Ada yang Antusias Sampai Apatis
JAKARTA, KOMPAS – Debat pertama calon presiden dan wakil presiden Pemilu 2019 menarik perhatian masyarakat. Melalui debat ini masyarakat berharap bisa mengenal lebih jauh sosok calon pemimpin negara ini dari visi dan misi yang ditawarkan.
Malam itu di pos siskamling RT 03 RW 02 Kelurahan Gelora, Jakarta Pusat, beberapa warga berkumpul menyaksikan debat pertama capres dan cawapres yang disiarkan langsung di beberapa stasiun televisi.
Semua mata tertuju pada layar televisi 14 inci. Warga terlihat serius mendengar dan menonton masing-masing pasangan yang menawarkan visi misi masing. Sesekali-kali mereka bertepuk tangan setiap pasangan yang mereka dukung selesai berbicara.
“Sama saja kayak debat kemarin. Itu beneran nggak sih omongan mereka,” tiba-tiba seorang bapak melontarkan kritik.
M Arif Setyo (54), salah satu warga yang ikut nonton bareng debat capres di pos siskamling itu mengungkapkan, debat antar-capres itu penting disaksikan oleh masyarakat. Masyarakat bisa mengetahui program-program yang ditawarkan masing-masing pasangan capres dan cawapres untuk kemajuan Indonesia.
Debat ini penting untuk kita dan anak muda lainnya untuk menentukan pilihan
Lewat debat itu, lanjut Arif, masing-masing pasangan memperkenalkan visi misi untuk menarik suara terutama anak-anak muda.
Namun untuk pilihan, Arif mengaku, sampai saat ini belum pindah ke lain hati. Dia mengaku mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma\'ruf Amin.
“Pilihan saya sama, tetap Jokowi. Sudah terbukti kerjanya, dan beliau tinggal menjalankan program kerjanya yang belum selesai ditambah program yang ditawarkan saat ini. Semoga menang,” katanya.
Hamdi Abdullah (48), pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno, tidak mau ketinggalan berkomentar. Penuh semangat ia mengatakan, Indonesia perlu pemimpin yang dapat membangkitkan ekonomi dan membawa Indonesia jaya kembali.
Ia mengganggap pemerintah saat ini belum berhasil membawa perubahan besar. “Sosok seperti Prabowo harus menjadi pemimpin. Dia punya kharisma dan saya rasa Prabowo bersama Sandi akan menghadirkan pembaharuan untuk kesejahteraan rakyat,” kata Hamdi.
Mengundang Perdebatan
Sementara itu, di tempat lainnya, atensi masyarakat terhadap debat calon presiden dan wakil presiden tidak hanya dari kalangan orang tua. Namun, sejumlah anak muda pun turut menyaksikan debat melalui gawai.
Dua pemuda Andri Siprianto (20) dan Toni Hidayat (21), duduk di depan teras warung makan yang sudah tutup di kawasan Jalan Surya Barat, Jakarta Barat. Kedua sahabat itu memiliki pandangan politik yang berbeda. Sesekali mereka saling ejek dan debat atas pilihan mereka.
“Pemimpin tegas itu ya Prabowo, biar Indonesia disegani oleh Dunia. Indonesia perlu pemimpin baru. Masa mau dilanjutkan lagi sih periode Jokowi, kan banyak janji yang tidak terpenuhi, ” kata Andri sambil memegang gawainya.
“Tegas tapi gak ada prestasi. Jokowi sudah membuktikan satu periode. Pencapaiannya sudah banyak. Pemimpin tidak harus tegas. Yang penting itu kalem dan tidak membawa ketakutan ke kita. Lagi pula membangun Indonesia yang luas perlu tenaga besar dan tidak sebentar. Jokowi harus lanjut,” balas Toni.
Meski saling serang kedua sahabat ini sangat antusias dan tidak ada kemarahan apalagi saling membenci karena berbeda pandangan. Mereka berdua sepakat, Indoensia harus menjadi negara besar dan pemimpin yang mampu membawa rakyatnya maju dan sejahtera. Selain itu mereka juga berharap kasus korupsi segera dibasmi dari bumi pertiwi.
Debat ini memiliki arti penting bagi kedua sahabat ini karena untuk pertama kalinya mereka akan memilih langsung. Mengenal visi misi berarti lebih mengenal jauh kapasitas dari masing-masing pasangan calon.
“Kalau gak ada debat seperti ini kami gak akan tahu visi misi mereka. Debat ini penting untuk kita dan anak muda lainnya untuk menentukan pilihan,” kata Toni sembari disetujui oleh Andri.
Apatis
Namun ada pula sebagian pemuda yang belum menentukan pilihannya untuk pemilihan presiden. Dedi Mulyana (32), Maman (27), Fildaus (22), dan Randu (24), adalah beberapa di antaranya. Mereka mengganggap debat capres tidak terlalu penting, dan mereka pun memilih pasrah terhadap calon yang akan memimpin Indonesia.
Seperti yang diutarakan Dedi, sampai saat ini ia tidak tahu siapa pemimpin yang akan dipilih. “ Ya siapa saja lah,” kata Dedi.
Mungkin saya tidak memilih karena saya hanya mendengar berita yang saling menyerang satu sama lain
Begitu pula dengan Fildaus, ia sepertinya tidak akan memilih saat pemilu 2019 karena ia masih belum menentukan pilihan. Terlepas dari itu, ia mengatakan, terlalu banyak kabar atau berita yang tersebar di media sosial membuatnya makin tidak menyukai dan kesal dengan isu-isu yang saling menyerang.
“Mungkin saya tidak memilih karena saya hanya mendengar berita yang saling menyerang satu sama lain. Selain itu menentukan pilihan membuat kita malah saling menjatuhkan,” kata Fildaus.
Hal senada juga disampaikan oleh Maman, ia kemungkinan tidak akan menggunakan hak pilihnya karena tidak suka dengan situasi politik Indonesia yang tidak merangkul, dan saling menyerang dengan kebohongan.
Maman pun menilai, debat capres sangat penting untuk hari ini saja. Ia tidak yakin setelah debat tersebut masyarakat akan saling merangkul. “Setelah ini, medsos pasti akan saling menyerang,” lanjutnya. (AGUIDO ADRI)