KEBUMEN, KOMPAS – Hujan deras sejak Rabu (16/1/2019) dini hari menyebabkan banjir di sejumlah lokasi di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Banjir juga melanda Banyumas.
Di Kebumen, air menggenang setinggi 20 sentimeter hingga 30 sentimeter di jalan raya seputaran Tugu Lawet. “Genangan terjadi akibat hujan deras sejak semalam. Air tidak mampu ditampung oleh gorong-gorong,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kebumen Eko Widianto, saat dihubungi dari Banyumas, Jawa Tengah.
Banjir juga terjadi di Jalan HM Sarbini, Jalan Tentara Pelajar, Jalan Kusuma, dan Jalan Pahlawan, serta Desa Wanareja, Kecamatan Karanganyar. Di Desa Wanaraja, banjir merendam tujuh rumah karena tanggul Sungai Karanganyar meluap dan Jebol.
Air sungai meluap dan menggenangi Dukuh Jonggol di Desa Aditirto, Kecamatan Pejagoan serta Desa Sidoagung. “Hujan dan angin juga membuat beberapa pohon tumbang Di Desa Kalitengah. Pohon itu melukai Bapak Saiman dan isterinya. Saat ini dirawat di RS PKU Gombong,” kata Eko.
Selain di Kebumen, banjir juga terjadi di wilayah Sumpiuh, Kabupaten Banyumas. “Banjir terjadi akibat luapan Sungai Angin di Sumpiuh,” kata Koordinator TAGANA Kabupaten Banyumas Ady Candra.
Ady juga menyampaikan, hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan adanya pergerakan tanah di Grumbul Manggungan, Desa Petarangan, Kecamatan Kemranjen, Banyumas. “Gerakan tanah panjangnya mencapai 200 meter dan lebarnya 150 meter terjadi pukul 04.00,” paparnya.
Akibatnya, enam rumah terancam rusak akibat pergerakan tanah itu. Para pemilik rumah itu adalah Khoerun (47), Muhromah (60), Ani (47), Maemunah (70), Nasilah (38), dan Umiyati (50). “Kami mengimbau para warga yang rumahnya terancam rusak untuk segera mengosongkan rumah terutama pada sore dan malam hari serta jika terjadi hujan lebat,” tuturnya.
Cuaca Buruk
Prakirawan Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Rendy Krisnawan mengatakan, kondisi curah hujan yang ekstrem di sejumlah kabupaten seperti Kebumen, Banyumas, dan Cilacap pada malam hari tadi disebabkan sejumlah faktor, yaitu puncak musim hujan, kondisi atmosfer basah dan sangat labil sehingga pertumbuhan awan hujan sangat cepat sekali, dan adanya pertemuan angin di Jawa dan Laut Jawa. Ketiga hal itu menyebabkan banyak terbentuk awan-awan berpotensi hujan lebat,” papar Rendy.
Selain itu, di selatan perairan Bali ada tekanan udara rendah sehingga angin berembus ke perairan Bali. Hal ini merupakan kondisi fenomena gangguan atmosfer sehingga memicu pertumbuhan awan-awan hujan. “Kami prediksikan kondisi cuaca ekstrem ini bisa terjadi hingga 3 hari ke depan,” katanya.