JAKARTA, KOMPAS — Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengincar kemitraan dengan institusi film asal Amerika Serikat, Sundance Institute, agar dapat membuka pusat studinya di Indonesia. Hal itu dapat memberi dampak positif bagi pengembangan sumber daya manusia dalam bidang manajerial dan tenaga kerja praktis perfilman.
Kepala Bekraf Triawan Munaf di Jakarta, Senin (21/1/2019), mengatakan rencana ekspansi Sundance Institute ke Indonesia merupakan bagian dari upaya menjamah kawasan Asia Tenggara. Adapun rencana ini telah dibicarakan sejak tahun lalu, saat Direktur Program Film Internasional Sundance Institute, Paul Federbush datang ke Indonesia.
Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah Bekraf Endah Wahyu Sulistianti mengatakan, draf nota kesepahaman telah dikirimkan kepada pihak Sundance Institute pada akhir tahun 2018. Menurut dia, hal ini baru akan dibicarakan lebih lanjut seusai rangkaian Sundance Film Festival pada 24 Januari hingga 3 Februari mendatang.
"Momen untuk mewujudkan hal ini di akhir tahun 2018 terlalu singkat, karena mereka saat ini sudah fokus ke pelaksanaan festival. Kami upayakan hal ini selanjutnya lewat pertemuan secara tatap muka, pihak kami yang akan ke Utah, Amerika Serikat," kata Endah.
Kerja sama semacam ini sebelumnya dilakukan Bekraf melalui program Torino Film Lab di Italia pada 2017. Namun, bentuk kemitraan dalam Torino Film Lab berbeda karena Bekraf berkewajiban memberangkatkan empat peserta dari Indonesia menuju Torino, sehingga perlu biaya yang cukup besar.
Melalui upaya menarik minat Sundance Institute ke Indonesia, Endah berharap pengembangan sumber daya manusia di bidang film menjadi lebih efisien. Sundance Institute memiliki sejumlah program terkait produksi dan distribusi film secara kreatif yang dapat diterapkan di Indonesia.
Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah Badan Ekonomi Kreatif, Endah Wahyu Sulistianti"Menyesuaikan kebutuhan pasar saat ini, ada tiga program Sundance Institute yang perlu didalami di Indonesia. Hal itu meliputi Episodic Storytelling, Creative Producing, dan Distribution Initiatives," ucap Endah.
Sineas Mira Lesmana mengatakan, kehadiran Sundance Institute dapat memberikan penguatan dari sumber daya manusia dan hubungan kemitraan secara jangka panjang. Rumah produksi film milik Mira, Miles Film, mendapatkan keuntungan menjajaki program Sundance Institute atas lolosnya film "Kado" dalam kompetisi Sundance Film Festival pada Kamis (24/1/2019) mendatang.
Tantangan
Bekraf dihadapkan pada tantangan bahwa industri film akan tumbuh secara kuantitas di tahun ini. Hal tersebut ditandai dengan bertambahnya jumlah film yang diproduksi serta penambahan layar bioskop di Indonesia selama tahun 2018.
Endah mengatakan, jumlah layar bioskop pada tahun 2018 mencapai 1.700 layar atau naik dibanding tahun 2017 yang mencapai 1.400 layar. Pihaknya menargetkan tahun ini layar bioskop akan bertambah hingga 2.000 layar, dengan fokus pembangunan di wilayah Timur Indonesia, seperti Kupang, Jayapura, dan Palu.
Jumlah film yang siap diproduksi tahun ini juga meningkat. Ada sekitar 150 judul film yang akan diproduksi sepanjang tahun ini bila dibandingkan tahun lalu, yakni 130 judul film.
"Dengan peningkatan jumlah layar dan produksi film, sumber daya manusia mestinya perlu ditambah. Selama ini kru filmnya, kan, itu-itu saja," tutur Endah.
Sineas Riri Riza mengatakan, permasalahan sumber daya manusia dirasakan oleh rumah produksi film yang menghasilkan 10-15 film selama setahun. Namun, menurut dia, hal yang tidak kalah penting yaitu pengembangan kemampuan sumber daya manusia dari sisi penulis dan produser film.
"Kita masih membutuhkan lebih banyak tenaga di dua bidang tersebut untuk mengekplorasi kekayaan alam Indonesia," ujar Riri.