JAKARTA, KOMPAS - Pasca debat pertama calon presiden dan calon wakil presiden pada Kamis malam lalu, calon wakil presiden Ma\'ruf Amin bertemu pendukungnya di Tangerang, Banten. Ma\'ruf meminta masyarakat melawan hoaks, tidak melakukan ujaran kebencian, dan mengedepankan kebenaran.
"Kalau ada orang fasik membawa berita, cek dan teliti dulu. Sekarang kita harus kritis dengan media-media sosial. Cek dulu, karena seringkali beritanya hoaks," kata Ma\'ruf dalam Kopi Darat Sambil Ngaji di Gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia Kota Tangerang, Jumat (18/1/2019), malam.
Sekarang kita harus kritis dengan media-media sosial. Cek dulu, karena seringkali beritanya hoaks.
Kegiatan tersebut digelar Majelis Pencinta Ulama dan Muda-Mudi Indonesia (MMI). Kegiatan diskusi itu didahului dengan salat Magrib berjamaah dan tahlil bersama mendoakan kelancaran Jokowi-Ma\'ruf pada pemilihan umum mendatang.
Dalam kesempatan itu, Ma\'ruf membahas pula beredarnya kabar bohong tentang dirinya dan pasangannya, Joko Widodo. Menurut Ma\'ruf, hoaks yang ditujukan pada Jokowi tidak benar. Kabar bohong itu antara lain menyebutkan Jokowi anti santri, bagian dari Partai Komunis Indonesia, dan tidak membangun jalan tol dengan baik.
Selain hoaks, Ma\'ruf juga prihatin dengan banyak ujaran kebencian yang ditujukan kepadanya. Salah satunya adalah meragukan keulamaannya karena masuk dalam dunia politik. Ma\'ruf menyatakan, keulamaannya tidak terpengaruh asalkan bersama pemimpin yang benar-benar bekerja untuk rakyat dan membangun bangsa dan negara.
Sementara, Koordinator MMI Nurul Huda mengatakan, MMI memang dibentuk untuk mengajak anak muda menghindari hoaks. "MMI terbentuk pada akhir 2018 pasca Abah (Ma\'ruf) mengumumkan pencalonannya. Kami menyadari banyak hoaks yang ditujukan kepada pasangan Jokowi-Ma\'ruf, sehingga kami perlu mengedukasi anak-anak muda," kata dia.
Dengan dukungan berbagai kalangan, Ma\'ruf optimistis menang pada pemilihan umum nanti. Di Tangerang, Ma\'ruf yakin dapat memenangkan suara di atas 60 persen. Adapun di tingkat nasional, Ma\'ruf optimistis meraih 70 persen suara.
Sebelumnya, sejumlah tokoh nasional mengkhawatirkan penyebaran hoaks di tahun politik ini. Mereka menilai, penyebaran berita bohong yang masif beberapa waktu belakangan sangat mengkhawatirkan dan dapat mengancam persatuan bangsa.
Hal itu karena masih banyak masyarakat awam yang mudah teperdaya hoaks. Apalagi, penyebaran sejumlah kabar bohong tersebut diduga diorganisasi pihak tertentu.
”Berita bohong itu tampaknya ada yang mengorganisasi. Bahkan, yang kita dengar, ada yang bayar juga,” kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dalam sarasehan kebangsaan yang digelar Gerakan Suluh Kebangsaan, Rabu (9/1/2019), di Yogyakarta.
Selain Mahfud, sarasehan itu juga dihadiri sejumlah tokoh, antara lain mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, dan agamawan Romo Benny Susetyo. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)