Taman Kota, Penyejuk Jiwa (3-Habis)
Kembali ke alam. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk merasakan sepoi angin, berlindung di rindangnya pepohonan, atau mendengar gemericik air. Taman di sejumlah kota menawarkan penyejuk jiwa bagi warganya.
Kembali ke alam. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk merasakan sepoi angin, berlindung di rindangnya pepohonan, atau mendengar gemericik air. Taman di sejumlah kota menawarkan penyejuk jiwa bagi warganya.
Dari tepian Kali Cisadane di Kota Tangerang, kita bisa menikmati beragam taman yang dibangun di sekitarnya.
Jembatan Kaca atau Jembatan Berendeng, salah satunya. Sesuai namanya, jembatan yang melintang di atas Sungai Cisadane ini memiliki bagian yang berupa kaca. Bagian yang terbuat dari kaca transparan tersebut hanya ada sisi kiri dan kanan pada tengah jembatan.
Kaca pada lantai jembatan ini memungkinkan pengunjung melihat Sungai Cisadane di bawah kaki mereka. Pembatasan jembatan di sisi ini juga dibuat dari kaca. Jadi, sejauh mata memandang, Sungai Cisadane yang terlihat! Jangan lupa untuk mengabadikan momen di jembatan ini, ya.
Ada pula Taman Potret di Jalan Sudirman-Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang. Taman taman seluas 9.600 meter persegi itu juga bisa menambah koleksi foto Instagram.
Pengunjung bisa memanfaatkan sudut demi sudut taman untuk berpose, seperti
di tempat yang terdapat tulisan I Love TNG, patung orang sedang mengayuh sepeda dan sebuah patung bertuliskan ”Love”, kapal dan patung gadis Cisadane atau Lenggang Nyai. Di salah satu titik, bertuliskan "Aku Senang Rumahku Bersih dan Indah”.
Masih di seputaran Jalan Perintis yang berada tak jauh dari Sungai Cisadane, terdapat Taman Bambu, sebuah taman yang dilengkapi berbagai jenis pohon bambu hijau-kuning yang rindang. Taman seluas 2.273 meter persegi ini
dipercantik dengan sejumlah ornamen dari bambu buatan seniman asal Kota Tangerang.
Sesuai konsepnya, taman edukasi wisata yang dibangun Pemerintah Kota Tangerang dengan menggandeng Komunitas Bambu Nusantara tersebut, warga bisa berekreasi bersama keluarga sembari mengenal jenis-jenis dan nilai ekonomis dari tanaman bambu, beragam bangunan, aksesori serba bambu.
Ada rakit, rumah joglo, jembatan, hingga lampion yang menggunakan bahan dasar bambu.
Taman kota lainnya di sekitaran Sungai Cisadane di Kelurahan Babakan adalah Taman Gajah Tunggal.
Taman yang banyak menggunakan ban bekas sebagai aksesori taman tersebut seluas 6.200 meter persegi ini. Sembari menikmati keindahan Sungai Cisadane dengan hiasan burung walet di udara pada sore hari, di taman itu anak-anak bisa bermain.
Suasana tepian Sungai Cisadane juga bisa di nikmati di Kampung Bekelir, Taman Flying Deck (seluas 1.152 meter persegi), dan Jembatan Merah sepanjang 142 meter di Jalan Kali Pasir. Pinggiran kali yang terlihat rindang dengan pepohonandan taman di bawahnya, serta gambar mural (di Kampung Bekelir) dilengkap tempat nongkrong menjadi tempat yang instagramable juga.
Jaletreng River Park
Bergeserlah ke wilayah selatan Tangerang, tepatnya di Bumi Serpong Damai. Di tempat ini terdapat wisata baru, yakni Jaletreng River Park. Lokasinya berada di ujung Taman Kota 2 di Jalan Letnan Sutopo, Ciater, Serpong, Kota Tangerang Selatan.
Segarnya alam, hijau pepohonan, pesona taman dan bukit yang indah ada di taman ini. Ditambah senandung gemericik air dan desauan angin yang menggoda.
Berada di taman dengan balkon alam terbuka merupakan keindahan tersendiri.
Tempat duduk berundakan di bawah pohon pinus dan hutan tanaman tropis.
Duduk di balkon dengan bangku yang diselingi pohon pinus merupakan pengalaman yang unik dan berkesan.
Angin sepoi sesekali menerpa, membuat rambut bergerak mengelus wajah.
Desauan angin dari gesekan dedaunan baik pohon pinus dan pohon tanaman hutan tropis membuat pesona tersendiri saat berada di Jaletreng River Park, Kamis siang.
Keindahan semakin mempesona saat bunyi gemericik air sungai Jaletreng mengalir mengikuti sungai tersebut. Lalu, terdengar pula gemericik air tumpah dari danau buatan yang mengalir ke sungai buatan. Di danau buatan itu juga terdapat air mancur menari.
