Indonesia Belajar Kelola Liga dari ”Negeri Matador”
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelenggara liga sepak bola di Indonesia terus memperbaiki diri. PT Liga Indonesia Baru selaku operator liga mengawalinya dengan berguru dari La Liga Spanyol.
Kendati liga sepak bola di Indonesia telah ada sejak era perserikatan (1931-1944), Galatama (1974-1994), hingga Liga Indonesia (1994-sekarang), karut-marut pengelolaan kompetisi masih membentur tembok yang sama. Pengaturan skor, perkelahian antarsuporter, dan penyusunan jadwal liga domestik yang beririsan dengan agenda internasional tim nasional menjadi persoalan yang masih terus muncul di liga sepak bola Indonesia musim lalu.
Menyisakan masalah bukan berarti liga Indonesia sepi peminat. Basis pendukung yang militan dan juga masyarakat yang gandrung dengan sepak bola menjadi magnet bagi pengelola La Liga untuk memperkuat jenama (brand) di Asia Tenggara. Maka dari itu, La Liga melalui Managing Director La Liga untuk Asia Tenggara, Jepang, Korea, dan Australasia Ivan Codina datang menawarkan kerja sama.
La Liga serupa dengan PT LIB. Mereka juga mengelola liga sepak bola kasta tertinggi di Spanyol. Di bawah kepemimpinan Javier Tebas kini La Liga masuk dalam lima liga sepak bola paling berpengaruh di dunia.
Aspek kerja sama yang disepakati menyangkut transfer pengetahuan dan keahlian, workshop teknis, dan brand activation (mempromosikan liga serta sepak bola). Durasi kerja sama bakal berlangsung selama tiga tahun ke depan.
Agenda kerja sama terdekat pada tahun ini mencakup pembangunan kompetisi, praktik baik manajemen liga, sepak bola akar rumput, pengembangan usia muda, serta media dan teknologi digital. Secara bertahap, klub-klub peserta Liga Indonesia juga akan diberi kesempatan menimba ilmu langsung dari La Liga. Salah satunya dari sisi pengelolaan keuangan klub.
”Sebelum membenahi klub, kami ingin memperbaiki diri sendiri (operator liga) dulu,” ujar pejabat eksekutif tertinggi atau CEO PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) Risha Adi Widjaya seusai sesi penandatanganan kerja sama PT LIB dengan La Liga di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
Kemiripan
Chief Operating Officer (COO) PT LIB Tigorshalom Boboy mengatakan, Indonesia dan Spanyol memiliki kemiripan. Di Spanyol juga terdapat banyak provinsi seperti di Indonesia. Spanyol memiliki lebih kurang 50 privinsi dan 2 kota otonom yang tidak masuk dalam divisi provinsi.
Klub-klub sepak bola di Spanyol juga memiliki keterikatan yang erat dengan pemerintah daerah setempat, khususnya dalam penggunaan stadion. Liga Spanyol pun dalam sejarahnya pernah dirundung persoalan pengaturan skor.
Kesamaan kultur dan persoalan yang dihadapi, menurut Tigor, bisa menjadi landasan bagi liga Indonesia untuk belajar cara mengatasinya.
Di sisi lain, Ivan Condina berharap kerja sama dengan PT LIB dapat semakin meningkatkan penetrasi pasar La Liga di Indonesia. Bagi Ivan, industri sepak bola di Indonesia sedang berkembang dan masih banyak peluang serta kesempatan untuk lebih maju.
”Melalui kerja sama ini, kami ingin mendekatkan diri dengan penggemar di Indonesia,” kata Ivan.
Selain dengan PT LIB, La Liga juga telah berkolaborasi dengan operator liga di negara lain, seperti dengan J-League di Jepang, Thai League di Thailand, dan Liga Super Malaysia.
Risha mengungkapkan, dengan menggandeng La Liga, liga Indonesia harus mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari kerja sama ini. Kerja sama dengan La Liga diharapkan mampu membuat liga Indonesia lebih dikenal dari sisi prestasi. Setelah dikenal di level dunia, mitra-mitra lain yang menawarkan kerja sama akan semakin banyak.
Adapun hal yang menjadi tujuan jangka panjang bagi PT LIB adalah tiadanya disparitas antarklub di Indonesia. Melalui kerja sama ini, Risha menginginkan klub-klub sepak bola di Indonesia bisa memanfaatkan kesempatan belajar dari La Liga melalui beragam program ke depan.
”Kami butuh paling tidak agar klub-klub memiliki kemampuan yang sama, misalnya dari segi profesionalitas dan pengelolaan keuangan. Klub-klub di La Liga itu hampir semuanya setara,” ujar Risha.
Tigor menambahkan, saat ini Indonesia memiliki 10 klub sepak bola profesional. Kerja sama dengan La Liga diharapkan dapat meningkatkan jumlah klub profesional.
Sebagai informasi, jumlah klub profesional di Indonesia lebih banyak dari Thailand yang memiliki 9 klub, tetapi masih kalah dari Vietnam yang memiliki 11 klub sepak bola profesional.