Kawasan Konservasi Perairan Dukung Ekowisata Balikpapan
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS-Ekowisata bisa menjadi sektor unggulan Balikpapan jika kawasan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan. Dengan penetapan itu, perlindungan kawasan bisa dilakukan dan Balikpapan bisa menggarap ekowisata.
Hal tersebut diutarakan aktivis lingkungan Hamsuri, pegiat lingkungan Agus Bei, dan pemerhati pariwisata Syahrul Karim, Kamis (17/1/2019). Ini terkait desakan sejumlah aktivis lingkungan agar sekitar 32.000 hektar kawasan Teluk Balikpapan, atau seperlima kawasan, ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP).
Hamsuri mengatakan, KKP akan mendukung penuh ekowisata yang mengadalkan pesona Teluk Balikpapan. Konsep utama KKP adalah perlindungan kawasan. “Tetapi juga memerhatikan aspek sosial dan ekonomi masyarakat, karena KKP berdampingan dengan banyak lokasi,” kata Hamsuri.
Teluk Balikpapan menyajikan pesona utama bakau-bakau primer, terutama di wilayah Balikpapan Barat dan Penajam. Bakau menjadi habitat bekantan, satwa berstatus dilindungi. Perairan Teluk Balikpapan juga habitat pesut, yang juga berstatus dilindungi.
Pemerhati wisata yang juga dosen Politeknik Negeri Balikpapan Syahrul Karim menyebut ekowisata Balikpapan lebih bisa dijalankan jika KKP terwujud. Namun, menggairahkan ekowisata, tergantung cepatnya respons pemerintah daerah. Terkait itu, Syahrul pesimistis.
Agus Bei yang juga Ketua Mangrove Center Balikpapan mengatakan, sudah saatnya sebagian Teluk Balikpapan diselamatkan dari semua bahaya. Dari hilir mudik kapal yang berpotensi mencemari perairan, hingga tergerusnya bakau karena geliat industri.
Di Balikpapan, potensi ekowisata yang paling menjanjikan adalah Mangrove Center Balikpapan di ujung kompleks Graha Indah, Balikpapan Barat. Kawasan mangrove seluas 150 hektar ini, dibuka sejak tahun 2010, dikelola masyarakat, dan semakin menarik wisatawan.
Mangrove Center Balikpapan selalu dituju wisatawan terutama ketika liburan dan akhir pekan. Wisatawan bisa menyewa perahu, menyisir sungai, menikmati hamparan bakau, dan sejenak mengitari kawasan teluk. Bersantai sejenak di tepi dermaga juga terasa menyenangkan.
Sayangnya, Mangrove Center Balikpapan belum dijadikan tempat wisata secara resmi oleh Pemkot. Terkait itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan Suryanto menyebut, kendalanya adalah akses jalan. Lokasi tempat ini di ujung perumahan, melewati gang-gang.
Suryanto mengakui, potensi ekowisata belum tergarap di Balikpapan. Bahkan hanya satu yang benar-benar sudah berjalan bagus, yakni Mangrove Center Balikpapan. “Kami rencananya membuka akses jalan ke tempat itu. Namun, memang, kendalanya anggaran,” ucapnya.
Sejumlah aktivis lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Pengusul KKP, telah mendatangi Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi. Rizal sudah menyatakan setuju memberi rekomendasi. Daerah yang memiliki area di teluk, harus memberi rekomendasi tertulis menyetujui KKP.
Urusan selanjutnya, menurut Hamsuri, adalah membawa rekomendasi ke Pemprov Kaltim. Muara akhirnya, adalah penetapan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ketika sebagian kawasan teluk menjadi KKP, setidaknya itu menjadi rem degradasi lingkungan.
“Area KKP ini berupa kawasan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan habitat pesut. Desakan KKP semestinya dikabulkan, jika kita ingin melihat teluk tetap terjaga kelestariannya, di tengah kepungan permukiman, dan kawasan industri,” kata Hamsuri, yang juga juru bicara koalisi tersebut.
Adanya KKP, lanjut Hamsuri, membebaskan sebagian kawasan dari aktivitas selain yang pro lingkungan. Tidak ada hilir mudik kapal niaga, salah satunya. “Menyelamatkan seluruh teluk, terlambat. Tapi kita masih bisa menyelamatkan sebagian,” ujar Hamsuri.