Pada awal 2019, kasus peredaran dan penyimpanan narkoba di Jakarta kembali marak terjadi. Sebagian dari kasus yang dibongkar polisi itu terjadi di wilayah Jakarta Barat.
Kasus terbaru terjadi pada Selasa (15/1/2019). Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat menggeledah satu unit apartemen Puri Park View di Kembangan, Jakarta Barat. Dari penggeledahan itu, polisi menemukan ratusan ribu butir narkoba. Tempat itu diduga dijadikan gudang penyimpanan narkoba.
Sebelumnya, pada 10 Januari lalu, kepolisian juga membongkar tempat penyimpanan narkoba di salah satu sekolah di Jakarta Barat. Di sekolah itu ditemukan narkoba sabu seberat 355,56 gram dan 7.910 tablet psikotropika golongan IV yang digunakan di dunia medis untuk pasien penderita depresi.
Berdasarkan data dari Polrestro Jakarta Barat, sepanjang tahun 2018 terdapat 1.088 kasus narkoba yang ditangani dengan jumlah pelaku yang dijadikan tersangka sebanyak 1.417 orang. Adapun pada tahun 2017 terdapat 1.231 kasus serupa.
Banyaknya kasus narkoba yang terjadi di wilayah ini menunjukkan kalau Jakarta Barat masih jadi incaran utama pelaku bisnis barang haram. Namun, mengapa lebih banyak terjadi di Jakarta Barat?
Menurut Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional Ali Johardi, Rabu (16/1/2019), di Jakarta, peredaran gelap narkotika tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi hampir seluruh wilayah di republik ini. Hanya jaringan dan banyaknya peredaran yang menjadi perbedaan.
”DKI Jakarta merupakan salah satu pusat peredaran yang cukup tinggi dibandingkan provinsi lain,” ujar Ali.
Meski tak bisa memastikan mengapa Jakarta Barat masih menjadi incaran para pengedar, menurut Ali, ada beberapa faktor, yaitu daerah ini relatif banyak tempat hiburan.
Berdasarkan catatan Kompas, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat menjadi pusat persebaran sarana hiburan, seperti bioskop, diskotek, karaoke, spa, dan bar. Keberadaan Jakarta Barat menjadi pusat hiburan bisa jadi terkait dengan lokasi kawasan Kota Tua (Batavia) yang di salah satu sudutnya pernah dijadikan sebagai pusat hiburan bangsa Belanda.
Secara keseluruhan, jumlah tempat hiburan di Jakarta Barat sekitar 430. Angka ini masih lebih kecil dari Jakarta Pusat yang mencapai 617 tempat hiburan, (Kompas.id, 9/1/2017).
”Kemudian bisa juga karena populasi di wilayah itu penggunanya lebih banyak sehingga peredarannya juga banyak di situ,” kata Ali.
Hal senada disampaikan Guru Besar Kriminolog Universitas Indonesia Muhammad Mustofa. Menurut Mustofa, terdapat banyak kemungkinan, termasuk wilayah (Jakarta Barat) yang dianggap kondusif oleh pengedar untuk mengedarkan narkoba atau juga karena pengawasan dan penindakan aparat lemah.
”Atau justru wilayah yang paling rajin (kepolisian) melakukan penindakan sehingga jumlah pelanggaran yang diketahui menjadi lebih banyak,” kata Mustofa.
Pencegahan diperkuat
Terungkapnya tempat penyimpanan narkoba di salah satu sekolah di Jakarta Barat itu menunjukkan bahwa ancaman narkoba kian dekat dan mengancam generasi penerus bangsa. Pendidikan tentang bahaya narkoba yang dimasukkan di kurikulum sekolah sejak tahun 2010 harus diperluas ke seluruh sivitas akademika dalam sebuah lembaga pendidikan.
”Dengan kejadian ini, kita akan meningkatkan sosialisasi tidak hanya pada murid saja, tetapi juga seluruh sivitas akademika, seperti guru, karyawan, petugas kebersihan, dan penjaga sekolah. Orang tua yang tergabung dalam komite sekolah akan jadi sasaran kami,” katanya.
Kepala BNN Komisaris Jenderal Heru Winarko menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tidak hanya fokus pada kurikulum pendidikan, tetapi juga mengawasi kegiatan-kegiatan lain di lingkungan sekolah.
”(Penggunaan narkoba) sekarang sudah bergeser. Kalau dulu pengguna adalah para tenaga kerja, sekarang mulai ke anak generasi muda,” kata Heru. (STEFANUS ATO/SITA NURAZMI MAKHRUFAH)