JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan podium ritel yang menyatu dengan kawasan superblok di Jakarta kini terancam mulai sepi pengunjung. Konsep podium ritel di DKI Jakarta tumbuh menggantikan pusat perbelanjaan atau mal.
Proyek properti terpadu (superblok) yang menggabungkan subsektor perkantoran, apartemen, hotel, dan pusat perbelanjaan (mal) dalam satu kawasan berkembang sejak era 1990-an. Pembangunan mal di DKI Jakarta mulai tergantikan oleh podium ritel sejak berlakunya kebijakan moratorium pembangunan mal tahun 2013.
Podium ritel yang diisi dengan ruang ritel berukuran lebih kecil dibandingkan mal menjadi fasilitas penunjang di kawasan superblok. Peruntukan podium ritel didominasi oleh ritel makanan dan minuman.
Dari survei yang dilakukan konsultan properti Savills Indonesia, tingkat keterisian podium ritel mulai menurun dalam dua tahun terakhir. Director Research & Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus, di Jakarta, Kamis (17/1/2019), mengemukakan, okupansi podium ritel di Jakarta turun dari semula di atas 90 persen menjadi 87-88 persen.
Menurunnya tingkat okupansi podium ritel itu antara lain dipicu keterbatasan ruang sehingga tidak mampu menghadirkan ritel yang beragam. ”Skala (ruang) yang minim, jauh lebih kecil dari mal, sehingga tenant (penyewa) terbatas,” katanya.
Punya nilai lebih
Di sisi lain, tren konsumen untuk belanja semakin tergantikan liburan dan e-dagang. Hal itu dinilai menjadi ”lampu kuning” bagi pertumbuhan podium ritel. Tanpa nilai lebih yang ditawarkan, podium ritel akan semakin sepi pengunjung.
”Bisnis ritel harus semakin berevolusi. Pusat belanja harus punya nilai lebih dari sekadar belanja agar bisa menarik pengunjung,” kata Anton.
Secara terpisah, pengembang PT Setiawan Dwi Tunggal berencana menggarap pusat belanja di kawasan superblok South City, Tangerang Selatan, Banten. Kawasan superblok itu direncanakan mencakup apartemen, ruko, rumah tapak, pusat belanja, dan perkantoran.
Associate Director Sales & Marketing PT Setiawan Dwi Tunggal Stevie Faverius mengemukakan, pusat belanja masih menjadi daya tarik masyarakat di kawasan pinggiran Jakarta. ”Saat ini, kami masih mencari partner yang tepat untuk menggarap pembangunan mal,” ujarnya.