JAKARTA, KOMPAS - Ging Ginanjar (54) salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen, tutup usia, Minggu (20/1/2019), pukul 19.05 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dhia, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, karena serangan jantung. Jurnalis BBC Indonesia itu dikenal sebagai sosok rendah hati dan selalu mengedepankan nilai-nilai humanisme dalam dunia jurnalistik.
Mendiang Ging Ginanjar merupakan salah satu pendiri organisasi wartawan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang terbentuk pada 7 Agustus 1994. Tujuan pendirian organisasi ini tak lain sebagai bentuk perlawanan pers Indonesia atas kesewenang-wenangan rejim Orde Baru.
Dalam lama resmi Aji, awal mulanya adalah pembredelan media Detik, Editor, dan Tempo, pada 21 Juni 1994. Ketiganya dibredel karena pemberitaan yang kritis kepada penguasa. Tindakan represif inilah yang memicu aksi solidaritas sekaligus perlawanan dari banyak kalangan secara merata di sejumlah kota.
Produser BBB Indonesia sekaligus rekan kerja almarhum, Heyder Affan, mengenang nilai-nilai yang tercermin dari sikap serta idealisme Ging dalam dunia jurnalistik Indonesia. Semasa hidup, almarhum selalu menunjukkan keberpihakannya kepada mereka yang tertindas dan tidak mampu menyuarakan hak-haknya.
"Keberpihakannya itu selalu beliau tunjukkan di tiap rapat maupun diskusi. Ia memiliki sikap yang jelas jika menyangkut isu-isu kemanusiaan, kaum minoritas, serta orang-orang yang tertindas," tuturnya.
Nilai-nilai itu juga dirasakan oleh rekan-rekan almarhum di AJI. Ketua Aji periode 2005-2008, Heru Hendratmoko, mengatakan, sebagai salah seorang yang berkontribusi besar dalam berdirinya AJI, almarhum selalu mengedepankan nilai hak asasi manusia dan kebebasan pers. Bagi almarhum, kata Heru, tak ada kompromi terhadap kedua hal tersebut.
"Ging sampai hari ini masih konsisten terhadap landasan perjuangan AJI, yakni HAM dan kebebasan pers. Hal itu juga diwujudkan dalam kerja-kerja jurnalistik beliau," ujarnya.
Semasa hidup, almarhum selalu menunjukkan keberpihakannya kepada mereka yang tertindas dan tidak mampu menyuarakan hak-haknya.
Secara pribadi, Heru mengenal almarhum sebagai sosok yang mudah bergaul sehingga memiliki jaringan pertemanan yang luas. Ging juga memiliki selera bercanda yang tinggi sekaligus rendah hati.
Kerendahan hati beliau juga dirasakan oleh Ketua AJI periode 2017-2020, Abdul Manan. Menurutnya, meski sebagai wartawan senior dan salah satu pendiri AJI, almarhum tetap rendah hati dan tidak merasa sebagai sosok hebat yang layak dihormati dan disegani. "Beliau sangat low profile. Dia selalu merasa dirinya biasa saja," Abdul.
Pria kelahiran 6 Juni 1964, itu meninggalkam istri dan satu anak yang saat ini tinggal di Belgia. Jenazah Ging disemayamkan sementara di Urbana Place Blok E 11, Jalan Merpati Raya, Ciputa, Kota Tangerang Selatan.
Almarhum tetap rendah hati dan tidak merasa sebagai sosok hebat yang layak dihormati dan disegani
Menurut rencana, jenazah Ging akan dibawa ke Bandung, tepatnya di rumah duka Jalan Kolonel Masturi, Gang Sawahlega 2 nomor 54, Cimahi, Jawa Barat. Almarhum akan dimakamkan, Senin (21/1/2019). (DIONISIO DAMARA)