Cuaca Ekstrem, Ratusan Hektar Sawah dan Rumah di Cilacap Dilanda Banjir
Oleh
Megandika Wicaksono
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Hujan deras yang melanda wilayah Jawa Tengah bagian selatan dua hari terakhir menyebabkan sejumlah sungai di Kecamatan Nusawungu dan Kroya, Kabupaten Cilacap, meluap. Akibatnya, ratusan hektar sawah dan rumah terendam banjir. Cuaca ekstrem diperkirakan masih terjadi hingga 18 Januari.
”Di Desa Mujur Lor, sekitar 450 hektar sawah terendam dan di Nusawungu sekitar 500 hektar,” kata Kepala Subbagian Tata Usaha UPT Kroya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Edi Purwanto, Kamis (17/1/2019).
Edi mengatakan, sungai yang meluap di wilayah Cilacap bagian timur antara lain Sungai Tipar, Sungai Ijo, dan Sungai Gatel. Ketiga sungai ini berada di perbatasan dengan wilayah Kabupaten Kebumen.
Selain itu, sekitar 400 rumah warga juga tergenang air dengan ketinggian 30 sentimeter (cm) sampai 60 cm. ”Ada 4 desa yang kebanjiran, yaitu Desa Mujur Lor, Desa Sikampuh, Desa Banjareja, dan Desa Kedungbenda. Ketinggian air di dalam rumah mulai dari 30 sentimeter sampai 60 sentimeter dan di sawah mencapai 1,5 meter,” kata Edi.
Mengungsi
Sebagian warga yang rumahnya dilanda banjir dengan ketinggian air hingga 60 cm saat ini mengungsi ke tempat yang aman, seperti masjid dan pondok pesantren. ”Pengungsi ada 9 keluarga dengan jumlah jiwa 15 orang,” kata Edi.
Pada Kamis pagi, tim gabungan dari BPBD setempat berupaya membersihkan saluran air yang tersumbat sampah dan aneka ranting pepohonan di sekitar Jalan Raya Buntu-Kroya. ”Tim beranggotakan 40 personel yang tersebar di beberapa titik untuk membersihkan saluran air yang tersumbat,” katanya.
Suparno (59), warga Desa Mujur Lor, mengatakan, hujan deras terjadi sejak Rabu sore pukul 17.00 hingga tengah malam. ”Setiap tahun ada banjir tapi tidak separah tahun ini, air sampai masuk rumah. Semalam air mulai masuk rumah pukul 21.00,” kata Suparno.
Suparno yang juga petani mengatakan, sawahnya seluas 125 ubin atau setara 1.750 meter persegi baru saja ditanami bibit padi dua minggu lalu rusak. Dia pun merugi hingga Rp 500.000. ”Padi pasti rusak dan mati. Padahal, sudah keluar uang untuk beli bibit dan mengolah tanah sekitar Rp 500.000,” kata Suparno.
Setiap tahun ada banjir tapi tidak separah tahun ini, air sampai masuk rumah. Semalam air mulai masuk rumah pukul 21.00.
Hal serupa juga disampaikan Sansuwarto (70), warga lain. ”Padi sudah terendam sampai dua hari ini pasti rusak,” kata Sansuwarto yang juga telah mengeluarkan sekitar Rp 500.000 untuk biaya membajak sawah dan menanam padi.
Selain di Cilacap, banjir juga melanda wilayah Banyumas dan Kebumen. Di Desa Gebangsari Kecamatan Tambak, Banyumas, terdapat 175 rumah dan 208 hektar sawah terendam banjir. ”Banjir masuk rumah warga di RW 001, 005, dan 006. Sebanyak 621 jiwa terdampak banjir,” ujar Kepala Desa Gebangsari Rokhmat.
Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Kebumen Eko Widianto mengatakan, banjir di wilayah utara, barat, dan timur Kebumen, Rabu lalu, sudah mulai surut. Namun, di bagian selatan Kebumen, hingga Kamis ini ketinggian air masih 50 cm-80 cm. ”Banjir sudah mulai surut. Warga yang sempat mengungsi sudah kembali. Mudah-mudahan tidak turun hujan lagi,” katanya.
Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo menyampaikan, dari pantauan curah hujan di sekitar Cilacap pada 17 Januari, tercatat di Stasiun Meteorologi 135 milimeter (mm), Pos Curah Hujan Tunggul Wulung Cilacap 92 mm, Kecamatan Binangun Cilacap 187 mm, dan Kecamatan Adipala Cilacap 204 mm.
”Hujan masuk kategori lebat dan ekstrem sehingga berdampak genangan atau banjir di beberapa wilayah. Kondisi untuk Jawa Tengah dari tanggal 16 sampai 18 Januari masih berpotensi hujan lebat disertai angin kencang, kilat, dan petir,” kata Teguh.