Kecurigaan FBI kepada Trump
Tepat dua tahun yang lalu, Donald Trump dilantik sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat. Namun, hingga saat ini Trump masih terjebak polemik kemenangannya di Pemilihan Presiden 2016. Isu keterlibatan Rusia masih terus menyandera Trump.
Idealnya, tahun kedua masa pemerintahan diwarnai banyak indikator capaian awal sejumlah program kerja. Persoalan-persoalan menyangkut legitimasi kemenangan pemilu seharusnya sudah dapat diselesaikan pada tahun pertama sebagai langkah konsolidasi.
Akan tetapi, kendati sudah dua tahun memimpin AS, Trump belum beranjak dari isu keterlibatan Rusia yang mengantar kemenangannya sebagai presiden.
Di luar isu rekor shutdown operasional pemerintahan federal AS dan bongkar pasang kabinetnya, Trump juga menghadapi proses investigasi dari Biro Penyidik Federal AS atau FBI terkait kedekatannya dengan Rusia.
Harian The New York Times (11/1/2019) memberitakan bahwa FBI membuka penyidikan kontra intelijen untuk mengungkap sejauh mana Trump bekerja sama dengan Rusia. Rangkaian investigasi ini sebenarnya telah berlangsung sejak Mei 2017 saat FBI mulai menyelidiki hubungan tim kampanye Trump dan Rusia.
Di tengah penyidikan, Trump tiba-tiba memecat Direktur FBI James Comey. Spekulasi yang berkembang menyebutkan pemecatan dilakukan karena Comey tidak bersedia menghentikan penyidikan. Ketika itu, Comey merupakan ketua penyidik.
Comey mengaku beberapa kali ditelepon dan dipanggil Trump serta diminta menghentikan penyelidikan keterkaitan pemilihan presiden AS dengan Rusia tahun 2016.
Sebenarnya, hubungan Comey dan Trump tidak selalu buruk. Ia mendapat pujian saat membuka kembali penyelidikan e-mail pribadi Hillary Clinton, tepat 11 hari sebelum hari pemungutan suara pada 2016.
Jika pemecatan Comey memang mengarah pada upaya menghentikan penyelidikan Rusia, tindakan itu akan menjadi masalah keamanan nasional AS.
Sebagai persoalan keamanan nasional, ada banyak dinas inteligen di AS yang dapat melakukan investigasi selain FBI, sebut saja Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA), Badan Keamanan Nasional AS (NSA), dan Badan Intelijen Pertahanan (DIA).
Perdebatan panas terjadi di tengah kalangan penegak hukum AS dan anggota parlemen tentang sejauh mana kewenangan agen FBI untuk membuka penyelidikan atas kasus ini. FBI dinilai tidak kompeten menyelesaikan ikut campurnya Moskwa dalam pemilihan presiden pada 2016.
Dibandingkan dengan dinas inteligen lain, FBI lebih unggul karena merupakan dinas federal yang berfokus pada kegiatan intelijen keamanan nasional di dalam negeri. Selain itu, FBI juga memiliki fungsi penegakan hukum.
Menurut jenis penyelidikan, FBI memiliki dua kewenangan, yaitu investigasi kriminal dan kontra-intelijen.
Tidak seperti investigasi kriminal yang ditujukan untuk menyelesaikan kejahatan dan berujung pada penangkapan serta hukuman, penyelidikan kontra-intelijen memiliki misi pencarian fakta untuk memahami apa yang dilakukan kekuatan asing dan menghentikan aktivitas anti-Amerika.
Agen kontra-intelijen sering kali tidak melakukan penangkapan. Mereka akan melakukan penyelidikan dengan tenang dan dalam durasi cukup lama.
Pemecatan Comey tidak serta-merta menghentikan upaya membuka tabir dugaan keterlibatan Trump. Kementerian Kehakiman AS kemudian membentuk tim khusus dan mengangkat mantan Direktur FBI Robert Mueller menjadi ketua tim penyidik khusus.
Mueller dan timnya sudah meminta keterangan saksi-saksi, termasuk beberapa mantan petinggi tim sukses Trump, seperti manajer tim Paul Manafort dan Penasihat Keamanan Nasional AS Michael Flynn.
Tim ini lalu menggali sejauh mana Trump mengetahui keterlibatan tim kampanyenya dalam pertemuan-pertemuan dengan pihak Rusia, termasuk pertemuan pada Juni 2016 di Trump Tower.
Penyidik juga menanyakan sejauh mana Trump tahu tentang telepon penasihat keamanannya, Michael Flynn, dengan Duta Besar Rusia Sergey Kislyak pada Desember 2016. Atas beberapa tuduhan itu, Trump menyangkal sejumlah bukti yang menunjukkan tim kampanyenya berkomunikasi dan bertemu dengan pihak Rusia pada masa kampanye.
