Teheran, Jumat-Iran mendesak Amerika Serikat membebaskan Marzieh Hashemi (59). Jurnalis untuk televisi Iran itu ditangkap di negara bagian Missouri, Rabu (16/1/2019).
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengecam penangkapan itu. Ia menyebut penangkapan itu sebagai pelanggaran kebebasan berbicara dan tidak dapat diterima. “Dia istri seorang warga Iran dan memandang ini tugas kami untuk mempertahankan hak warga kami,” ujarnya, Jumat (18/1/2019), di Teheran.
Terpisah, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) meminta Kementerian Kehakiman AS menjelaskan penahanan Hashemi. CPJ juga mengecam Iran yang disebut sering menangkap jurnalis. Kini, 18 jurnalis ditahan Iran.
Press TV, tempat Hashemi bekerja, menyebut sampai sekarang Badan Penyidik Federal (FBI) belum menjelaskan kenapa perempuan itu ditahan. Perempuan kelahiran AS itu disebut dijadikan saksi penting untuk kasus kriminal. Dalam UU AS, penegak hukum memang diizinkan menahan seorang saksi yang dikhawatirkan tidak hadir di persidangan.
Hashemi lahir di AS dengan nama Melanie Franklin. Ia mengubah nama setelah pindah ke Iran lebih dari 10 tahun lalu. Pekan lalu, ia ke AS untuk menyambangi keluarganya. Saat menunggu pesawat di AS, ia ditangkap dan ditahan sampai sekarang.
Taiwan
Dari Taipei dilaporkan, aparat Taiwan akan menyelidiki sejumlah surat kabar. Sasarannya adalah tabloid Wen Wei Po yang berpusat di Hongkong dan Ta Kung Pao yang berpusat di China. Media-media itu dituding menyebarkan berita bohong dan memata-matai penduduk orang di Taiwan.
Juru bicara kantor presiden Taiwan Alex Huang menyebut Ta Kung Pao terlibat aktivitas mata-mata terhadap warga Taiwan. Koran itu juga dituding menyebarkan berita bohong.
Seorang penggiat kemerdekaan Hongkong yang lari ke Taiwan, Tony Chung(17), menyebut kedua tabloid itu menurunkan laporan terperinci soal aktivitas penggiat kemerdekaan Hongkong. Laporan itu dilengkapi foto Chung dan sejumlah penggiat lain. Bahkan, di laporan itu mencantumkan buku yang dicari Chung di toko buku. “Pengawasannya sangat serius. Sangat menakutkan bahwa di Taiwan pun kami diikuti 24 jam sehari,” ujar pelajar itu
Desember 2018, Wen Wei Po melaporkan hasil penguntitan terhadap akademisi Australia, Kevin Carrico. Laporan aktivitas Carrico selama di Hongkong diterbitkan di halaman 1. Carrico diketahui ke Hongkong untuk meneliti gerakan kemederkaan dan politik Hongkong.
Wen Wei Po dikenal sebagai pendukung Beijing. Tabloid itu beberapa kali membuat laporan soal aktivitas penggiat kemerdekaan Hongkong di Taiwan.
“Media China melakukan aktivitas mata-mata di Taiwan. Hal ini masalah keamanan nasional yang nyata. Saya khawatir “Teror Merah” sedang berlangsung di Hongkong. Mereka mengikuti penduduk Hongkong hari ini. Apakah mereka akan membuntuti penduduk Taiwan besok,” kata anggota DPR Taiwan Lo Chih Cheng (REUTERS)