JAKARTA, KOMPAS - Bank Indonesia menilai level suku bunga acuan masih cukup kompetitif untuk memperkuat daya saing pasar keuangan Tanah Air. Tahun ini BI tetap akan bersikap preemtif, dengan menelurkan kebijakan mendahului situasi yang ada, demi memperkuat stabilitas nilai tukar.
Rapat Dewan Gubernur BI yang berlangsung 16-17 Januari 2019 memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 6 persen. Adapun suku bunga pinjaman rupiah bank dari BI juga bertahan 6,75 persen. Sementara suku bunga simpanan rupiah bank di BI tetap 5,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, level suku bunga acuan saat ini masih cukup memberi ruang masuknya modal asing ke Indonesia. Sepanjang triwulan IV-2018, aliran modal asing yang masuk ke tanah air mencapai 12,5 miliar dollar AS.
“Aliran modal asing mulai masuk pada akhir tahun lalu dan bakal berlanjut di tahun ini. Keputusan (menahan tingkat suku bunga acuan BI) ini masih konsisten dengan upaya stabilisasi rupiah dan penurunan defisit transaksi berjalan,” kata Perry di Jakarta, Kamis (17/1/2018).
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah sejak awal tahun hingga 15 Januari 2019 menguat 2,04 persen. Sejak Mei 2018, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 1,75 persen poin.
Adapun pada akhir Desember 2018 posisi cadangan devisa tercatat sebesar 120,7 miliar dollar AS atau meningkat 3,5 miliar dollar AS dibandingkan posisi akhir November 2018. Posisi cadangan devisa cukup untuk memenuhi 6,7 bulan pembiayaan impor atau 6,5 bulan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri.
Perry menegaskan akan tetap memantau kondisi global sebagai acuan dalam menentukan kebijakan. Meskipun Bank Sentral AS, The Fed, menunjukkan arah kebijakan yang melunak, BI tidak akan menutup ruang kenaikan suku bunga acuan.
Faktor lain pendorong stabilitas rupiah, lanjut Perry, adalah perbaikan defisit transaksi berjalan (CAD). BI memproyeksikan CAD akan berada di kisaran 2,5 persen dari PDB pada 2019. Adapun pada triwulan IV-2018, CAD diproyeksikan mencapai 8,8 miliar dollar AS, atau berada di kisaran 3 persen dari PDB.
“Masuknya modal asing dan pengendalian CAD akan mendorong rupiah menguat dan tetap stabil. BI tetap berkordinasi dengan pemerintah untuk menjaga posisi CAD,” ujarnya.
Menurut Perry, perbaikan posisi CAD akan ditopang juga oleh sejumlah kebijakan untuk menekan impor, di antaranya perluasan implementasi B20 dan kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) untuk 1.147 barang impor.
Kepala Riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Febrio N Kacaribu, menilai keputusan BI menahan suku bunga sudah tepat.
“Mempertimbangkan kondisi fundamental domestik yang stabil, penurunan risiko eksternal, suku bunga acuan BI tidak perlu dinaikkan,” ujarnya.
Menurut Febrio, kondisi tekanan rupiah yang berkurang, pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil sepanjang triwulan IV-2018, serta inflasi yang rendah, menjadi landasan kuat bagi bank sentral untuk menahan suku bunga.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Wisnu Wardhana, mengatakan perkembangan ekonomi global telah memberikan ruang bernafas bagi perbankan Indonesia. Kondisi global yang dimaksud adalah perkiraan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali, dari perkiraan semula sebanyak tiga kali.
Namun, lanjut Wisnu, ancaman dari Uni Eropa dengan adanya kisruh perundingan Brexit dan perundingan perang dagang China dan AS yang belum mencapai titik temu tetap menjadi risiko yang patut diwaspadai.
“Kondisi tersebut akan memberi dampak pada pelemahan harga komoditas. Ini tetap akan menjadi risiko utama defisit transaksi berjalan Indonesia,” ujar Wisnu.