Yun Artified Community Art Center Tambah Ruang Berkesenian
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Yun Artified Community Art Center hadir untuk mendukung kegiatan seni rupa di Indonesia. Pusat seni itu menawarkan perpaduan tradisional dan kontemporer melalui karya yang ditampilkan.
Yun Artified Community Art Center diresmikan Jumat (18/1/2019) di Jakarta. Peresmiannya dibarengi dengan pameran kaligrafi China dan lukisan karya Yince Djuwidja serta patung karya Zheng Lu, seniman dari Beijing, China.
Yun Artified Community Art Center terletak di Jalan Katamaran Permai III Nomor 35, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Luas ruang pamerannya 1.584 meter persegi. Ada tiga lantai yang digunakan untuk pameran dan satu lantai untuk lokakarya.
Mulai dari lantai satu sampai tiga, terpajang karya kaligrafi China yang dipadukan dengan lukisan dan patung. Kaligrafi itu digoreskan di atas kanvas dan menggunakan cat akrilik. Kaligrafi itu berisi puisi dan pepatah China.
Contoh kaligrafi yang dipadukan dengan lukisan ialah kaligrafi dipadukan dengan lukisan pohon cemara.
Jim Abiyasa Supangkat Silaen, kritikus seni rupa sekaligus kurator Yun Artified Community Art Center, mengatakan, gedung itu dirancang menyerupai museum seni. Ukuran dan luasnya ideal untuk kegiatan seni. Selain itu, karya yang ditampilkan menawarkan perpaduan tradisional dan kontemporer.
”Sensibilitas visual dituangkan ke dalam karya kaligrafi China yang dipadukan dengan lukisan. Kaligrafi yang tradisional, digoreskan ke atas kanvas dan menggunakan cat akrilik yang modern. Hal itu tidak menghilangkan nilai dan unsur artistik dari karya yang dihasilkan,” ucap Jim.
Pendiri Yun Artified Community Art Center Yince Djuwidja mengatakan, Yun Artified Community Art Center diharapkan memberi warna dan mendukung kegiatan seni rupa di Indonesia. Tujuan pendiriannya untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan apresiasi terhadap seni visual dengan menciptakan lingkungan bagi komunitas seni rupa.
Yun Artified Community Art Center akan dikembangkan menjadi pusat kegiatan seni dengan fasilitas ruang pameran, lokakarya, dan perpustakaan. Kegiatan yang dijalankan adalah kelas Chinese Calligraphy, Chinese Ink Painting, Canvas Painting with oil or acrylic, Clay-Sculpting, dan Brush Pen Calligraphy.
”Semoga berguna dalam pengembangan seni dan seniman dapat saling belajar. Masyarakat juga dapat menikmati berbagai karya seni,” kata Yince, pendiri Indonesia-China Art Association (ICAA).
ICAA merupakan organisasi nirlaba berbasis keanggotaan yang terdiri dari sejarawan seni, sarjana, kurator, kritikus, kolektor, pendidik, dan penerbit seni. Kegiatannya mempromosikan dan mendukung kesenian Indonesia dan China. ICAA juga menjadi wadah penghubung antara Asosiasi Seni Indonesia dan Asosiasi Seni China dan di mancanegara dalam sektor seni rupa.
Selain mempromosikan seni dan mendukung seniman, tujuan dan misi ICAA adalah untuk memberikan kesempatan bagi komunitas lokal dan masyarakat umum untuk mendapatkan pendidikan seni melalui pameran dan program penukaran berbagai kesenian dengan China.
”Adanya asosiasi dan tempat untuk berkesenian semakin memudahkan membangun relasi dan mengembangkan karya seni,” ujarnya. (Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany)