Pembangunan depo dan penetapan trase di Dukuh Atas memengaruhi proyek LRT Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi. Hingga kini, pembangunan konstruksi baru 56,41 persen.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari/Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS –Pembangunan LRT Jabodebek menghadapi sejumlah persoalan. Adanya kendala tersebut membuat LRT diprediksi baru beroperasi secara komersial antara akhir tahun 2020 atau pertengahan tahun 2021.
Khusus Stasiun Cawang, pengerjaannya lebih lambat karena pembangunan hanya boleh dilakukan pukul 00.00-04.00. Pembatasan ini karena pekerjaan konstruksi di situ berdekatan dengan jalan tol dalam kota dan Jalan Gatot Subroto.
“Ini termasuk pengerjaannya yang paling sulit karena waktu kerjanya terbatas. Kami cuma bisa bekerja selama empat jam, sehingga kapasitas produksi kecil dan tidak bisa dikerjakan dengan cepat,” ujar Manajer Proyek lintasan TMII-Dewi Sartika, Sugiyono, Senin (14/1/2019) saat kunjungan wartawan ke lokasi proyek LRT.
Stasiun Cawang akan menjadi stasiun tersibuk saat LRT beroperasi karena menjadi titik pertemuan LRT dari Bekasi Timur, Cibubur, dan Dukuh Atas.
Perkembangan pembangunan stasiun kereta cepat (light rail transit) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Senin (14/1/2019).Pembebasan lahan
PT Adhi Karya selaku kontraktor pembangun LRT ini juga harus membebaskan lahan untuk depo LRT di Jatimulya, Bekasi Timur. Kini, pembebasan lahan baru 10 persen. Proses pembebasan lahan diprediksi selesai 1,5-2 tahun.
Di Setiabudi, Jakarta Selatan, pekerjaan konstruksi terhenti lantaran kajian titik pertemuan antarmoda transportasi di Dukuh Atas belum final.
"Ada dua masalah kritikal. Pertama, pembebasan tanah di Bekasi Timur. Kedua, penetapan trase di Dukuh Atas," ujar Direktur Operasi II PT Adhi Karya Pundjung Setya Brata, pada kesempatan yang sama.
Sementara, pembangunan konstruksi fisik ditargetkan selesai akhir tahun 2019. Saat ini, total perkembangan pembangunan konstruksi LRT mencapai 56,41 persen.
Stasiun tinggi
Pundjung menargetkan, pada bulan Juni 2019, uji coba lintasan LRT Cibubur-Ciracas sudah dimulai. Saat ini, lintasan, rel, dan kabel persinyalan di jalur ini sudah terpasang.
Di Stasiun TMII misalnya, kerangka atap stasiun sudah mulai terpasang sehingga membentuk lengkungan-lengkungan bercat putih. Lintasan rel dan kabel persinyalan juga sudah terlihat. Stasiun TMII berukuran 120x10x15 meter kubik. Stasiun dengan dua lantai ini didesain untuk sekitar 800 penumpang.
“Stasiun ini cukup tinggi yaitu 5,2 meter dari permukaan tanah. Saat terjadi gangguan kereta, akan ada kereta lain yang datang untuk mendorong rangkaian ke stasiun terdekat,” jelas Pundjung.
Pundjung mengatakan, LRT Jabodebek memakai jalur layang agar tak ada pelintasan sebidang dengan jalan.
Konstruksi layang juga dibuat untuk menjaga kelandaian minimum jalur sehingga biaya operasional dan biaya perawatan dapat ditekan. Jalur layang juga meminimalkan pembebasan lahan di ruang kota yang sudah terbangun.
Apabila konstruksi jalur layang sudah selesai, konstruksi di bawahnya juga bisa dimanfaatkan sehingga lebih efisien.
Ia menampik anggapan bahwa pembangunan jalur layang LRT memakan biaya lebih besar jika dibandingkan dengan jalur bawah tanah. Menurutnya, dari segi pendanaan, LRT Jabodebek lebih murah dibandingkan LRT di negara lain. Biaya LRT Jabodebek Rp 673 miliar per kilometer termasuk sarana dan prasarana.
Sebagai perbandingan, LRT Manila di Filipina memakan biaya Rp 904 miliar per kilometer, LRT Kelana Jaya di Malaysia Rp 807 miliar per kilometer, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar per kilometer, dan LRT Houston di Amerika Serikat Rp 688 miliar per kilometer.
“Saat membandingkan biaya harus hati-hati supaya apple to apple. Bisa dilihat dari teknologi dan jumlah kereta yang dipakai. Di luar itu, kami tidak hanya membangun sistem tetapi juga depo,” terang Pundjung.
Integrasi antarmoda
Pundjung mengatakan, pihaknya akan menangkap pergerakan orang dari luar Jakarta, khususnya Cibubur dan Bekasi Timur, menuju pusat kota Jakarta. "Makanya kami mulai dari Jalan MT Haryono, ke Kuningan, Dukuh Atas, dan Sudirman,” kata dia.
Aditya Dwi Laksana, Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), berpendapat, LRT tetap bisa beroperasi parsial sembari bekerja sama dengan operator bus transjakarta.
Rute layanan LRT bisa dioperasikan antara lain Cibubur-Cawang atau Bekasi-Cawang. Di Cawang, penumpang bisa melanjutkan perjalanan dengan bus transjakarta.
Perkembangan pembangunan stasiun kereta cepat (light rail transit) Cawang, Jakarta Timur, Senin (14/1/2019).Opsi lain, imbuh Aditya, LRT beroperasi sampai Stasiun Setiabudi. Di situ, penumpang melanjutkan perjalanan dengan bus transjakarta.
Operasional parsial itu bisa dilakukan sampai konsep kawasan TOD jelas dan siap untuk semua moda.
Ia menambahkan, konstruksi jalur dan stasiun LRT Jabodebek di Dukuh Atas akan menghadapi masalah pembebasan lahan dan banyaknya jaringan utilitas di kawasan itu.
Benni Agus Candra, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI menjelaskan, LRT Jabodebek memiliki tiga trase yaitu Cawang-Cibubur, Cawang-Jatiwaringin, dan Cawang-Setiabudi. Trase Cawang-Setiabudi masih dalam proses koreksi gambar.