Solok, Kota Kecil yang Membangun Diri
Selain Padang Panjang, kota lain di Sumatera Barat yang juga mendapat penghargaan pada Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) - Kompas 2018 untuk kategori Kota Kecil adalah Kota Solok. Seperti halnya Padang Panjang, Kota Solok meraih skor tertinggi pada aspek masyarakat.
Dalam IKCI 2018 Harian Kompas, Kota Solok meraih posisi ketiga setelah Sungai Penuh, Jambi. Adapun Kota Padang Panjang ada pada posisi pertama. Solok mendapatkan nilai 51,64 (pada skala penilaian 1-100) dengan skor terbanyak dari aspek masyarakat, yakni 13,3. Setelah itu, aspek kualitas hidup (9,12) dan lingkungan (7,37). Aspek lain adalah ekonomi (5,63), pemerintahan (5,36), dan mobilitas (5,30).
Lokasi Kota Solok sekitar 50 kilometer dari Kota Padang. Solok bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Kategori kota kecil mengacu pada jumlah penduduknya yang kurang dari 100 ribu jiwa.
Letak kota dengan dua kecamatan (Lubuk Sikarah dan Tanjung Harapan) itu sangat strategis, karena berada pada Jalur Lintas Tengah Sumatera yang menghubungkan Aceh - Sumatera Utara - Sumatera Barat - Jambi - Sumatera Selatan - Lampung.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solok 2018, penduduk Kota Solok tahun 2017 berjumlah 68.602 jiwa, yang terdiri atas 33.994 laki-laki dan 34.608 perempuan.
Sebagian besar penduduk kota dengan pendapatan asli daerah (PAD) Rp 41,85 miliar (2017) itu bergantung pada sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel yang mencapai 41,39 persen. Adapun sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan sebesar 29,65 persen, dan sektor lainnya seperti angkutan, pergudangan, keuangan sekitar 15,40 persen. Yang bergantung pada sektor industri pengolahan sebesar 7,99 persen dan pertanian 5,56 persen.
Pusat Kota Solok, selain menjadi pusat pemerintahan, perkantoran, juga pusat kegiatan perdagangan, sektor yang paling yang menonjol. Hal itu terlihat dari berbagai kegiatan di sektor perdagangan, baik yang berada di kawasan Pasar Raya Solok maupun di toko-toko warga di pinggir jalan.
Wali Kota Solok Zul Elfian usai penyerahan penghargaan IKCI di Jakarta, Rabu (9/1/2019), mengatakan, sektor perdagangan memang menjadi salah satu fokus mereka dalam pengembangan kota.
Pada IKCI-Kompas 2018, aspek masyarakat yang menonjol di Kota Solok terlihat pada penggunaan teknologi informasi, baik penggunaan telepon seluler (ponsel) atau komputer, memiliki telepon seluler, hingga mengakses internet.
Tercatat, dari 68.602 jiwa penduduk, warga berusia lima tahun ke atas yang menggunakan telepon seluler atau nirkabel serta komputer dalam tiga bulan terakhir di tahun 2018 sebanyak 91,82 persen. Sementara untuk kepemilikan ponsel 74,87 persen, dan pengakses internet 52,87 persen.
Terus ditingkatkan
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Solok Zulfadli Tanin mengatakan, secara bertahap, kualitas infrastruktur teknologi, informasi, dan komunikasi terus ditingkatkan. Selain untuk memenuhi kebutuhan, juga memaksimalkan pelayanan ke masyarakat.
Pihaknya juga secara bertahap memperbaiki jaringan internet dengan beralih dari wireless ke fiber optik pada seluruh organisasi perangkat daerah. Jaringan itu selanjutnya diintegrasikan hingga kecamatan dan kelurahan, termasuk menyediakan jaringan internet gratis di sejumlah titik antara lain taman kota, Masjid Agung Kota Solok, dan selanjutnya di obyek pariwisata.
Untuk memaksimalkan layanan publik, Pemkot Solok menggunakan aplikasi yang direplikasi dari kota-kota seperti Surabaya, Bandung, dan Medan. Namun, mereka juga mengembangkan sendiri dengan merekrut pengembang.
Kota Solok juga memiliki aplikasi “Solok di Ujung Jari” berisi segala informasi terkait kota itu yang terus diperbaharui. Aplikasi itu tersedia untuk pengguna ponsel pintar.
“Berbagai perbaikan infrastruktur memang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Apalagi kami sendiri mempunyai tugas pokok, yakni penyelenggaraan e-government di daerah dan keterbukaan informasi publik,” kata Zulfadli.
