NEW YORK, KOMPAS — Pelaku bisnis Indonesia berharap dapat memperluas sekaligus merambah pasar baru di Amerika Serikat. Di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuh ketidakpastian, pasar baru mesti dijajaki. Adapun pasar yang sudah ada terus dijaga dan ditingkatkan.
Upaya memperluas pasar dan membidik AS sebagai pasar baru itu dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya bertemu dengan pelaku bisnis dari ”Negara Paman Sam” itu. Dari pertemuan itu, diharapkan para pelaku bisnis bisa saling menjajaki hubungan bisnis dan membina kerja sama dagang lebih lanjut.
”Pasar Amerika Serikat penting bagi kami. Pada 2018, kami mengekspor ban radial kendaraan penumpang sebanyak 7 juta unit ke AS. Tentu kami ingin ekspor meningkat,” kata Tonny Steve Nelwan, Manajer Senior Penjualan Ekspor PT Gajah Tunggal Tbk, di Konsulat Jenderal RI di New York, Amerika Serikat, Kamis (17/1/2019) waktu setempat.
Kementerian Perdagangan menggelar misi dagang sekaligus mempertemukan sejumlah pelaku usaha Indonesia dengan pelaku usaha AS. Pertemuan bisnis diselenggarakan di Washington DC pada Senin (14/1/2019) dan di New York pada Kamis (17/1/2019) di tengah cuaca dingin bersuhu di bawah titik beku.
Tonny menambahkan, AS mengenakan kuota atau pembatasan ban mobil penumpang yang bisa diekspor Indonesia sebesar 14 juta unit. Oleh karena itu, Gajah Tunggal berharap kuota ditambah menjadi sekitar 20 juta unit sehingga ekspor Gajah Tunggal juga bisa meningkat. Secara keseluruhan, Gajah Tunggal mengekspor ke 80 negara.
Kalau dari sisi kompetisi, kami yakin bisa unggul dari sisi kualitas dan harga karena sudah memenuhi berbagai standar yang ditetapkan dunia internasional.
Sementara, Direktur Pemasaran Internasional PT Bella Komoditi Nusantara Lina Suhairy mengaku sedang menjajaki pasar AS. ”Kami ingin memasukkan kopi specialty ke AS,” katanya.
Lina menambahkan, dari penjajakan awal dalam pertemuan bisnis di Washington DC, ada permintaan tinggi terhadap kopi specialty yang harganya bisa mencapai 100 dollar AS per kilogram (kg). Oleh karena itu, Lina menilai kesempatan Indonesia untuk masuk ke pasar kopi di AS cukup besar.
”Ini kesempatan untuk memasukkan kopi Indonesia berkualitas tinggi sesuai permintaan pasar,” kata Lina.
Pelaku usaha Indonesia yang hadir dalam pertemuan penjajakan bisnis di KJRI New York antara lain PT Leading Garment, PT Sri Rejeki Isman Tbk, PT Gunung Raja Paksi Tbk, PT Gajah Tunggal Tbk, PT Rezeki Inthi Artha, PT Untung Bersama Sejahtera, dan PT Bella Komoditi Nusantara.
Dalam pertemuan itu, Gunung Steel Group menandatangani perjanjian dagang dengan Hanwa American Corp perihal jual-beli baja batangan sebanyak 50.000 ton dengan nilai 40 juta dollar AS pada 2019.
Konsul ekonomi KJRI New York, Winanto Adi, dalam sambutannya menyampaikan, forum ini diharapkan menghasilkan hubungan positif dalam hubungan ekonomi RI-AS.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor nonmigas RI pada 2018 sebesar 162,654 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, ekspor ke AS sebesar 17,672 miliar dollar AS atau 10,87 persen dari total ekspor nonmigas. Sementara, impor nonmigas pada 2018 sebesar 158,816 miliar dollar AS, yang 5,73 persen di antaranya atau 9,107 miliar dollar AS di antaranya dari AS.
Kedelai dan daging
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela-sela pertemuan bisnis menyatakan, Kementerian Perdagangan dan Duta Besar RI untuk AS Budi Bowoleksono berkunjung ke Nebraska, AS, untuk bertemu pihak pemerintah negara bagian itu. Nebraska merupakan daerah asal utama kedelai yang diimpor Indonesia dari AS.
”Kedatangan kami ke Nebraska merupakan bagian dari diplomasi terkait kebijakan pembebasan bea tarif,” kata Enggartiasto.
Pembebasan bea tarif (generalized system of preference/GSP) bagi Indonesia sedang ditinjau Pemerintah AS. Saat ini, Indonesia dalam proses diplomasi untuk mempertahankan GSP bagi Indonesia.
Selain itu, Kemendag juga menjajaki kemungkinan mengimpor daging sapi dari Nebraska. ”Kami lihat dulu, apakah sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam undang-undang. Ini baru penjajakan. Secara resmi akan kami lihat soal kesehatan dan kehahalannya. Nanti kami akan bekerja sama dengan tim Kementerian Pertanian juga,” ujar Enggartiasto.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag Kasan mengatakan, selama ini 98 persen kedelai yang diimpor Indonesia berasal dari AS. Nebraska menyumbang 25 persen dari kedelai impor tersebut. ”Kacang kedelai pecah dan utuh ini diimpor ke Indonesia dengan bea impor 5 persen,” kata Kasan.