Masyarakat Diminta Waspadai Pasang Maksimum Air Laut
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai terjadinya pasang maksimum air laut. Kondisi ini terjadi akibat fenomena supermoon atau jarak terdekat bulan terhadap bumi yang disertai dengan bulan purnama.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono R Prabowo menjelaskan, supermoon terjadi pada posisi jarak bulan terdekat. ”Setiap bulan terdapat purnama. Bulan mengitari bumi tidak 360 derajat, tetapi elips, sehingga ada masa bulan berada pada jarak yang jauh dan dekat,” kata Prabowo saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (19/1/2019).
Ia menuturkan, fenomena supermoon dapat menyebabkan pasang air laut. Ketika terjadi pasang maksimum air laut dan saat yang bersamaan berlangsung hujan lebat di wilayah hulu, kondisi itu berpotensi menyebabkan banjir, khususnya di Jakarta.
Air hujan yang turun di wilayah hulu sungai-sungai yang melintasi Jakarta tidak terserap secara sempurna dan menjadi aliran di permukaan. Banjir terjadi karena air aliran permukaan tidak mengalir dengan lancar akibat drainase yang tersumbat. Selain itu, air tersebut terhambat mengalir ke laut karena sedang terjadi pasang air laut.
Selain Jakarta, BMKG juga mengimbau kepada masyarakat yang berada di pesisir laut di sejumlah wilayah di Indonesia untuk waspada dan siaga terhadap pasang laut maksimum. Daerah yang perlu diwaspadai adalah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah lain di luar Pulau Jawa yang perlu waspada adalah Tanjung Benoa (Bali), Kalimantan Barat, dan Makassar (Sulawesi Selatan).
Situasi ini dapat berdampak pada gangguan transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan. Peringatan ini berlaku pada 19-22 Januari 2019.
Curah hujan meningkat
BMKG juga mengidentifikasi adanya massa udara dingin dari Asia yang menjalar masuk ke wilayah Selat Karimata, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Massa udara basah dari Samudra Hindia memasuki perairan barat Bengkulu, Selat Sunda, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga Nusa Tenggara Timur.
Terjadi juga pusat tekanan rendah di Samudra Hindia selatan Jawa dan beberapa sirkulasi angin yang dapat membentuk pola konvergensi atau area pertemuan angin yang memanjang dari wilayah perairan barat Sumatera, Jawa, hingga Laut Banda.
Area pertemuan angin itu mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan. Pola angin baratan yang kuat mengindikasikan wilayah Indonesia memasuki puncak musim hujan.
Prabowo mengatakan, kondisi tersebut dapat menyebabkan potensi hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan di wilayah Indonesia. Daerah yang berpotensi hujan lebat adalah Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung.
Daerah lain yang berpotensi terjadi hujan lebat adalah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Gelombang laut berpotensi memiliki ketinggian 2,5 meter hingga 4 meter.
Gelombang laut juga berpotensi naik dari 2,5 meter hingga 4 meter. Gelombang tinggi ini diperkirakan terjadi di perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Bengkulu hingga Pulau Enggano, perairan barat Lampung, Samudra Hindia bagian barat, Kepulauan Mentawai hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan, serta perairan selatan Pulau Jawa hingga Pulau Sumbawa.
Gelombang tinggi juga diprediksi terjadi di Selat Bali, Lombok, Laut Natuna bagian utara, perairan Kepulauan Anambas, Selat Makassar bagian selatan, perairan Kepulauan Sabalana hingga Kepulauan Selayar, Laut Flores, Laut Banda, Perairan Kepulauan Sangihe, Talaud, Laut Maluku bagian utara, perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Biak, dan Samudra Pasifik di bagian utara Halmahera hingga Biak.
BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari potensi bencana hidrometeorologi ini, seperti banjir, tanah longsor, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.