Lebih Mudah Menyiapkan Konser Slank daripada Debat Capres!
Oleh
Khaerudin
·4 menit baca
Dua pasang calon presiden-calon wakil presiden yang bersaing pada Pemilu 2019 akan bertarung gagasan untuk pertama kalinya, Kamis (17/1/2018), di Hotel Bidakara, Jakarta. Dua ratus pendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dipastikan datang untuk menyaksikan junjungannya beradu cakap di mimbar debat.
Dalam debat kali ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) membatasi setiap pasangan calon (paslon) hanya boleh membawa 100 pendukungnya. Jumlah itu dinilai sudah cukup untuk membangun atmosfer sengit persaingan kedua calon di ruangan yang luasnya sekitar satu kali lapangan bola itu.
Pembatasan itu dilakukan agar KPU dapat memberi jatah 300 kursi pada penonton yang bukan merupakan simpatisan kedua paslon. Meskipun begitu, penyelenggara memprediksi pendukung paslon yang datang ke Bidakara akan melebihi kuota yang ditentukan.
”Lebih mudah menyiapkan konser band, sekelas Slank sekalipun, daripada menyelenggarakan debat capres dan cawapres,” ujar Manager Gathering Kompas TV Alexander Wibisana, Rabu (16/1/2019). Kompas TV menjadi salah satu televisi penyelenggara debat pertama capres-cawapres Pemilu 2019.
Lebih mudah menyiapkan konser band, sekelas Slank sekalipun, daripada menyelenggarakan debat capres dan cawapres.
Ungkapan itu memang ada benarnya. Konser musik, meskipun biasanya diserbu penonton yang jumlahnya bisa sampai puluhan kali lipat daripada debat capres dan cawapres, setidaknya mereka datang dengan satu tujuan yang sama.
Kondisi itu berkebalikan dengan komposisi penonton debat capres dan cawapres. Meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit, mereka terbelah menjadi dua golongan sama kuat dengan kepentingannya sendiri-sendiri.
Oleh karena itu, tuntutan kedua belah pihak harus diakomodasi penyelenggara tanpa menjadi berat sebelah. ”Tantangannya di situ, kami harus menyiapkan sistem yang bisa diterima kedua kubu agar tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lain,” ujar Penanggung Jawab Kompas TV Zaki Amrullah.
Zaki menuturkan, konsorsium penyelenggara baru dibentuk pada 26 Desember 2018. Tentu saja hal itu harus diterima dengan lapang dada oleh Kompas TV yang ditunjuk sebagai penyelenggara debat perdana.
”Artinya, Kompas TV hanya punya waktu sekitar dua minggu untuk menyiapkan segala hal yang menjadi tanggung jawab sebagai penyelenggara,” kata Zaki. Secara umum, Kompas TV bertanggung jawab memastikan debat bisa berjalan lancar dan semua kepentingan (termasuk kepentingan media) dapat terakomodasi dengan baik.
Hal pertama yang menjadi perhatian Zaki adalah persoalan kebocoran penonton. Pada debat Pilpres 2014, banyak pihak mengeluhkan ada banyak penonton yang tidak terdaftar bisa dengan mudah melenggang masuk ke arena.
”Untuk soal ini, kami akan bersikap sangat tegas. Siapa pun yang tidak terdaftar ataupun datang terlambat tidak akan diperbolehkan masuk,” kata Alex.
Tiga zona
Secara sederhana, lokasi debat di Bidakara akan dibagi menjadi tiga zona (ring). Zona III membentang dari lokasi drop off hingga batas penukaran undangan. Di tempat itu, para tamu dapat menukarkan undangannya dengan gelang yang dilengkapi kode batang (barcode) dan kode RF.
Kedua kode itu digunakan agar penyelenggara dapat memastikan okupansi kursi jatah pendukung kedua paslon secara pasti. Undangan milik penonton yang telah mendapatkan gelang akan disobek panitia untuk memastikan tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan undangan itu.
Mereka bahkan memikirkan soal toilet yang akan digunakan oleh kedua paslon dan keluarga. Sudah pasti dua toilet yang berbeda harus disediakan agar kedua paslon tak bertempur sebelum waktunya.
Adapun Zona II mencakup semua ruang di bagian dalam selain ruang Birawa yang dijadikan tempat utama debat. Di zona ini, hanya orang dengan kartu panitia dan gelang undangan yang diperbolehkan masuk. Wartawan sekalipun tidak diperbolehkan masuk jika tidak mengenakan dua tanda pengenal yang diwajibkan panitia itu.
Zona terakhir merupakan Zona I yang dijaga dengan sangat ketat dengan sistem akses yang terbatas. Bahkan, panitia pun tidak semuanya memiliki akses masuk ke zona ini. Sistem itu diberlakukan sedemikian ketat agar ketertiban dan keamanan debat bisa terjaga selama acara berlangsung.
Bukan yang pertama
Ini memang bukan pertama kalinya Kompas TV bertindak sebagai penyelenggara debat capres dan cawapres. Pada pilpres sebelumnya, Kompas TV tercatat pernah juga mendapat jatah sebagai penyelenggara debat.
”Kali ini tantangannya lebih nyata. Kalau dulu kami dapat jatah menyelenggarakan debat ketiga, kali ini tugas kami adalah menyelenggarakan debat perdana,” ucap Zaki.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan lima kali debat pasangan capres, capres-capres, ataupun cawapres-cawapres. Tema yang diusung pada debat perdana adalah hukum, hak asasi manusia, korupsi, dan terorisme.
Sebagai penyelenggara debat perdana, Kompas TV sadar betul kualitas penyelenggaraan yang ditampilkan akan menentukan penyelenggaraan empat kali debat berikutnya. Dalam hal ini, Alex dan Zaki sangat teliti mempersiapkan acara tersebut hingga ke detail yang sangat kecil.
Misalnya, mereka bahkan memikirkan soal toilet yang akan digunakan oleh kedua paslon dan keluarga. Sudah pasti dua toilet yang berbeda harus disediakan agar kedua paslon tak ”bertempur” sebelum waktunya.
Urutan mengambil makanan, persoalan lokasi parkir, jalur kabel, hingga prosedur menuntun penonton yang kebelet pipis pun dipikirkan dengan masak. ”Meskipun soal kecil jika tidak dipikirkan dengan matang bisa jadi masalah besar dalam acara sebesar ini,” ujar Zaki. (PANDU WIYOGA)