Wakil Presiden Jusuf Kalla terus memandang layar lebar yang dipasang di pendapa kediaman resmi Wapres di Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis (17/1/2019) malam. Tangannya dilipat di dada, matanya fokus memandang jalannya debat kandidat Pemilihan Presiden 2019 yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi nasional.
Didampingi Nyonya Mufidah, Kalla terlihat serius menonton debat antara pasangan calon (paslon) Joko Widodo-Maruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Sepanjang debat berlangsung, Kalla tak banyak bergerak, apalagi bicara. Bahkan saat sejumlah pegawai Sekretariat Wakil Presiden dan wartawan tertawa ketika melihat Sandiaga memijat Prabowo di tengah debat, Kalla tetap bergeming.
Kendati menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, Kalla tidak hadir ke lokasi debat di Hotel Bidakara. Ia memilih menonton bareng siaran debat di rumah dinasnya dengan alasan suasananya lebih santai.
Masih ada sekitar 25 persen pemilih yang hingga kini belum menentukan pilihan di Pemilihan Presiden 2019
Meski tidak melihat langsung, Kalla tak ingin melewatkan jalannya debat. Hal itu pula yang dirasakan mayoritas masyarakat Indonesia, terutama para pemilih yang belum menentukan pilihan. Berdasarkan hasil survey Charta Politika dan Indikator Politik, masih ada sekitar 25 persen pemilih yang hingga kini belum memiliki pilihan di Pemilihan Presiden mendatang.
Karena itu pelaksanaan debat juga dianggap penting oleh kedua pasangan calon presiden-calon wakil presiden. Berbagai persiapan dilakukan oleh kedua pasangan dan juga tim pemenangan masing-masing.
Capres petahana, Jokowi, misalnya, sampai mengurangi aktivitasnya. Selama tiga hari, yakni Sejak Selasa (15/1/2019) hingga Rabu (17/1/2019), Presiden Jokowi lebih banyak berada di kediamannya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Saat itu, kegiatan Jokowi juga lebih banyak bersifat internal. Hanya pada Selasa pagi, Jokowi menghadiri acara Wirausaha Aparatur Sipil Negara dan Pensiunan di Sentul International Convention Center, Bogor.
Jokowi lebih banyak mempersiapkan diri menghadapi debat. Pada Selasa malam, misalnya, Jokowi bertemu dengan para ketua umum partai politik pendukungnya di sebuah resto di bilangan Menteng untuk berdiskusi mempersiapkan debat. Kemudian pada Rabu malam, Jokowi-Maruf kembali bertemu untuk melakukan simulasi debat. Menurut Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding, simulasi hanya dilakukan untuk mencocokkan durasi waktu selama debat.
Pasangan Prabowo-Sandiaga juga serius mempersiapkan diri untuk menghadapi debat. Salah seorang juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Viva Yoga Mauladi membenarkan, Prabowo dan Sandiaga juga mengurangi kegiatan kampanye di luar Jakarta. “Tidak ada kegiatan ke luar kota Jakarta untuk mempersiapkan debat,” tuturnya.
Beberapa hari menjelang debat, keduanya menghabiskan waktu untuk berdiskusi tentang sejumlah materi yang akan dipaparkan pada debat pertama dengan tim pemenangan. Dari masalah hukum, hak asasi manusia, korupsi, dan terorisme.
Datar
Hasil persiapan selama berhari-hari akhirnya bisa dilihat saat debat kandidat yang ditayangkan langsung oleh sejumlah televisi nasional. Banyak yang puas dengan jalannya debat, tetapi ada pula yang biasa saja atau bahkan kecewa dengan penampilan kedua pasangan kandidat.
Paparan serta jawaban kedua kandidat relatif datar.
Kekecewaan salah satunya disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) Anggara Suwahyu. Menurut dia, paparan serta jawaban kedua kandidat relatif datar. Padalah harapannya, baik Jokowi-Maruf maupun Prabowo-Sandiaga, akan menawarkan solusi untuk berbagai persoalan hukum karena keduanya sudah mendapatkan kisi-kisi pertanyaan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Sudah dikasih kisi-kisinya pun, masih belum menjawab permasalahan hukum dan HAM di Indonesia. Padahal seharusnya karena ada kisi-kisi, jawabannya bisa lebih firm,” katanya.
Problem tumpang-tindih regulasi yang menjadi pertanyaan pertama pada para kandidat dijawab hanya di permukaan.
Dia mencontohkan, problem tumpang-tindih regulasi yang menjadi pertanyaan pertama pada para kandidat dijawab hanya di permukaan. Jokowi menjawab akan membentuk pusat legislasi nasional yang dipimpin langsung oleh Presiden. Adapun Prabowo akan mengoptimalkan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) dan menggandeng akademisi.
Anggara menilai mengoptimalkan BPHN maupun membentuk Puslegnas adalah baik. Namun, tak ada elaborasi langkah berikut untuk menyelesaikan masalah tumpang-tindih aturan tersebut.
Ini karena masalah utamanya adalah terlalu banyak pejabat yang bisa menerbitkan peraturan. Bukan hanya presiden dan menteri, direktur jenderal pun bisa mengeluarkan aturan. “Semestinya batasi dulu pejabat yang bisa mengeluarkan aturan,” tambah Anggara.
Kekecewaan juga dirasakan masyarakat umum lainnya. Musa Maliki, seorang mahasiswa doktoral Universitas Charles Darwin, Australia asal Indonesia, misalnya, menilai debat tak sesuai ekspektasi publik. “Ekspektasi publik, Jokowi bisa lebih lancar menyampaikan pendapatnya karena tahu betul persoalan yang ada. Tetapi mengecewakan,” tutur Musa yang sempat menonton siaran debat perdana di televisi.
Di sisi lain, menurutnya, Prabowo-Sandi juga belum memperlihatkan jalan keluar yang ditawarkan untuk persoalan hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. “Saya belum melihat Prabowo-Sandi akan fokus kemana. Mereka lebih banyak menceritakan keluh-kesah masyarakat yang diterima, bukan program kerja,” katanya.
Kapasitas serta kemampuan kepemimpinan seseorang justru akan terlihat saat diharuskan menjawab secara spontan.
Sementara itu, Wapres Kalla, sempat mengritik mekanisme debat yang dibuat KPU. Menurut dia, langkah KPU memberikan kisi-kisi pertanyaan kepada pasangan calon, akan menghalangi munculnya kapasitas dan jiwa kepemimpinan seseorang. Menurut dia, kapasitas serta kemampuan kepemimpinan seseorang akan terlihat saat diharuskan menjawab secara spontan.
Debat pertama pasangan Jokowi-Maruf dengan Prabowo-Sandiaga yang dinanti banyak kalangan telah usai. Namun, rupanya keduanya belum berhasil memenuhi ekspektasi seluruh rakyat Indonesia. Semoga hal itu terjawab di debat berikutnya.