Sejalan dengan itu, peningkatan kapasitas dan literasi internet masyarakat juga terus dilakukan. “Tiap tahun ajaran baru, kami ke sekolah-sekolah untuk sosialisasi internet cerdas. Selain itu, kami sudah mencanangkan Kota Solok anti hoaks, serta sosialisasi bagaimana memanfaatkan aplikasi-aplikasi pelayanan masyarakat yang kami buat,” kata Zulfadli.
Di penanganan kebencanaan, Zul Elfian mengatakan, penanganan banjir menjadi salah satu prioritasnya. Kota Solok memang rawan dilanda banjir akibat luapan sungai besar yang melintasinya. Upaya yang dilakukan adalah menormalisasi sungai dan pembuatan tanggul penahan banjir.
Suarni (43), warga Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah mengatakan, penanganan banjir memang sudah semakin baik. “Sekitar 1995, pernah terjadi banjir besar dan air masuk hingga ke dalam rumah saya. Sekarang, terutama sejak perbaikan banda (sungai), banjir hampir tidak terjadi lagi. Jika pun ada banjir, hanya genangan kecil di jalan,” kata Suarni. Rumahnya ratusan meter dari Sungai Batang Lembang.
Dulu, banjirnya sampai setinggi hampir satu meter. Sekarang, lebih banyak berupa genangan di jalan.
Tidak hanya banjir, menurut Suarni, pelayanan publik juga semakin baik. Menurut Marni, selain gratis, pelayannya juga sangat cepat. “Begitu sampai, kami langsung dilayani. Pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) bisa satu jam selesai, kalau pergantian Kartu Keluarga sehari,” kata Suarni.
Suarni juga mengapresiasi bagaimana relasi yang terus dibangun pemerintah dengan masyarakat. Baik lewat diskusi atau kegiatan-kegiatan bersama seperti gotong royong dan lainnya.
Penghargaan IKCI-Kompas 2018 merupakan buah upaya maksimal bersama dari berbagai instansi terkait.
Selain itu, sebagai kota yang menyebut diri sebagai “Kota Beras”, keberadaan sawah di Kota Solok juga mendapat perhatian khusus. Selain produksi, pemerintah Kota Solok juga mulai mendorong keberadaan sawah lewat branding “Sawah Solok” sebagai obyek wisata.
Oleh karena itu, menurut Zul Elfian, selain penataan kawasan sawah yang bisa diakses wisatawan, mereka juga mendorong program mina padi. Usman (50), petani di Kelurahan Tanah Garam, Lubuk Sikarah, mengatakan, pemerintah kota memang memberikan perhatian serius kepada pertanian, khususnya Sawah Solok.
“Selain memperbaiki irigasi dan memberi bantuan peralatan, program seperti mina padi juga membantu kami. Jadi kami selain mendapat hasil padi, juga ikan yang bibitnya dibantu secara gratis oleh pemerintah kota,” kata Usman.
Penataan kota juga diapresiasi warga. Purniati (55), warga Solok yang kini menetap di Padang tetapi masih rutin pulang mengatakan, meski masih perlu peningkatan, penataan kota sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Selain perbaikan jalur pedestrian, pembenahan ruang terbuka hijau seperti Taman Syech Kukut Solok membuat kota semakin nyaman.
Menurut Zul Elfian, penghargaan IKCI-Kompas 2018 merupakan buah upaya maksimal bersama dari berbagai instansi terkait. Kebijakan-kebijakan yang menjadi solusi bagi persoalan yang dihadapi masyarakatnya bisa terus didorong. Harapannya, dengan upaya itu, ke depan Kota Solok semakin baik.
Libatkan warga
Pengajar sosiologi Universitas Indonesia yang juga juri IKCI-Kompas 2018 Daisy Indira Yasmine mengatakan, kota kecil memiliki peluang untuk terus berkembang. Syaratnya, pelibatan warga atau komunitas dalam pengambilan keputusan. Tanpa itu, arah pembangunan kota kecil berpotensi meninggalkan kebutuhan warganya.
Sejak lama, struktur pemerintahan Indonesia diwarisi sistem baik yang bisa dimaksimalkan, yakni Rukun Tetangga atau Rukun Warga (RT/RW). "Gunakan struktur masyarakat itu secara maksimal untuk memberi mendengar suara warga. Jangan diperas fungsinya hanya untuk pengurusan KTP misalnya," kata dia.