CIREBON, KOMPAS — Sektor pariwisata ditargetkan menjadi penyumbang pendapatan asli daerah Kota Cirebon, Jawa Barat. Sejumlah perbaikan dilakukan demi menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
“Tahun ini kami fokus menjadikan Cirebon menjadi kota bersih, hijau, dan tertib. Ini syarat untuk menarik wisatawan. Dari target pendapatan asli daerah 2019 sebesar Rp 179 miliar, kami menargetkan 42 persen atau sekitar Rp 75 miliar diantaranya berasal dari sektor pariwisata, yakni hiburan, hotel, dan restoran,” ujar Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis dalam pertemuan bersama Forum Komunikasi Daerah Kompas Gramedia Cirebon, Jumat (18/1/2019).
Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemkot Cirebon tengah menata trotoar di sejumlah jalan protokol. Di Jalan Siliwangi, R A Kartini, dan Wahidin, misalnya, trotoar diperlebar untuk pejalan kaki.
Selain tiga ruas jalan itu, Jalan Pemuda, Sudarsono dan Cipto Mangunkusumo juga ditetapkan sebagai kawasan tertib lalu lintas. Pedagang kaki lima dilarang mengokupasi jalan itu. Trotoar di jalan itu pun dipercantik dengan menanam beragam pohon. Azis berjanji, revitalisasi trotoar bakal tuntas tahun ini.
Pemkot juga mulai menyediakan lahan parkir di sentra kuliner di Jalan Cipto Mangunkusumo. Wisatawan yang ingin mencicipi kuliner khas seperti nasi jamblang dan empal gentong dijamin tidak bakal kesulitan mencari lahan parkir. Sebelumnya, kemacetan kerap mendera kawasan yang berdekatan dengan lampu lalu lintas itu.
Penataan juga menyasar Pasar Kanoman. Pasar itu menutup jalur satu-satunya menuju Keraton Kanoman yang selama ini menjadi destinasi wisata. Kendaraan parkir sembarangan dan kekumuhan tampak sebelum memasuki keraton berusia ratusan tahun itu.
“Keraton Kanoman juga akan ditata. Pasar tidak akan dihilangkan, tetapi direvitalisasi. Dengan begitu, akses ke keraton bakal lebih mudah,” lanjut Azis. Selain Kanoman, ada Keraton Kasepuhan dan Keraton Kacirebonan di kota 37 km persegi tersebut. Keraton itu, lanjut Azis, merupakan aset wisata religi, sejarah, dan budaya di Cirebon.
Juru Bicara Keraton Kanoman Ratu Arimbi mendukung penataan pasar dan Keraton Kanoman untuk menggaet wisatawan. “Kami hanya sebagai penyedia lahan, penataannya kewenangan Pemkot Cirebon,” ujarnya.
Selama ini, lanjut Arimbi, Kanoman sepi pengunjung. Padahal, pihaknya telah menyediakan galeri dan museum untuk pengunjung. “Orang sudah malas kalau aksesnya kumuh. Rencana penataan itu sudah lebih dari dua tahun lalu. Tetapi, hingga kini belum terealisasi,” ujarnya.
Penataan tidak cukup
Akan tetapi, menurut Arimbi, penataan kota saja tidak cukup untuk menggaet wisatawan. Apalagi, Pemkot tahun ini menargetkan kunjungan wisatawan meningkat dari 1,5 juta menjadi 2 juta wisatawan.
“Promosi potensi wisata di Cirebon dari keraton, kuliner, sampai daerah pesisirnya juga perlu dilakukan. Misalnya, membuat program kunjungan siswa di daerah lain ke keraton di Cirebon,” lanjutnya.
General Manager Hotel Amaris Cirebon Rudi Yanto berharap Pemkot menggelar festival untuk membuat wisatawan tinggal lebih lama di Cirebon. “Selama ini, rata-rata lama tinggal wisatawan di hotel hanya semalam. Kalau akhir pekan, okupansi hotel hanya sekitar 60 – 70 persen. Padahal, idealnya, 80 – 90 persen,” ujarnya.
Terlebih lagi, akomodasi di Cirebon telah lengkap. Selain terdapat sekitar 400 warung atau restoran, lebih dari 100 unit hotel juga berdiri di Cirebon. “Kami mendukung jika pemkot menggelar festival. Salah satunya, menyiapkan harga khusus bagi wisatawan,” lanjutnya.