Waspadai Bahaya Longsor Susulan
MAGELANG, KOMPAS Bahaya longsor susulan masih mengancam jalan Magelang-Purworejo di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pengguna jalan yang melintasi wilayah yang berpotensi longsor diimbau waspada, terutama saat hujan.
Potensi longsor ditandai dengan kondisi tanah yang masih lembek dan labil serta sejumlah retakan dan rekahan tanah di kawasan perbukitan Menoreh di sepanjang Kecamatan Borobudur, Salaman, hingga Kabupaten Purworejo. Selain itu, muncul sumber air yang terus mengucurkan air ke jalan.
”Air yang keluar berwarna keruh. Hal itu menandakan aliran air itu telah menggerus tanah dari dalam kawasan perbukitan,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang Edy Susanto, Sabtu (19/1/2019).
Sejumlah personel BPBD dikerahkan untuk mencari letak sumber air baru tersebut. Mereka akan membuat alur bagi aliran air sehingga air bisa terus menuju ke bawah tanpa membawa tanah dalam volume besar.
Seperti diberitakan sebelumnya, bencana longsor telah menutup akses jalan Magelang-Purworejo di Desa Krasak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jumat (18/1) dini hari. Longsoran material tanah dan batu tersebut meluncur dari tebing setinggi 20 meter. Di jalan raya, tinggi material longsoran mencapai 3 meter dan menutup jalan sepanjang 30 meter.
Pembersihan longsoran di jalan dilakukan sejak Jumat pagi menggunakan empat unit alat berat. Secara bertahap, alat berat ditambah menjadi delapan unit. Pembersihan jalan dari longsoran tanah dilanjutkan pada Sabtu kemarin.
Sementara itu, Balai Pelaksana Teknis (BPT) Dinas Bina Marga Jawa Tengah Wilayah Magelang berupaya mencegah bahaya longsor susulan dengan menyusun tanah yang longsor di kawasan perbukitan sehingga menjadi berpola terasering atau berundak-undak.
”Pola terasering diharapkan nantinya bisa menghambat laju air yang mengalir turun dan menghambat luncuran material tanah atau batuan dari atas bukit,” kata Pelaksana Tugas Kepala BPT Dinas Bina Marga Jateng Wilayah Magelang Joko Winangun.
Pengerjaan tanah menjadi berpola terasering ini ditempuh setelah kegiatan pembersihan jalan yang tertutup material longsoran selesai dilaksanakan. Ke depan, di bagian bawah perbukitan, di tepi jalan, juga akan disusun beronjong-beronjong batu sebagai penahan longsoran.
Menurut Joko, bahaya longsor susulan benar-benar nyata. Saat turut dalam kegiatan pembersihan jalan, ia melihat ada pergeseran tanah di atas perbukitan.
Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor (Polres) Magelang Ajun Komisaris Setya Budi Waspada mengatakan, dengan mempertimbangkan bahaya longsor tersebut, ke depan, pihaknya akan segera memasang rambu-rambu tanda bahaya. Hal itu dilakukan untuk mengingatkan pengemudi agar berhati-hati melintasi jalan, terutama saat turun hujan deras.
Banjir di Mojokerto
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Jumat malam, memicu longsor dan banjir di sejumlah wilayah. Banjir dipicu hujan deras selama dua jam di lereng Gunung Penanggungan dan Gunung Welirang.
Banjir dan longsor setidaknya terjadi di enam kecamatan di sekitar lereng Gunung Penanggungan dan Welirang. Keenam wilayah itu meliputi Kecamatan Ngoro, Kutorejo, Gondang, Bangsal, Trawas, dan Pacet.
Banjir yang membawa material lumpur dan batu itu juga menghanyutkan satu rumah dan merusak empat rumah lainnya. Tidak ada korban jiwa dalam bencana ini.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mojokerto Muhammad Zain menyatakan, jalan ke Ngoro Industrial Park yang sempat terputus sudah bisa dilalui. Adapun jalan menuju Pacet masih dibersihkan dari lumpur dan batu.
Pemerintah daerah setempat terus membersihkan material yang menutup akses jalan ke Trawas. Sejumlah alat berat dan mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk membersihkan material yang menumpuk sepanjang 100 meter dengan ketinggian hingga 10 meter.
”Pembersihan sudah mencapai 50 persen,” kata Zaini.
Sementara itu, warga terus membersihkan sisa-sisa material lumpur di wilayah mereka.
Ponidi (58), warga Dusun Watusari, Desa Watonmas Jedong, Kecamatan Ngoro, mengatakan, warga baru berani membersihkan rumah pada Sabtu pagi karena Jumat malam masih takut terjadi longsor.
Aktivitas Merapi
Dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, masyarakat diminta tetap tenang merespons aktivitas terkini Gunung Merapi. Terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, kondisi gunung ini belum membahayakan dan terus dipantau perkembangannya.
”Kami menganjurkan masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan petugas pemerintah setempat serta masukan dari kami,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan saat meninjau kondisi Merapi dari Merapi Golf Club di Sleman, Jumat malam.
Jonan menyatakan, jika ada perkembangan radius bahaya, pihaknya pasti akan menginformasikannya kepada masyarakat. Ia juga menjamin pemantauan perkembangan kondisi gunung terus dilakukan secara mendetail.
”Aktivitas Merapi kami pantau secara detail dan ketat dari beberapa pos. Memang, terkadang terjadi guguran lava. Namun, apabila berada di luar 3 kilometer dari puncak, kita tidak akan terpapar,” kata Jonan.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, jarak luncur terjauh guguran lava itu 1,7 kilometer yang terjadi pada 12 Januari 2019. Material guguran itu mengarah ke bukaan kawah di sisi tenggara puncak Merapi, yaitu hulu Sungai Gendol, Sleman.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani mengatakan, aktivitas erupsi Merapi tergolong masih kecil. Erupsinya efusif dengan pertumbuhan kubah lava yang sangat lambat, berkisar 2.500-3.000 meter kubik per hari.
(EGI/SYA/NCA)