Kurangi Angka Kemiskinan, Peningkatan Kapasitas UMKM dan Diversifikasi Pangan Diperlukan
Oleh
Hendriyo Widi/Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan kapasitas usaha, mikro, kecil, dan menengah serta diversifikasi pangan setiap daerah diperlukan untuk menekan angka kemiskinan. Peningkatan kapasitas UMKM akan meningkatkan serapan tenaga kerja dan penghasilan, sedangkan diversifikasi pangan dapat mengurangi ketergantungan daerah terhadap beras.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, perbankan juga terlibat dalam program-program pemerintah dalam mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Salah satunya melalui penyaluran kredit usaha rakyat (KUR).
Salah satu hambatan dari program tersebut adalah pelaku UMKM sulit untuk naik kelas. Untuk itu, Bank Mandiri melengkapinya dengan program pembinaan mulai dari peningkatan kualitas produk, promosi, dan pemasaran melalui e-dagang.
”Kami bergerak di sektor-sektor produktif, seperti kuliner, tekstil, dan kerajinan. Untuk tekstil, kami menyasar perajin tenun, terutama di Palembang, Kupang, dan Trenggalek,” kata Kartika saat berkunjung ke Menara Kompas di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
Berdasarkan data Bank Mandiri, realisasi penyaluran KUR pada Januari-Oktober 2018 sebesar Rp 15,28 triliun. Jumlah itu sebesar 87 persen dari target penyaluran KUR 2018 sebesar Rp 17,56 triliun.
Penyaluran KUR produksi mencapai Rp 7,49 triliun atau 49 persen dari total KUR. Dari angka tersebut, penyaluran KUR ke sektor pertanian baru sebesar 37 persen, jasa produksi mencapai 54 persen, sektor perikanan 0,5 persen, dan sektor industri pengolahan 8,5 persen.
Kartika juga menyatakan, kenaikan garis kemiskinan yang didominasi kelompok pangan seharusnya bisa ditangani. Salah satunya melalui peningkatan diversifikasi pangan di setiap daerah untuk mengurangi ketergantungan beras.
”Setiap daerah di Indonesia kaya dengan pangan lokal. Itu harus dioptimalkan. Selama ini masyarakat sudah tergantung dengan beras,” katanya.
Badan Pusat Statistik mencatat, angka kemiskinan di Indonesia turun dari 10,12 persen pada September 2017 menjadi 9,66 persen pada September 2018. Jumlah penduduk miskin Indonesia pun berkurang 910.000 orang dari 26,58 juta orang pada September 2017 menjadi 25,67 juta orang pada September 2018.
Angka kemiskinan di Indonesia turun dari 10,12 persen pada September 2017 menjadi 9,66 persen pada September 2018.
Adapun garis kemiskinan tercatat naik dari Rp 387.160 per kapita per bulan pada September 2017 menjadi Rp 410.670 per kapita per bulan pada September 2018. Komposisi garis kemiskinan September 2018 didominasi komoditas makanan 73,54 persen, sedangkan komoditas bukan makanan sebesar 26,46 persen.
Beras merupakan pangan yang paling memengaruhi garis kemiskinan. Berdasarkan data BPS, pengaruh beras pada garis kemiskinan di perkotaan dan perdesaan September 2018 masing-masing 19,54 persen dan 25,51 persen. Angka itu meningkat dari September 2017 dengan pengaruh beras terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan perdesaan masing-masing 18,8 persen serta 24,52 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, stabilisasi harga pangan penting untuk terus dilakukan. ”Kalau harga meningkat, tingkat kemiskinan pasti kembali naik,” katanya.