BANDUNG, KOMPAS — Lebih dari 200 warga korban banjir di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (19/1/2019) sore, sudah kembali ke rumah, Minggu (20/1/2019). Banjir disebabkan meluapnya Sungai Cimanuk setelah kawasan itu diguyur hujan lebat lebih dari dua jam.
”Hampir semua warga sudah kembali ke rumah dan membersihkan lumpur sisa banjir. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Garut Dadi Djakaria saat dihubungi dari Bandung, Minggu.
Namun, masih ada satu keluarga yang terdiri dari empat orang bertahan di pengungsian di kantor Desa Haurpanggung, Kecamatan Taragong Kidul.
Banjir hingga lebih dari 1,5 meter melanda sejumlah kampung di Kecamatan Taragong Kidul, Sabtu sore. Hujan mulai mengguyur kawasan itu sejak pukul 16.00. Ratusan warga mengungsi ke tempat lebih tinggi.
Sejak Minggu pagi, sebagian besar warga berangsur pulang ke rumah masing-masing. Bersama personel BPBD dan TNI, warga bergotong royong membersihkan lumpur dan sampah yang terbawa banjir.
Selain di Taragong Kidul, banjir juga melanda Kecamatan Bayongbong. Sejumlah ruas jalan juga ikut terendam sehingga mengganggu lalu lintas.
Dadi mengatakan, sebagian warga korban banjir tinggal di sekitar sempadan Sungai Cimanuk. Hal itu membuat warga rentan menjadi korban banjir saat debit air sungai meninggi.
”Kami sudah mengimbau masyarakat agar tidak tinggal di zona bahaya banjir. Sebagian warga sudah pindah dari sempadan sungai, tetapi masih ada warga yang bertahan,” ujarnya.
Sebelumnya, banjir bandang juga melanda Desa Barusuda, Kecamatan Cigedug, Garut. Tidak ada korban jiwa, tetapi sembilan rumah rusak.
Dengan dua kejadian banjir dalam waktu tidak sampai dua pekan, Dadi mengimbau warga meningkatkan kesiapsiagaan bencana pada musim hujan. Tidak hanya banjir, tetapi longsor karena Garut juga memiliki wilayah pegunungan dan perbukitan.
Dadi mengatakan, upaya pencegahan dan meminimalkan dampak bencana dapat dilakukan warga. Beberapa di antaranya dengan menjaga kebersihan sungai dan menanam tanaman keras di kawasan bertebing yang rawan longsor.
”Jangan berdomisili di kawasan rawan bencana. Sempadan sungai, misalnya, sebaiknya digunakan untuk ruang terbuka hijau,” ujarnya.
Banjir susulan akibat luapan Sungai Cimanuk perlu diwaspadai. September 2016, banjir bandang yang meluap dari sungai tersebut menewaskan lebih dari 30 orang dan merusak sekitar 750 rumah.
Kerusakan kawasan hulu menjadi salah satu penyebab banjir bandang saat itu. Sungai Cimanuk yang melintasi pusat kota dan permukiman penduduk membuat rentan memicu korban saat airnya meluap.
Sejak Oktober 2018, sebagian besar wilayah di Jabar sudah memasuki musim hujan. Akibatnya, terjadi banjir dan gerakan tanah di beberapa wilayah, seperti Bandung, Garut, Bandung Barat, Tasikmalaya, dan Sukabumi.
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya, musim hujan di Bandung dan sekitarnya masih terjadi hingga Mei 2019. Oleh sebab itu, bencana hidrologi, seperti banjir dan longsor, masih berpotensi melanda.