Bus transjakarta yang mulai beroperasi sejak 1 Februari 2004 telah menjadi andalan sebagian warga Jakarta dan sekitarnya untuk mobilitas karena akses layanannya yang luas. Namun, di sisi lain, tidak sedikit pelanggan setianya yang mengeluhkannya. Harapan perbaikan pun terus disuarakan.
Bus transjakarta hadir sebagai angkutan umum massal berbasis bus atau bus rapid transit (BRT) dengan mengadopsi sistem BRT TransMilenio, Bogota, Kolombia. Sejak awal kelahirannya hingga kini, sudah ada 13 koridor utama dan melayani 155 rute yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta.
Dengan kian banyaknya rute yang dilayani, transjakarta praktis menjadi andalan sebagian warga Jakarta untuk bermobilitas. Setiap hari, tercatat sekitar 520.000 orang menggunakan bus transjakarta.
Namun, apakah dengan demikian transjakarta bisa disebut sudah sempurna sehingga banyak orang bepergian dengan bus tersebut?
Yudiarto (41), wiraswasta yang menetap di Bintaro, mengatakan, transjakarta memang menawarkan kemudahan akses karena banyaknya rute. Akan tetapi, jalur khusus lintasannya harus steril agar perjalanan lebih lancar dan aman.
”Sejauh ini, belum ada kendala berarti yang terjadi. Akan tetapi, jalur khusus transjakarta harus steril. Berbahaya ketika kendaraan roda dua dan empat mengakses jalur transjakarta,” ucap pria yang rutin menggunakan bus transjakarta rute Blok M-Kota untuk berangkat kerja dan bertemu klien itu.
Isworo (48), karyawan swasta, mengungkapkan, ketika waktu sibuk, seperti berangkat kerja dan pulang kerja, akan terjadi antrean penumpang. Selain itu, penumpang juga akan berdesak-desakan di dalam bus.
”Harus biasakan diri kalau sudah gitu (antre dan berdesakan). Tidak nyaman, tetapi harus dijalani. Semoga bisa dibenahi,” katanya.
Namun, ia juga mengapresiasi layanan transjakarta. Ia menilai, harga tiket sangat terjangkau. Selain itu, di dalam bus tidak ada pengamen dan ada penyejuk ruangan (AC). ”Lumayanlah, AC menolong ketika harus desak-desakan. Tidak enak, kan, harus desak-desakan, panas, dan sambil berdiri,” ujarnya.
Rizky Faizal (26), wirausaha, berharap pihak transjakarta memperluas rute dengan menambah halte. Banyak pekerja yang tinggal di perbatasan Jakarta dan Tangerang. Mereka memerlukan halte tambahan untuk memudahkan mobilitas.
”Walaupun agak lama menunggu, asalkan ada halte yang dekat, kami (pekerja) sangat terbantu,” ucapnya. Sehari-hari, ia mengakses transjakarta dari Ciledug. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)