MAGELANG, KOMPAS — Akses jalan Magelang-Purworejo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tertutup longsor, Jumat (18/1/2019) sejak pukul 02.30. Pembersihan jalan dengan alat berat sudah dilaksanakan sejak pukul 09.00, tetapi hingga pukul 11.00, jalan belum berhasil dibuka.
”Pembersihan jalan yang baru berlangsung sekitar 2 jam baru berhasil mengangkat material sekitar 7 persen,” ujar Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Supranowo, Jumat (18/1/2019) siang.
Longsor tersebut terjadi di Dusun Gesing, Desa Krasak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Longsor itu berasal dari tebing setinggi 20 meter di tepi jalan. Tebal material longsoran di jalan mencapai sekitar 3 meter, dan menutup jalan sepanjang 30 meter.
Tanah yang longsor adalah areal tanah pekarangan, yang ditanami puluhan pohon. Pemicu longsor adalah hujan deras yang terus turun sejak Kamis (17/1/2019) siang.
Supranowo mengatakan, Jumat siang, dia masih menunggu tambahan satu alat berat lagi. Dengan bantuan alat berat tersebut, diharapkan pada Jumat sore, akses jalan sudah bisa dilewati kendaraan roda dua.
Dengan kondisi tanah yang masih lembek dan belum stabil, kegiatan pembersihan jalan, menurut dia, juga cukup berisiko dan membahayakan keselamatan personel yang terlibat.
”Saat alat berat baru saja tiba, saya pun masih melihat ada sejumlah titik longsoran kecil turun dari tebing,” ujarnya. Menyikapi kondisi tersebut, maka ketika hujan turun lagi, kegiatan pembersihan jalan akan langsung dihentikan.
Nanang Ahmad (34), warga Desa Krasak, Kecamatan Salaman, mengatakan, Jumat dini hari, listrik tiba-tiba terputus. Setelah menyalakan senter, dia melihat sebagian longsoran tanah luruh ke jalan. Tak berapa lama, sejumlah warga pun mulai berteriak-teriak memberi tahu terjadinya longsor.
”Segera setelah itu, saya langsung mengajak anak dan istri saya keluar rumah,” ujarnya.
Warung sekaligus rumah Nanang hanya berjarak sekitar 2 meter dari jalan yang tertutup longsor. Saat berada di luar, dia pun melihat longsoran kedua terjadi, dengan membawa tanah berikut puluhan pohon yang berada di atasnya.
Yatini (36), salah seorang warga Desa Krasak, mengatakan, sekitar tahun 2009, tebing yang longsor tersebut sering dikeruk alat berat. Semula tanah tersebut direncanakan akan menjadi lokasi SPBU. Namun, setelah itu, tanah tersebut dibiarkan begitu saja.
”Pengerukan berkali-kali menyebabkan tebing tersebut lebih curam dari sebelumnya,” ujarnya.