Terungkap, Rahasia Tiga Abad Teknik Melukis Rembrandt
Oleh
Subur Tjahjono
·3 menit baca
Pelukis zaman keemasan seni rupa Belanda, Rembrandt van Rijn (1606-1669), terkenal di dunia karena teknik impasto atau cat tebal. Teknik melukis itu melibatkan penggunaan cat putih timbel dengan sifat kimia yang luar biasa yang berefek tiga dimensi, yang menghebohkan pada masanya. Bagaimana Rembrandt membuat campuran cat itu menjadi rahasia selama tiga abad sebelum tim ilmuwan Belanda dan Perancis mengungkapnya.
Penelitian berjudul ”Impasto Rembrandt Diuraikan Melalui Identifikasi Plumbonakrit Tidak Biasa dengan Difraksi Sinar X Synchrotron Multi-modal” itu dimuat dalam jurnal Angewandte Chemie yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 14 Januari 2019. Penelitian dilakukan tim Departemen Ilmu dan Teknik Material Universitas Teknologi Delft dan Rijksmuseum, Belanda, serta Universitas PSL Paris dan The European Synchrotron Radiation Facility (ESRF), Grenoble, Perancis.
Dalam abstrak penelitian disebutkan, teknik yang dikembangkan Rembrandt ini diperoleh dengan menggabungkan pigmen putih timbel, yaitu campuran kerusit (PbCO3) dan hidrokerusit (Pb3 (CO3) 2 (OH) 2), dengan media pengikat organik. Akan tetapi, formulasi yang tepat yang digunakan Rembrandt tetap menjadi misteri selama 300 tahun.
Namun, dengan kombinasi yang kuat dari difraksi sinar-X beresolusi sudut-tinggi dan lateral-tinggi, peneliti menyelidiki beberapa sampel cat mikroskopis dari mahakarya Rembrandt, di antaranya ”Potret Marten Soolmans” koleksi Rijksmuseum, Belanda; ”Batsyeba” koleksi Museum Louvre, Perancis; dan ”Susanna” koleksi Mauritshuis, Belanda.
Hasilnya, senyawa timbel yang langka, plumbonakrit, dengan rumus kimia Pb5 (CO3) 3O (OH) 2 terdeteksi di daerah impasto. Temuan ini merupakan sidik jari dari resep Rembrandt dan bukti penggunaan media pengikat basa yang memberi cahaya baru pada teknik melukis Rembrandt.
Impasto adalah cat tebal yang diletakkan di atas kanvas dalam jumlah yang membuatnya menonjol dari permukaan. Relief impasto meningkatkan daya pandang cat dengan meningkatkan sifat tekstur pantulan cahaya. Para ilmuwan tahu bahwa Rembrandt mencapai efek impasto dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia secara tradisional di pasar warna Belanda abad ke-17, yaitu pigmen putih timbel dan media organik, terutama minyak biji rami. Namun, resep pastinya tidak diketahui hingga ditemukan rahasianya.
Plumbonakrit ini sebelumnya pernah terdeteksi dalam beberapa sampel lukisan abad ke-20 dan dalam pigmen timbel merah terdegradasi dalam lukisan Van Gogh. ”Kami sama sekali tidak menduga menemukan (plumbonakrit) ini karena sangat tidak biasa dalam lukisan Old Masters. Terlebih lagi, penelitian kami menunjukkan bahwa kehadirannya bukan tidak disengaja atau karena kontaminasi, melainkan (plumbonakrit) itu adalah hasil buatan,” kata Victor Gonzalez, ilmuwan di Rijksmuseum dan Universitas Teknologi Delft.
Analisis data menunjukkan, Rembrandt memodifikasi bahan lukisannya dengan sengaja. ”Kehadiran plumbonakrit adalah indikasi media alkali atau basa. Berdasarkan teks sejarah, kami percaya Rembrandt menambahkan timbel oksida, yaitu litharge, ke minyak dalam tujuan ini mengubah campuran menjadi cat seperti pasta,” kata Marine Cotte, ilmuwan di ESRF.
Terobosan ini menghasilkan jalan bagi pelestarian jangka panjang dan konservasi karya Rembrandt. Namun, jumlah sampel yang diteliti tidak cukup luas untuk menilai apakah timbel putih secara sistematis mengandung plumbonakrit.
”Kami bekerja dengan hipotesis bahwa Rembrandt mungkin menggunakan resep lain, dan itulah alasan mengapa kami akan mempelajari sampel dari lukisan lain oleh Rembrandt dan master Belanda ke-17 lainnya, termasuk Vermeer, Hals, dan pelukis yang termasuk dalam lingkaran Rembrandt,” ujar Annelies van Loon, ilmuwan di Rijksmuseum.