Banjir di Sidoarjo Disebabkan Curah Hujan Tinggi Bersamaan Pasang Laut
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS - Banjir di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (21/1/2019) tidak hanya berdampak terhadap jalan nasional Porong yang menghubungkan Sidoarjo dengan Kabupaten Pasuruan. Banjir juga menggenangi jalan akses menuju Bandar Udara Juanda, jalan protokol di dekat keluar tol Sidoarjo serta permukiman warga.
Penyebabnya intensitas hujan yang tinggi bersamaan dengan terjadinya puncak pasang air laut. Potensi banjir diprediksi masih berlangsung hingga beberapa hari ke depan karena adanya fenomena full moon. Masyarakat diingatkan agar tetap waspada.
Sudah empat hari jalan nasional Porong terendam banjir sehingga harus ditutup total untuk akses lalu lintas kendaraan baik sepeda motor, mobil, hingga kendaraan angkutan barang. Sempat dibuka sebentar pada pagi hari, jalan raya yang berlokasi di tepi kolam penampungan lumpur Lapindo ini akhirnya ditutup kembali siang hari setelah hujan mengguyur deras menyebabkan volume air meningkat.
“Pagi air sempat surut sehingga jalur dibuka selama beberapa jam. Namun karena hujan kembali mengguyur dan menyebabkan genangan banjir kembali meninggi, diputuskan untuk ditutup kembali,” ujar Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Sidoarjo Komisaris Fahrian Saleh Siregar.
Penutupan jalur dilakukan sejak bundaran Desa Ketapang hingga pertigaan di dekat Pusdik Gasum Porong. Adapun panjang jalan yang terendam sekitar 1 km. Akibat penutupan, seluruh kendaraan yang melintas dialihkan melalui jalan arteri Porong dan tol Surabaya-Gempol.
Selain jalan raya Porong, banjir juga merendam jalan raya Juanda, tepatnya akses keluar dari terminal dua Bandar Udara Internasional Juanda. Ketinggian air yang berada di level 30-50 sentimeter mengakibatkan kemacetan parah karena kendaraan harus berjalan dan hati-hati. Banyak sepeda motor mengalami mati mesin dan mogok sehingga memperparah kemacetan.
Banjir di jalan raya Juanda terjadi sejak Minggu (20/1/2019) setelah hujan deras mengguyur selama dua jam. Untuk mengatasi kemacetan, polisi melakukan pengaturan pola-pola atau rekayasa lalu lintas karena tidak ada jalur alternatif yang bisa digunakan untuk mengalihkan arus kendaraan. Apalagi panjang ruas jalan yang terendam banjir sekitar 1,5 km.
Sementara itu di pusat Kota Sidoarjo, banjir setinggi 20-50 cm melumpuhkan jalan Jati di dekat pintu keluar dan pintu masuk tol Sidoarjo. Anggota Polisi Lalu Lintas terlihat mengatur kendaraan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh banjir dan mengurai kemacetan mengingat lokasinya berada tepat di depan pusat perbelanjaan modern.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Sidoarjo Sunarti Setyaningsih kepada wartawan mengatakan, selain berdampak pada jalan protokol, banjir juga mengenai permukiman warga. Permukiman yang terdampak antaralain di Desa Tropodo dan Kepuh Kiriman di Kecamatan Waru serta Desa Gedangan, Keboansikep, Keboananom, dan Ketajen di Kecamatan Gedangan.
“Banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur di beberapa wilayah selama dua jam, Minggu (21/1/2019). Stasiun pengukur curah hujan mencatat intensitas hujan mencapai 70 milimeter (mm) hingga 178 mm,” kata Sunarti.
Bersamaan dengan curah hujan tinggi, terjadi pasang air laut yang mencapai puncak dengan ketinggian 140 cm diatas muka air laut normal. Hal itulah yang menyebabkan afoer atau saluran pembuang mengalami kelebihan kapasitas sehingga meluap. Luapan itu menggenangi beberapa titik permukiman warga serta sejumlah ruas jalan. Salah satunya Kali Buntung. Dalam kondisi normal, kemampuan maksimal Kali Buntung menerima air hujan adalah pada curah hujan 80 mm.
Pemkab Sidoarjo mengklaim sudah berupaya maksimal dengan mengoperasionalkan seluruh saluran pembuang dan mengosongkan saluran irigasi dari kanal Mangetan supaya tidak ada aliran air dari sawah yang masuk ke sungai.
Disisi lain, kondisi Sungai Buntung dan juga saluran air atau dam pembuangan dipenuhi oleh sampah rumah tangga di berbagai titik sehingga kapasitasnya tidak maksimal. Pemerintah daerah sudah mengoperasikan 30 rumah pompa yang tersebar di semua wilayah untuk mengatasi banjir. Mesin pompa mobile misalnya dioperasikan di depan markas Marinir Juanda untuk mengatasi banjir di jalan akses menuju Bandara Juanda sejak Minggu sore.