Bendera-bendera di tangan dikibarkan, alat-alat musik dari terompet, drum hingga kecrek dibunyikan. Yel-yel kemenangan pun diteriakkan oleh mereka yang memadati halaman Rumah Aspirasi Rakyat 01 di kawasan Menteng, Jakarta. Hampir seluruh mata yang hadir antusias menatap layar di atas panggung, selama acara debat perdana kandidat Pemilihan Presiden 2019 berlangsung.
Perdebatan renyah antara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi-Amin Ma\'ruf dan Prabowo-Sandiaga Uno sesekali membuat para penonton berseru sambil memainkan atribut yang mereka pegang. Mereka kerap meneriakkan "Jokowi, menang, menang", tak ketinggalan yel-yel "Jokowi-Ma\'ruf Amin, amin, amin" di sela tayangan debat.
Masyarakat yang berdatangan sejak matahari terbenam ramai tidak hanya memenuhi halaman depan bangunan, tetapi juga tumpah ke sepertiga lajur Jalan Proklamasi yang dinaungi tenda putih, karpet, serta layar untuk menyaksikan debat yang disiarkan stasiun televisi. Acara nonton bersama pada Kamis (17/1/2019) malam itu sebelumnya diramaikan dengan sejumlah penampilan hiburan.
"Kami tentu mengharapkan kontestasi yang menghibur bukan, bermusuhan satu sama lain," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Asrul Sani saat mengawali acara nonton bersama malam ini.
Ada Parodi Pidato Kebangsaan yang disampaikan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma\'ruf, Arya Sinulingga. Lalu sajian lagu-lagu seperti "OK", "Gagal Bersembunyi", dan "Berlatih Patah Hati" yang dibawakan penyanyi muda, Prastiwi alias Tiwi dan Indra The Rain, juga band Govinda. Selain itu, juga ada penampilan komedi tunggal, yang di antaranya dibawakan komika Mosidik. Di sela-sela tayangan debat, panitia juga mengadakan kuis berhadiah untuk para hadirin.
Kemeriahan acara nonton bersama tersebut didampingi sejumlah perwakilan partai Koalisi Indonesia Kerja. Selain Asrul, hadir Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, Wakil Sekjen PDIP Eriko Sutarduga, Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni, Sekjen Partai Hanura Herry Lontung Siregar.
Lalu, ada pula Sekjen Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Ahmad Rofiq, Sekjen Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Verry Surya Hendrawan, Sekjen Golongan Karya (Golkar) Letjen Purn. Lodewijk Freidrich Paulus, Sekjen Nasional Demokrat (Nasdem) Johnny G Plate, serta Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Hanif Dakhiri.
Selain Hanif, yang juga merupakan Menteri Ketenagakerjaan dari Kabinet Kerja, juga hadir pula sejumlah anggota kabinet lain yang merupakan politisi partai pendukung Jokowi-Ma\'ruf yakni Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, yang disusul Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi M Nasir. Senada dengan masyarakat yang hadir, mereka kompak menggunakan atasan putih atau jaket hitam bertuliskan #01, yang merupakan nomor pemilihan pasangan Jokowi-Ma\'ruf.
Percaya diri
Perwakilan partai Koalisi Indonesia Kerja menilai bahwa pasangan Jokowi-Ma\'ruf percaya diri dalam debat tersebut. Mereka juga menilai, keduanya dapat saling mengisi dan menyampaikan jawaban atau tanggapan yang subtansial berdasarkan pengalaman.
"Penampilan pasangan Jokowi-Ma\'ruf terkontrol dengan baik. Kontrol diri membuat mereka sangat tenang dan percaya diri bisa dibandingkan dengan pasangan nomor 02 yang nampak panik dan keluar dari substansi," ujar Sekjen Golkar Lodewijk.
Kepercayaan diri tersebut dinilai sebagai hasil dari pengalaman Jokowi sebagai presiden selama empat tahun dan karakter Ma\'ruf yang mengayomi. Ia pun mencontohkan cara pasangan tersebut melawan pernyataan yang dilontarkan calon presiden nomor 02 Prabowo, tentang jabatan presiden sebagai kepala penegak hukum (chief of law enforcement officer). Hal yang berlawanan diutarakan Jokowi, yang menilai peran itu dapat mengintervensi penegakan hukum.
"Kami berharap rakyat tidak menilai debat ini dari retorika, tetapi dari rekam jejak masing-masing capres dan cawapres," kata Hasto.
Sementara Hanif juga berharap, agar masyarakat menggunakan pengamatan dan pengalaman yang nyata sebagai acuan untuk memilih calon presiden dan wakil presiden.
"Menurut kaidah usul fikih, kita tidak boleh meninggalkan sesuatu yang baik dan nyata dengan yang yang belum kita kenali. Di luar debat ini, kita semua harus jadi petarung, karena ini bukan semata soal presiden tetapi masa depan Indonesia," tuturnya. (ERIKA KURNIA).