Resep Presiden Jokowi Agar Pensiunan Sukses Berbisnis
JAKARTA, KOMPAS — Kendati sudah purnatugas, Aparatur Sipil Negara atau ASN bisa tetap sejahtera dan produktif. Para pensiunan yang berwirausaha membuktikan pendapatannya bisa tetap mengalir kencang bahkan membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
“Masa pensiun bukan berarti produktivitas berhenti. ASN bisa sejahtera, lebih sejahtera di masa purnatugas,” tutur Presiden Joko Widodo saat meresmikan Program Wirausaha ASN dan Pensiunan di Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/1/2019).
Banyak pensiunan maupun janda pensiunan ASN yang menunjukkan kegigihan mereka dalam berwirausaha. Bank-bank BUMN pun membantu membina usaha-usaha kecil menengah ini untuk tegak berdiri.
Siti Rohana, janda pegawai PT Kereta Api Indonesia, memproduksi olahan ikan serta olahan terigu. Olahan ikannya diberi merk Iwak Nyuzz, sedangkan kue-kuenya dilabel dengan nama Ananda.
Usahanya sudah dimulai 2001, tetapi usaha olahan ikan dimulai tahun 2010. Varian olahan ikan garingnya terdiri atas wader rawa original, wader laut original, wader balado, udang krispi, udang balado, dan baby fish fillet.
Selain itu, masih ada kue-kue kering yang dilabel merk Ananda seperti kue kacang. Olahan ikan dan kue ini pun sempat dibeli Presiden Jokowi yang mampir di gerai Rohana bersama Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin, dan Menteri Koperasi Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga.
Siti Rohana memasarkan produk-produknya melalui pameran, toko retail Gelael, dan sejak 2014 juga memanfaatkan toko retail daring Bukalapak. Kini, dengan omzet berkisar Rp 25-30 juta per bulan, dia dibantu setidaknya empat karyawan.
Suhermanto, pensiunan guru, juga bertanam produk hidroponik untuk memenuhi kebutuhan hidup serta menyekolahkan dua anaknya yang masih kuliah dan di bangku SMA. Usaha ini dimulai awal 2017 setelah mengikuti pelatihan bercocok tanam hidroponik di program Mantap Bank Mandiri dan PT Taspen. Kini dia mengantongi pendapatan sekitar Rp 3 juta per bulan dari usaha ini.
I Nyoman Sudira pun kini fokus mengembangkan usaha istrinya Wayan Astiti setelah pensiun dari Pemerintah Kabupaten Klungkung, Bali. Pasangan ini mengembangkan tenun Bali, baik songket yang dikerjakan dengan alat tenun manual (cagcag), maupun tenun yang digarap menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Saat ini, setidaknya 25 orang penenun memproduksi kain-kain cantik beragam warna.
[video width="848" height="480" mp4="https://kompas.id/wp-content/uploads/2019/01/20190116INA_Program-Pensiunan-ASN-01-1.mp4"][/video]
Adapun Tetty Siti Afiah Siregar bersama suaminya, pensiunan Kementerian Keuangan, mengembangkan kopi dari daerah asalnya di Mandailing Natal, Sumatera Utara. Dengan merk Sianhuta, pasangan ini menanam kopi arabika di kebunnya sembari menerima juga biji kopi yang dihasilkan petani di sekitarnya.
“Usaha ini berdiri 2015 dan mulai berproduksi 2016. Kami sekarang ini memproduksi 3-4 ton green bean untuk memasok ke prosesor (roastery) di Jakarta sambil mencari jalan untuk ekspor,” tutur Rayhan Ahmad Nasution, Business Development Manager Sianhuta.
Berbagai contoh itu diharap bisa menginspirasi dan memotivasi pegawai negeri sipil lain yang akan pensiun. Sebab, kenyataannya, kata Direktur Utama PT Taspen Iqbal Latanro, tujuh dari sepuluh ASN yang pensiun masih harus menggantungkan hidup pada anak atau keluarga lainnya.
[video width="848" height="480" mp4="https://kompas.id/wp-content/uploads/2019/01/20190116INA_Program-Pensiunan-ASN-01-2.mp4"][/video]
Kendati demikian, menurut Presiden Jokowi yang berlatar pengusaha, ada beberapa hal yang bisa menjadi tips untuk memulai usaha. Pertama, berusaha pada bidang-bidang yang dekat dengan keseharian tugas. ASN dari Kementerian Kelautan dan Perikanan misalnya bisa saja berbisnis yang berkaitan dengan ikan. Harapannya, pengetahuan mengenai ikan sudah menjadi modal saat memulai bisnis.
Selain itu, usaha-usaha yang dipilih sebaiknya usaha yang berisiko kecil. “Kalau saya boleh saran, misalnya, usaha barang-barang yang tidak cepat busuk atau basi. Lebih baik lagi, yang nilai tambahnya tetap naik. Seperti usaha kos-kosan, income-nya ada setiap bukan, dan bangunan serta tanahnya terus naik harganya,” tutur Presiden.
Tips ketiga, mencari partner yang baik, berkarakter sama dan berkarakter baik. Usaha bagus, bila bertemu partner berkarakter pas, akan berkembang cepat sambil belajar mengelola bisnis.
Presiden pun mencontohkan putra pertamanya, Gibran Rakabuming Raka, yang tak mau melanjutkan pengembangan perusahaan mebel yang sudah dirintisnya. Gibran memilih memulai usaha sendiri, berjualan martabak bermerk Markobar.
“Saya lihat, ini nggak pernah punya pengamanan di bidang makanan apalagi martabak, beli saja nggak pernah. Tapi ternyata saya lihat punya partner yang sudah jualan lama. Gandengan, bagi untung. Kalau dulu partnernya hanya jualan martabak di Solo saja, sekarang sudah di banyak cabang sehingga produksi dan pemasaran juga banyak,” tambah Presiden.
Berjualan sesuatu yang tampak sepele pun bisa menjadi besar ketika memiliki banyak cabang. Bahkan, menurut Jokowi, omzet dan pendapatan berjualan martabak ini lebih besar ketimbang usaha furnitur yang dulu dikelolanya.
Pemasaran juga menjadi satu kata kunci yang ditekankan Presiden. Sebab, banyak produk-produk ibu-ibu rumah tangga yang kerap berkualitas baik tetapi kurang dikemas dan dipasarkan dengan baik.
Untuk memulai bisnis, pendampingan dari PT Taspen dan bank-bank BUMN dinilai sangat baik. Diharap, risiko dan kesulitan saat memulai bisnis bisa diatasi.
[video width="848" height="480" mp4="https://kompas.id/wp-content/uploads/2019/01/20190116INA_Program-Pensiunan-ASN-01-3.mp4"][/video]