JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, berupaya mewujudkan Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Pariwisata Mandeh yang terletak di Bukit Ameh, Pesisir Selatan. Keberadaannya diharapkan mendorong pengembangan sarana prasarana penunjang pariwisata serta menarik kunjungan wisata.
Pada akhirnya, pariwisata diharapkan menggerakkan ekonomi masyarakat. Saat ini pemerintah daerah sedang mengumpulkan dana untuk pembebasan lahan seluas 100 hektar yang masih tersisa untuk dibebaskan.
"KEK Mandeh memerlukan luas sekitar 400 hektar. Saat ini sudah terbebas 300 hektar, jadi masih kurang 100 hektar lagi. Kami akan berupaya sekuat tenaga agar KEK ini bisa segera terwujud," kata Bupati Kabupaten Pesisir Selatan, Hendrajoni, saat jumpa pers BRI Mandeh Run 2019 di Kantor Kementerian Pariwisata di Jakarta, Senin (14/1/2019).
Hadir dalam jumpa pers itu Menteri Pariwisata Arief Yahya, Komisaris Utama BRI Andrinof Chaniago, pegiat lari Melissa Karim dan Ibnu Jamil.
Selain menyiapkan dana untuk pembebasan lahan, Pemkab Pesisir Selatan juga akan membangun jalan masuk sepanjang 4 kilometer dari jalan utama ke kawasan KEK. "Namun kami juga berharap agar amdal lingkungan dari Kementerian Koordinator Bidan Kemaritiman bisa selesai agar kawasan ini bisa segera dibangun. Kami sudah mempunyai investor yang ingin masuk ke Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh," ujar Hendrajoni.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui Mandeh adalah kawasan wisata bahari yang keindahannya menyamai Raja Ampat. "Banyak yang bilang Mandeh itu Raja Ampatnya Sumatera. Dulu orang bilang kalau belum ke Bukit Tinggi, belum ke Sumatera Barat. Sekarang, kalau belum ke Mandeh, belum ke Sumatera Barat. Mandeh pernah mendapatkan penghargaan sebagai The Most Hidden Paradise pada tahun 2017," kata Arief.
Mandeh memiliki pemandangan yang indah. Akses pun sangat bagus karena Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah membangun jalan sepanjang 43 kilometer dari Padang ke Mandeh sehingga memudahkan para pelancong datang ke Mandeh. "Yang kurang adalah amenitas atau akomodasi. Dengan keberadaan KEK, diharapkan akan banyak amenitas terbangun, sehingga wisatawan merasa betah tinggal di sana," ujar dia.
Arief mengatakan, Mandeh sudah memiliki potensi untuk berkembang sejak lama. Bahkan saat ini masyarakatnya juga sudah mulai sadar pariwisata. Mereka yang semula bekerja sebagai nelayan, kini mereka bekerja di sektor pariwisata. Jika semula sebagai nelayan penghasilan masyarakat hanya Rp 50.000 per hari, sekarang mereka bisa menikmati penghasilan Rp 225.000 per hari.
"Warga Desa Carocok sudah membuktikan hal itu. Mereka sadar, mereka bisa mendapatkan penghasilan hingga 1.000 dollar jika padi milik mereka bisa dipandang. Tetapi kalau padi mereka dipanen, penghasilan mereka hanya Rp 1 juta," kata Arief.
Arief berharap, kegiatan BRI Mandeh Run 2019 yang akan digelar tanggal 3 Maret mendatang bisa menjadi ajang promosi bagi Mandeh. Dampak tidak langsung dari kegiatan olah raga akan lebih besar dari pada dampak langsung. Dia mencontohkan, 60 persen penghasilan sepak bola dari broadcasting, 30 persen dari iklan, dan 10 persen dari tiket. Semakin bagus media partner, maka akan semakin bagus hasilnya. Motor GP dampak langsungnya sebesar Rp 1 triliun, tetapi dampak tidak langsungnya bisa Rp 6 triliun.