersyukur 1 bulan kita lewati dengan aman dan selamat. Dan berdoa, sebulan ke depan itu supaya kita dijaga, dilindungi, diberkati. Doa ketiga, supaya kehidupan toleran terus terpelihara di Manado.
Kita dorong, karena ini menjadi sangat mendasar baru yang lain bisa dibangun. Karena kalau daerah kita aman, itu bisa mendorong sektor lain. Kalau daerah kita sudah terganggu, kan, apa yang bisa kita kerjakan? Jadi berdoalah supaya kita tetap aman, rukun, damai di Kota Manado.