Paket Berisi 1.000 Butir Ekstasi Disita di Samarinda
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·2 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Jaringan pengedar ekstasi lintas negara dibongkar jajaran Kepolisian Daerah Kalimantan Timur. AD (31) diringkus saat mengambil paket berisi 1.000 pil ekstasi via jasa pengiriman di Samarinda. Polisi masih menelusuri jaringan AD.
Direktur Reserse Narkoba Polda Kaltim Komisaris Besar Ahmad Shaury, Rabu (16/1/2019) mengutarakan, AD termasuk pengedar skala sedang, jika melihat sitaannya sejumlah 1.000 butir pil. Artinya, jaringan di atas AD, kemungkinan besar adalah pengedar kelas besar.
Penangkapan AD bermula dari informasi masyarakat bahwa akan berlangsung transaksi narkoba di kawasan Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda. Warga Samarinda yang sudah terpantau keberadaannya ini terlihat menuju ke salah satu gerai jasa pengiriman.
AD yang bekerja sebagai sopir truk ini ditangkap sesaat setelah mengambil paket berupa kardus mi instan. Kardus dibongkar terlihat kotak-kotak susu kemasan. Di dalamnya terdapat 12 bungkus plastik berisi butir-butir pil berwarna oranye, pink, dan biru. Pil-pil ini kemudian dipastikan narkotika jenis ekstasi.
Paket tersebut dikirim dari seseorang di Sebatik, Nunukan, Kalimantan Timur. Diketahui pula barang itu dibawa dari Malaysia, melintasi perbatasan. Ahmad menegaskan, jajarannya masih memburu pengirim paket ini, agar bisa membongkar jaringannya.
“Dia (AD) ini tidak pernah bertatap muka dengan si pengirim. Komunikasi hanya melalui ponsel. Namun melihat polanya, ini sudah jaringan pengedar lintas negara. AD, bisa dibilang pengedar skala sedang. Kami juga memburu jaringan di bawah AD,” katanya.
AD mengaku baru pertama kali menjadi kurir ekstasi. Namun, pengakuannya tidak dipercaya. Salah satunya karena sitaannya banyak, yakni 1.000 pil. “Jumlah itu cukup banyak, bisa senilai Rp 300 juta. AD ini bisa jadi pengedar skala sedang,” kata Ahmad.
Lukman, pegiat sosial, mengutarakan kecemasannya karena narkoba masih susah dibendung meski sudah dihadang. Nyaris setiap hari ia mendengar berita penangkapan kurir narkoba. Lukman menyebut, anak-anak muda menjadi sasaran paling empuk yang dicari para pengedar.
“Masih ada kesan, bahwa narkoba itu hal keren. Bahkan menunjukkan kelas sosial. Ini pun tak lepas dari kenyataan tokoh publik yang tertangkap gegara narkoba. Sebenarnya, kalau barang itu tidak dicari, ya tidak ketemu. Sayangnya itu pun sulit,” kata Lukman.
Cap bahwa narkoba sebagai pelarian, menurut Lukman, ikut menumbuhkan pasar narkoba yang selalu menyasar anak muda. Menurut dia, memerangi narkoba mesti dari banyak aspek. “Berani menolak, kalau ditawari teman, itu juga harus dilakukan,” ujarnya.