Pertamina Bakal Pakai Produk Hilirisasi Batubara untuk Pengganti Elpiji
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - PT Pertamina (Persero) akan memperkenalkan dimetil eter (DME), produk hilirisasi batubara pengganti elpiji, kepada publik. Ini sejalan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama pembentukan perusahaan patungan gasifikasi batubara antara PT Pertamina, PT Bukit Asam Tbk, dan Air Products and Chemicals Inc.
Direktur PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Rabu (16/1/2019), di Jakarta, menyatakan, DME akan mulai diperkenalkan pada semester satu tahun ini. Di tahap awal, Pertamina akan mencampur sebanyak 20 persen DME pada produk elpiji milik pertamina.
“Kami ingin meyakinkan masyarakat bahwa DME ini aman digunakan dan juga baik karena bisa mengurangi impor elpiji nasional,” kata Nicke, di sela Penandatanganan Perjanjian Pembentukan Perusahaan Patungan Hilirisasi Mulut Tambang Batubara PT Bukit Asam, di Peranap, Riau. Acara ini turut dihadiri oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin, dan Chairman, President and CEO Air Products and Chemicals Inc Seifi Ghasemi.
Nicke melanjutkan, mekanisme pengadaan DME menggunakan dua opsi. Pertama, pertamina akan menggunakan teknologi Air Products and Chemicals Inc yang bisa mengubah residu di kilang minyak pertamina menjadi syngas. Selanjutnya, syngas akan diubah menjadi DME melalui teknologi milik Pertamina. Kedua, Pertamina juga akan mempertimbangkan untuk impor DME jika opsi pertama tidak mencukupi.
Kami ingin meyakinkan masyarakat bahwa DME ini aman digunakan dan juga baik karena bisa mengurangi impor elpiji nasional
Dalam acara ini, dipertunjukan tiga tabung gas elpiji yang di dalamnya terdapat DME yang terhubung ke kompor. Adapun DME dalam tabung gas pertama 20 persen, tabung kedua 50 persen, dan 100 persen DME dalam tabung ketiga.
“Meskipun di dalam show case, bisa 100 persen DME tanpa dicampur elpiji, kami tetap harus hati-hati. Untuk sementara, yang akan diedarkan ke masyarakat adalah elpiji dengan kandungan 20 persen DME. Ini akan dilakukan bertahap menjelang perusahaan beroperasi,” lanjut dia.
Arviyan Arifin menambahkan, perusahaan patungan yang akan dibuat di Mulut Tambang Batubara PT Bukit Asam, di Peranap, Riau, bisa mengubah 5 juta ton batubara menjadi 1,4 juta ton DME. Setelah penandatanganan, akan dilakukan studi kelayakan bisnis dan komersial. Ini akan berlangsung hingga Februari mendatang.
Sebagai gambaran, konsumsi elpiji nasional mencapai 7 juta ton per tahun. Sekitar 70 persen disuplai dari impor. Jika proyek ini berhasil, DME akan mengurangi impor elpiji sebesar 1,4 juta ton.
“Setelah feasibility study selesai, ditargetkan 24 bulan sesudah itu perusahaan sudah beroperasi. Untuk besaran investasi dan besaran saham, belum bisa disebutkan sekarang,” kata Arviyan.
Sebelumnya, PT Bukit Asam dan Pertamina juga membuat proyek gasifikasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Proyek ini sekarang sedang menjalani studi kelayakan bisnis dan komersial.
Rini Soemarno optimistis, proyek yang dilaksanakan dua perusahaan plat merah ini akan berhasil. Ini untuk mengomentari pendapat dari berbagai kalangan bahwa gasifikasi gas belum terbukti menguntungkan secara komersial.
“Badan Usaha Milik Negara tidak akan berinvestasi jika tidak prospek secara komersial,” tegasnya.
Dihubungi secara terpisah, Koordinator Publish What You Pay (PWYP) Indonesia mengingatkan, gasifikasi batubara harusnya tak dilakukan per proyek. Pemerintah harus membuat peta jalan terkait hal itu.
Di sisi lain, pada tahap feasibility study, pemerintah juga harus memastikan bahwa harus terjadi alih teknologi. Sebagaimana diketahui, teknologi gasifikasi disediakan oleh Air Products and Chemicals Inc, perusahaan gas asal AS.
Nicke mengakui Indonesia belum mempunyai teknologi yang bisa mengubah batubara menjadi syngas. Teknologi yang disediakan Air Products and Chemicals Inc akan berperan di situ.
Arviyan Arifin menjamin, Air Products and Chemicals Inc tidak hanya menjual teknologi. Akan tetapi perusahaan AS tersebut turut berinvestasi pada gasifikasi batubara ini (INSAN ALFAJRI)