Sayangnya, Kamis siang itu air mancur tidak memperlihatkan kecantikan dan kemolekan saat berlenggak-lenggok. "Biasanya sih, mulai Senin sampai Minggu air mancurnya menari mengikuti irama lagu yang diputar. Enggak tahu, kenapa hari ini (Kamis) air mancurnya tidak menyala. Kayaknya karena ada perbaikan makanya airnya tidak menari," kata Neng (55), warga Ciater yang keseharian berdagang kacang rebus berkeliling di taman tersebut.
Di seberang balkon terbuka, dibatasi sungai, terdapat bukit bertuliskan Jaletreng River Park yang memancarkan keindahan. Di bukit dan di balik bukit itu terdapat bangunan makam.
"Sering, warga dan ibu-ibu pengajian sengaja datang ke tempat ini untuk ziarah dan berdoa di makam yang ada di sini. Di sini juga ada makam keramat juga," kata Neng sembari menunjuk ke arah bagunan putih yang berada di atas bukit tak jauh dari tulisan Jaletreng River Park.
Tampak juga di lain titik tempat bermain anak dengan perosotan yang berbeda bentuk, jalan setapak sebagai jogging track.
Ada juga gazebo, rumah pohon, dan tempat pertunjukan seni dan budaya, serta tempat pertemuan.
Di sekitaran lahan parkir masuk melalui Jalan Victor Raya, juga terdapat Taman Bunga yang memamerkan beragam keindahan dan kegagahan variasi tanaman hias, mulai dari bonsai, angrek, mawar, serta beranek bunga yang berwarna-warni.
Jaletreng River Park Taman Kota 2 ini dibuka mulai pukul 06.00 hingga 18.00.
Dalam kawasan hutan taman kota seluas 7,2 hektar ini, pengunjung akan merasakan suasana sejuk di bawah beragam jenis pohon rindang. Jalan setapak dibangun untuk memudahkan pengunjung meniti hutan hingga tiba di Jaletreng River Park.
Beberapa jalan setapak rusak baik karena akar pepohonan juga karena jalanan tidak terawat dengan baik.
"Kalau Jaletreng River Park ini baru dibangun setahun terakhir. Masih dalam penataan, makanya lebih kinclong dari Taman Kota 2," kata Rita (49), pedagang minuman yang sudah lebih dari lima tahun berdagang di sekitaran parkiran taman bunga di Jaletreng River Park.
Sebelum wisata baru ini terbangun, kawasan parkir tersebut sudah ada karena adanya kawasan Taman Bunga.
Saat bercerita, Neng yang lahir dan besar di Ciater, Serpong sedang melayani pelanggan yang adalah pemilik warung warung minum, yang dibangun di pohon berdiameter 34 sentimeter yang posisinya miring sekitar 70 derajat.
"Dulunya di tempat ini hutan belantara. Enggak ada yang mau masuk ke tempat ini, kecuali mereka yang mau mau makam.
Juga setelah dibangun Taman Bunga, kawasan tersebut masih tetap hutan. Akan tetapi, setahun terakhir, kawasan hutan tersebut mulai ditata seperti saat ini.
"Setelah dibangun taman setiap hari, dari Senin hingga Jumat siang hingga sore kebanyakan yang datang ke tempat ini pasangan muda-mudi. Sementara kalau Sabtu dan Minggu sebagian besar pengunjungnya adalah keluarga," kata Rita (49) pedagang kelapa muda di Jaletreng River Park.
Rita mengatakan, Jaletreng baru dibuka setahun terakhir. Masih banyak perbaikan yang dilakukan petugas Jaletreng River Park yang menyatu dengan Hutan Kota 2. Sementara hutan kota itu ditingkatkan sejak 2011 menjadi Hutan Kota 2 BSD City.
"Dulunya dikelola pengembang. Saya enggak ingat, kapan persisnya. Beberapa tahun lalu hutan taman kota ini sudah diserahkan ke Pemkot Tangsel (Pemerintah Kota Tangerang Selatan). Makanya jadi lebih bagus seperti ini," kata Rita.
Tidak sulit menemukan tempat ini. Selain menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung bisa menggunakan KRL dan turun di Stasiun Rawa Buntu yang berjarak lebih satu kilometer dari taman ini. Perjalanan bisa disambung dengan jasa ojek dan taksi.
Selain bisa masuk dari lahan parkir Taman Kota 2, pengunjung bisa melalui Taman Bunga Jalan Raya Victor, Buaran, Serpong.
Pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis. Hanya kendaraan bermotor yang harus membayar biaya parkir. Tarif parkir sepeda motor Rp 3.000 per kendaraan dan Rp 5.000 untuk mobil.
Jadi, taman mana yang Anda pilih?