NAIROBI, JUMAT — Sembilan belas orang yang berada di lokasi penyerangan teroris Al Shabaab pada Selasa (15/1/2019) di Nairobi, Kenya, masih hilang. Serangan itu menewaskan warga Kenya dan sejumlah warga asing.
Palang Merah Kenya menyebut, 19 orang itu diduga berada di hotel DusitD2, Nairobi, kala serangan terjadi. Hingga Kamis (17/1/2019) malam, nasib dan keberadaan mereka tidak diketahui.
Tim pencari dan penyelamat sudah mengevakuasi 700 orang dari kompleks dusitD2 sejak serangan itu terjadi. Akibat serangan itu, 21 orang tewas setelah pada hari kejadian, dilaporkan hanya 15 orang tewas.
Aparat Kenya menyebut sudah tidak ada lagi orang dalam kompleks yang diserang Al Shabaab itu. Meskipun demikian, aparat mengerahkan anjing pelacak dan penjinak bom ke lokasi.
Petugas menemukan bom yang ditinggalkan penyerang di lokasi. Mereka memperingatkan kemungkinan ada suara ledakan dari lokasi selama proses penyisiran.
Salah satu penyerang diidentifikasi sebagai Ali Salim Gichunge alias Farouk. Ia terlacak dari mobil miliknya yang dipakai dalam penyerangan itu. Dia diketahui tinggal di kawasan Ruaka, Nairobi.
Polisi sudah menginterogasi pasangan Farouk. ”Kami memeriksa dan mengetahui dia tidak bersalah,” kata salah seorang aparat.
Di rumah Farouk, aparat menemukan lubang tempat menyimpan senjata. Para tetangganya menyebut Farouk dan pasangannya berencana pindah. Iklan penjualan barang mereka ditemukan di koran setempat, yang menyebutkan mereka akan pindah dari Nairobi.
Insiden di kompleks hotel mewah di Nairobi merupakan salah satu serangan yang dilancarkan kelompok teroris Somalia itu ke Kenya sejak 2011.
Kelompok garis keras Al Shabaab sering menyerang Kenya setelah Nairobi mengirim tentara ke perbatasan pada 2011 dalam misi perdamaian Uni Afrika. Hal ini karena Somalia telah menjadi negara yang tidak aman akibat gerakan separatis yang ingin memerintah negara dengan hukum syariah.
Selain itu, pengiriman pasukan Kenya juga bertujuan membuat zona penyangga demi mencegah pergerakan milisi kelompok radikal. Serangan sejenis di lokasi yang sama pernah terjadi pada 2013 dan menewaskan 67 orang.
Presiden Kenya Uhuru Kenyatta menyatakan, pengepungan selama 20 jam yang mengikuti serangan itu berujung pada kematian semua teroris. Seluruhnya tewas ditembak aparat Kenya. Foto dan video jenazah lima penyerang beredar di media sosial.
Dalam pernyataan setelah serangan, Al Shabaab menyatakan alasan memilih Kenya sebagai target. Kenya merupakan negara yang menjadi markas perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan aneka perusahaan asing di Afrika.
Mereka hanya menyebut serangan itu sebagai pembalasan atas pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Jerusalem sebagai ibu kota Israel. ”Serangan ini menyasar kepentingan barat dan zionis di seluruh dunia dan mendukung kerabat Muslim kami di Palestina,” demikian pernyataan itu.
Gedung Putih menyebut serangan tidak berperasaan itu sebagai pengingat jelas mengapa AS terus memerangi terorisme dan radikalisme.
Warga AS menjadi salah satu korban tewas dalam insiden itu. Korban yang tidak disebutkan identitasnya itu selamat dari serangan Al Qaeda di New York pada 11 September 2001. (AFP/REUTERS)