Ilmuwan Ungkap Perubahan Setelah Pemotongan Lambung
Oleh
Subur Tjahjono
·3 menit baca
Operasi pengecilan lambung menjadi solusi untuk orang dengan kegemukan yang berlebihan. Operasi yang disebut operasi bariatrik menghasilkan penurunan massa otot, tetapi perubahan kekuatan dan kinerja pasca-operasi tidak sepenuhnya dipahami. Ilmuwan di Amerika Serikat telah mengungkap perubahan tubuh setelah operasi pemotongan lambung itu.
Penelitian berjudul ”Perubahan Massa Tanpa Lemak, Kekuatan Otot Absolut dan Relatif, serta Kinerja Fisik Setelah Operasi Pemotongan Lambung” itu dimuat dalam The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism edisi 16 Januari 2019 yang juga dipublikasikan sciencedaily.com. Penelitian dilakukan tim dari Universitas California di San Francisco (UCSF), AS.
Dalam abstrak penelitian disebutkan, tujuan riset adalah untuk memeriksa perubahan komposisi tubuh, kekuatan, aktivitas fisik, dan kinerja fisik 12 bulan setelah operasi pemotongan lambung dengan teknik Roux-en-Y Gastric Bypass (RYGB).
Penelitian diikuti 47 orang dewasa gemuk yang terdiri atas 37 wanita dan 10 pria dengan indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) 44 ± 8 kg/m2. Peserta berusia 45 ± 12 tahun. Peneliti mengukur komposisi tubuh, kekuatan genggaman tangan, aktivitas fisik, dan kinerja fisik sebelum dan enam dan 12 bulan setelah RYGB.
Hasilnya menunjukkan, peserta mengalami penurunan substansial 12 bulan setelah operasi dalam total berat badan (-37 ± 10 kg atau 30 ± 7 persen), massa lemak (-48 ± 12 persen dari garis dasar), dan total massa tanpa lemak (-13 ± 6 persen). Hal itu berarti kekuatan genggaman tangan absolut menurun 9 ± 17 persen. Sebaliknya, kekuatan otot relatif meningkat 32 ± 25 persen. Selain itu, ada peningkatan pascaoperasi yang signifikan secara statistik dan klinis dalam semua ukuran kinerja fisik.
Kesimpulannya, berat badan menurun setelah RYGB. Namun, kekuatan otot relatif dan fungsi fisik meningkat secara bermakna dan karenanya merupakan hasil positif penting dari pemotongan lambung.
”Penelitian kami menemukan sementara pasien bedah bariatrik Roux-en-Y cenderung benar-benar melihat peningkatan kekuatan relatif mereka. Kinerja fisik peserta kami juga meningkat setelah operasi. Temuan ini menunjukkan bahwa kehilangan massa otot pascaoperasi dan kekuatan absolut mungkin bukan masalah yang berarti,” kata Diana Alba, peneliti dari UCSF.
Alba menjelaskan, memiliki kekuatan otot dan fungsi fisik yang baik sangat penting untuk membantu orang melakukan kehidupan sehari-hari.
Penelitian sebelumnya tahun 2016 menunjukkan, pasien dengan obesitas parah yang menjalani operasi pemotongan lambung mengurangi risiko kematian akibat obesitas dan penyakit lain hingga 48 persen hingga 10 tahun setelah operasi dibandingkan dengan pasien serupa yang tidak menjalani prosedur. Penelitian oleh Geisinger Obesity Institute dilakukan terhadap 2.700 pasien operasi pemotongan lambung di pusat operasi bariatrik yang terakreditasi secara nasional antara 2004 dan 2014.
”Sementara operasi bariatrik memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi kebanyakan pasien. Penting untuk dicatat bahwa dalam penelitian kami beberapa pengurangan risiko kematian terkuat setelah pemotongan lambung ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua,” kata Michelle R Lent, peneliti Geisinger Obesity Institute, seperti dikutip sciencedaily.com 2 November 2016.
Di Indonesia, operasi pemotongan lambung juga biasa dilakukan. Terakhir dilakukan kepada Titi Wati, warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang berat badannya mencapai 300 kg (https://kompas.id/baca/nusantara/2019/01/12/titi-wati-dipindah-ke-rumah-sakit/ , https://kompas.id/baca/nusantara/2019/01/11/segera-dioperasi-titi-wati-dibawa-dengan-mobil-pick-up-ke-rumah-sakit/).