Legitnya Berkah Durian Lokal Lampung
Tiga bulan dalam setahun merupakan masa yang ditunggu-tunggu sebagian petani yang bermukim di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, tepatnya di Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Saat itu, warga meraup berkah dari hasil panen durian lokal.
Jemari Dedek Ardiyansyah (30) cekatan membuat simpul dari tali rafia untuk mengikat tiga durian, Minggu (20/1/2019). Tak lama, uang Rp 100.000 hasil penjualan durian itu dia terima.
Warga Sumber Agung, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh lepas itu, mencoba mencari peruntungan dari berdagang buah durian. Bersama kedua temannya, Dedek mendirikan pondok kecil dari bambu di pinggir jalan desa untuk menjajakan durian.
Dedek tidak sendiri. Ada belasan pedagang lain yang mencoba peruntungan, baik menjajakan durian di pondok terbuka dari bambu maupun di atas rumput. Pedagang yang muncul antara Desember dan Februari itu menambah khas situasi jalan menuju tahura yang dihiasi pepohonan, gunung, dan udara segar.
Tak jarang wisatawan atau pengendara dari luar daerah menyempatkan berhenti untuk sekadar makan durian di lokasi dan membawa pulang dalam jumlah banyak. Lapak Dedek yang terletak di dekat kawasan Penangkaran Rusa yang ada di tahura puun cukup ramai disinggahi pembeli.
Seperti siang itu, lima anggota rombongan keluarga memborong buah durian. Tak tanggung-tanggung, mereka membeli tiga karung durian.
Yuliana (42), salah satu pembeli durian, menuturkan, keluarga sering datang ke Kelurahan Sumber Agung untuk memborong buah durian. Selain harganya lebih murah, durian hasil panen petani di Sumber Agung juga terkenal manis dan segar.
”Durian di sini asli durian jatuhan. Rasanya dijamin manis dan tidak mengecewakan. Harganya juga murah. Saya beli tiga karung durian Rp 300.000,” kata Yuliana sambil memilah durian.
Selain untuk dimakan, durian itu juga akan dia bawa sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke rumah kerabatnya di Kotabumi, Lampung Utara. Sebagian lagi akan Yuliana olah menjadi tempoyak.
Menurut Dedek, para pembeli banyak mengincar durian tembaga. Durian yang banyak ditanam petani hutan di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman itu berwarna keemasan. Buahnya tebal dan rasanya manis.
Durian lain yang menjadi incaran pembeli adalah durian hutan. Meski ukurannya lebih kecil dan buahnya putih, rasanya tidak kalah manis dari durian tembaga.
Edi Rosadi (41), petani dan pedagang durian lainnya, menuturkan, saat akhir pekan, dia bisa menjual 200 buah per hari. Edi bisa mendapat untung Rp 2 juta-Rp 3 juta per hari yang akan dia dibagi rata dengan dua temannya yang membantunya berdagang.
Terdampak cuaca
Saat kondisi cuaca bagus, kata Edi, petani bisa meraup untung Rp 15 juta-Rp 30 juta setiap musim. Namun, saat cuaca tidak begitu mendukung, petani dan pedagang durian juga tidak bisa berharap banyak.
Tahun ini, kata Edu, hasil panen durian tergolong sedikit. Hal ini karena angin kencang dan hujan deras terus mengguyur daerah itu. Bunga yang semestinya menjadi bakal buah durian rontok akibat diterjang angin kencang.
Dari 60 batang pohon durian yang Edi tanam, hanya ada sekitar 10 pohon yang berbuah dan bisa dipanen. Setiap batang pun hanya menghasilkan 20-30 buah. Padahal, biasanya bisa sampai 50 buah.
”Untuk memenuhi permintaan, saya juga membeli durian dari petani lain. Modal awal yang harus dikeluarkan Rp 5 juta-Rp 10 juta,” ujar Edi.
Meski panen durian tahun ini menurun, kata Edi, durian tetap memberi berkah bagi petani dan warga di sekitar tahura. Selain mampu mendongkrak penghasilan, durian merupakan salah satu tanaman kayu yang terus dilestarikan agar hutan tidak gundul.
Tahun 1980-an, katanya, masih banyak petani di daerah itu yang menanam sayuran di lereng pegunungan. Akibatnya, kerap terjadi banjir saat musim hujan karena kondisi hutan gundul.
Sejak petani mendapat izin kelola hutan dengan skema perhutanan sosial, warga mulai menanam dengan konsep agro forestry. Petani tidak lagi menanam tanaman pertanian, tetapi juga tanaman perkebunan. Sejumlah pohon yang ditanam antara lain pohon durian, coklat, manggis, kelapa, dan aren. Selain itu, petani juga menanam tanaman rempah, seperti jahe dan kunyit.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Syaiful Bachri mengatakan, pengelolaan kawasan hutan secara tepat dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Caranya dengan menanam pohon yang menghasilkan buah, seperti durian.
Untuk meningkatkan pendapatan warga sekitar, pemerintah telah mengembangkan sebagian kawasan tahura menjadi kawasan wisata berbasis alam. Selain berkunjung ke penangkaran rusa dan taman kupu-kupu, pengunjung juga dapat mencicipi buah-buahan lokal, antara lain durian, manggis, dan rambutan.