Dasar penyelidikan FBI
Bukan hanya saat ini, ternyata Donald Trump telah menarik perhatian FBI sejak lama. Saat berlangsung kampanye pilpres, FBI telah memutuskan membentuk agen khusus, yaitu agen kontra-intelijen, untuk memantau Trump.
Setidaknya ada beberapa hal yang mendasari FBI mengamati Trump. Muaranya adalah indikasi hubungan Trump dengan Rusia sejak 2016, bertepatan dengan pemilihan presiden AS.
Pertama, indikasi keakraban Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Saat masih menjadi kandidat presiden, Trump sering memuji Putin dalam kampanyenya. Keakraban Trump dengan Putin patut dipertanyakan mengingat Putin memiliki rekam jejak sebagai agen KGB era Uni Soviet yang menjadi musuh Amerika Serikat.
Koran The Washington Post juga menegaskan indikasi hubungan Trump dengan Putin. Dilaporkan tentang keinginan Trump untuk menyembunyikan detail pembicaraan dengan pemimpin Rusia tersebut saat keduanya bertemu di Helsinki, Juli 2018.
Seusai pertemuan, Trump kemudian mengambil catatan milik penerjemah yang mendampinginya dan menginstruksikan untuk tidak menyampaikan rincian pembicaraannya dengan Putin kepada pihak-pihak lain.
Indikasi berikutnya adalah kebijakan parpol pengusung Trump, yaitu Partai Republik, yang menguntungkan Rusia terkait dengan krisis dengan Ukraina. Terakhir, memo dari Christopher Steele, mantan mata-mata Inggris yang bekerja di FBI. Steele disebut-sebut menyusun memo yang berisi usaha Rusia mendapatkan pengaruh Trump dengan cara penyuapan.
FBI juga menyimak ada dua tindakan lagi yang semakin menguatkan dugaan keterlibatan Rusia pasca-pemecatan Comey. Pertama, surat yang dikirim oleh Donald Trump kepada mantan Direktur FBI tersebut bertuliskan ucapan terima kasih karena sebelumnya mengatakan bahwa Trump bukan agen Rusia. Peristiwa kedua adalah saat wawancara dengan NBC News yang mengatakan ia telah memecat Comey karena penyelidikan Rusia pada 11 Mei 2018.
Pejabat yang terlibat
Capaian penyelidikan yang dilakukan Robert S Mueller terhadap indikasi konspirasi Rusia telah mengeluarkan lebih dari 100 tuntutan pidana terhadap puluhan orang dan tiga perusahaan. Pemberitaan di laman The New York Times menyebutkan ada 33 orang yang telah dijadikan tersangka atas keterlibatan mereka selama masa kampanye 2016. Banyaknya tersangka didominasi oleh warga negara Rusia.
Beberapa pejabat penting Trump juga terseret dan telah dijatuhi hukuman penjara, seperti pengacara pribadi Donald Trump, ketua kampanye, penasihat kampanye, hingga penasihat dewan keamanan nasional AS.
Mantan pengacara pribadi Donald Trump, Michael D Cohen, dinyatakan bersalah pada 12 Desember 2018 karena berbohong kepada Kongres atas beberapa kasus, di antaranya penghindaran pajak dan aturan keuangan kampanye Donald Trump. Ia dihukum 3 tahun penjara.
Demikian juga dengan Michael T Flynn, mantan penasihat Dewan Keamanan Nasional AS, dinyatakan bersalah pada 1 Desember 2017 atas kasus keterangan palsu FBI tentang percakapan dengan Duta Besar Rusia.
Vonis bersalah karena penipuan bank dan pajak hingga pernyataan palsu dijatuhkan kepada mantan ketua kampanye Paul Manafort pada 21 Agustus 2018. Hal serupa dialami mantan penasihat kampanye George Papadopoulos yang dihukum 14 hari penjara atas kasus informasi palsu kepada FBI pada 7 September 2018.
Dakwaan bersalah pun tak luput bagi puluhan warga negara Rusia selama masa kampanye 2016. Dari 33 orang yang dijadikan tersangka, 26 orang adalah warga negara Rusia.
Dua belas pejabat intelijen diduga terlibat konspirasi upaya pelanggaran di AS, pencurian identitas, dan pencucian uang. Selain itu, 13 orang berkebangsaan Rusia didakwa kasus penipuan identitas dan pencurian identitas.
Penyelidikan ini akan terus berlanjut, menimbang adanya kepentingan nasional yang harus dijunjung tinggi, yakni menjamin keamanan nasional. Jika polemik intervensi Rusia yang sedang diselidiki FBI terbukti benar, maka kejadian ini menjadi bukti kelemahan sistem keamanan negara terkuat di dunia.
Bagi Trump, kasus ini menjadi ”kado” dari FBI saat memasuki tahun kedua pemerintahannya. Bagaimanapun sebuah konspirasi berpotensi mengancam posisinya sebagai presiden. (YOESEP BUDIANTO/LITBANG KOMPAS)