Serangan Tawon ”Vespa affinis” Bisa Jadi Bom Waktu
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·4 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Populasi tawon Vespa affinis atau juga dikenal tawon ndas bersabuk kuning yang sengatannya mengandung venom atau zat racun berbahaya terus merebak di Klaten, Jawa Tengah. Serangan tawon ini bisa menjadi bom waktu sehingga harus diwaspadai di berbagai daerah. Apalagi, hingga kini di seluruh dunia belum ada serum antivenom tawon Vespa affinis.
Berdasarkan data Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Klaten, pada Januari 2019 ada 30 sarang Vespa affinis yang dilaporkan masyarakat. Dari laporan itu, petugas pemadam kebakaran Klaten telah melakukan pembasmian 15 sarang.
”Populasi tawon Vespa affinis semakin berkembang pesat di Klaten,” kata Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Klaten Sugeng Haryanto di Klaten, Senin (14/1/2019).
Sugeng mengatakan, selama 2018 telah dilakukan pembasmian 207 sarang tawon. Serangan tawon Vespa affinis dalam kurun 2017-2018 telah mengakibatkan 7 orang meninggal di Klaten.
Pakar toksinologi, yang juga Presiden Toxinology Society of Indonesia Tri Maharani, mengatakan, venom dalam sengatan Vespa affinis memiliki komponen protein alergenik. Sengatan akan menimbulkan pembengkakan dan rasa nyeri. Pada masa sistemik, venomVespa affinis dalam jumlah tinggi bisa mengakibatkan kerusakan ginjal hingga bisa berujung gagal ginjal.
Gangguan pada ginjal akan membuat paru-paru terisi cairan sehingga mengakibatkan sesak napas sehingga akhirnya gagal jantung. Sengatan Vespa affinis dalam jumlah banyak juga bisa mengakibatkan perdarahan yang ditandai korban mengalami mimisan. ”Permasalahannya, hingga saat ini venom tawon Vespa affinis ini tidak ada anti venom-nya di seluruh dunia,” katanya.
Tri mengaku telah menghubungi para pakar toksinologi dari Thailand, Taiwan, Inggris, Italia, dan Malaysia yang semuanya menginformasikan tidak ada anti-venomVespa affinis. Belum diketahui secara pasti berapa banyak zat racun yang terkandung pada setiap sengatan. Seekor Vespa affinis bisa menyengat lebih dari sekali.
Sengatan ratu Vespa affinis diyakini mengandung racun lebih banyak dibanding Vespa affinis biasa. Tri mengingatkan, seseorang yang terkena sengatan lebih dari dua kali harus segera dibawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Namun sayangnya, saat ini banyak petugas medis tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menangani pasien sengatan Vespa affinis.
Tri mengatakan, seseorang yang disengat lebih dari dua kali tawon Vespa affinis tidak boleh dipulangkan dalam waktu kurang dari 48 jam. Petugas medis harus terus melakukan observasi. Pasalnya, kondisi korban bisa memburuk dalam hitungan jam hingga beberapa hari bergantung pada jumlah sengatan tawon. Korban yang mulai mengalami sesak napas harus diberikan oksigen 10 liter. Cairan dalam paru-paru harus segera dikuras menggunakan obat-obatan.
Tri mengatakan, kasus serangan Vespa affinis bukan fenomena lokal di Klaten. Adanya korban meninggal akibat sengatan tawon Vespa affinis pernah juga terjadi di daerah-daerah lain, antara lain Samarinda, Bondowoso, Sukoharjo, Solo, dan Sragen. Serangan tawon ini bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapanpun di berbagai daerah sehingga harus diwaspadai dan menjadi perhatian semua pihak. ”Ini sebentar lagi bisa menjadi bom waktu,” ujarnya.
Peneliti serangga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Sih Kahono, mengatakan, Vespa affinis memiliki habitat alami di hutan. Perubahan kondisi lingkungan membuat mereka bermigrasi hingga ke permukiman penduduk. Mereka membuat sarang dimana pun, seperti di pohon, di bawah atap rumah, dan menempel di tiang listrik. ”Vespa affinis memiliki kemampuan beradaptasi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Ini menjadi keunggulan dia dari jenis tawon Vespa yang lain,” katanya.
Dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi itu, Vespa affinis yang merupakan pemakan serangga-serangga kecil tidak lagi bergantung pada jenis satu makanan tertentu. Hidup di permukiman penduduk, tawon ini beradaptasi memakan sampah makanan, misalnya potongan daging ayam mentah ataupun matang ataupun ikan, bahkan memakan roti tawar. ”Vespa affinis menyukai sisa-sisa makanan entah itu mentah ataupun matang,” katanya.
Kahono mengatakan, banyaknya sampah makanan yang dibuang warga menjadi sumber makanan melimpah. Hal ini menjadi salah satu faktor terus berkembangnya populasi Vespa affinis. Faktor lainnya, predator alami Vespa affinis juga kian langka, yaitu burung-burung pemakan serangga, misalnya jalak.
Kahono menambahkan, faktor lain merebaknya Vespa affinis adalah tawon ini memiliki kemampuan reproduksi tinggi. Ratu tawon ini bisa bertelur ribuan, bahkan puluhan ribu, selama masa hidupnya. Telur hingga menjadi tawon dewasa hanya membutuhkan waktu sekitar satu bulan sehingga populasinya terus berkembang cepat.
Mortalitas tawon Vespa affinis juga rendah sehingga setiap telur yang menetas bisa tumbuh menjadi tawon dewasa. Vespa affinis punya kemampuan melahirkan ratu-ratu baru. Setiap ratu memiliki kemampuan membangun dan mengembangkan koloninya sendiri. ”Ratu bisa membuat sarang sendiri, cari makan sendiri, memelihara anak sendiri, sampai mengembangkan koloni sendiri,” katanya.
Kahono mengatakan, saat mencari makanan dan jauh dari sarangnya, tawon ini tidak agresif. Namun, saat berada di sarang bersama koloninya menjadi sangat agresif dan sensitif terhadap getaran dan goyangan sarangnya. Jika merasa terganggu, tawon akan menyerang secara bersama-sama. Sengatannya mengandung feromon yang memancing Vespa affinis lainnya menyerang obyek yang sama.