Jakarta Utara Antisipasi Rob karena Bulan Purnama Super
Oleh
J Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Pemerintah Kota Jakarta Utara mengantisipasi terjadinya banjir rob di sejumlah wilayah di Jakarta Utara karena adanya fenomena purnama super. Salah satu strateginya, menyiagakan karung-karung berisi pasir di masing-masing kecamatan untuk membendung limpasan rob.
“Petugas akan memasang karung pasir pada bibir pantai jika sewaktu-waktu rob melimpas dengan ketinggian signifikan,” ucap Wakil Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim, dalam keterangan pada Senin (21/1/2019).
Di enam kecamatan, Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Utara sudah menyiapkan 1.000 karung pasir per kecamatan. Adapun di gudang Sudin SDA tersimpan 5.000 karung pasir cadangan.
Pada sisi lain, Pemkot Jakarta Utara menyiapkan sejumlah pos pengungsian di masing-masing kelurahan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Menurut Ali, masyarakat sudah tahu apa yang mesti diperbuat jika memang ada kejadian rob di tempat mereka.
“Wilayah yang signifikan terdampak biasanya di Kecamatan Penjaringan. Wilayah lainnya lebih tergolong aman dari rob,” ujar dia.
Camat Penjaringan M Andri menambahkan, titik-titik rawan rob di wilayahnya yaitu RW 04 Kelurahan Kamal Muara, RW 22 Kelurahan Pluit di kawasan Muara Angke, dan di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Kelurahan Penjaringan.
“Di daerah Muara Baru, kawasan berpenduduk relatif sudah aman karena tanggulnya sudah jadi. Adapun kawasan pelabuhan merupakan tanggung jawab pengelola,” katanya.
Untuk memantau setiap titik rawan tersebut, terdapat petugas yang piket setiap malam. Di tingkat kecamatan, ada 40 personel penyedia jasa lainnya perorangan (PJLP), yang antara lain berasal dari Dinas Sumber Daya Air, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Bina Marga yang pada malam hari berjaga untuk menjalankan prosedur penanggulangan rob jika dibutuhkan. Ada pula petugas yang berpatroli ke titik-titik rawan.
Pompa bergerak (mobile) disiagakan untuk membantu pengurangan banjir dan genangan jika rob terjadi. Andri menuturkan, saat ini pompa mobile baru dioperasikan di Muara Angke, sedangkan di wilayah lain belum ada.
Andri mengklaim situasi di wilayahnya masih kondusif. Meski demikian, banjir rob rupanya menerjang permukiman di Muara Angke, khususnya di Blok Eceng yang masuk RW 22 Pluit. Warga setempat, Khalil (51), mengatakan, rob menerjang lingkungan tinggalnya sejak Rabu (16/1/2019), tetapi rob dengan dampak paling parah baru terjadi pada Senin.
Air laut sempat mencapai ketinggian 80 sentimeter dari muka tanah pada Senin pagi. Dalam pantauan pukul 11.00, air sudah surut menjadi setinggi 40 cm dari muka tanah. “Waktu masih tinggi tadi, air sampai masuk ke rumah, tingginya 40 cm atau 50 cm dari lantai,” ucap Khalil.
Andri menyebutkan, kawasan di Blok Empang dan Blok Eceng Muara Angke memang pengecualian. Penggunaan karung pasir dan pompa belum tentu mengatasi rob di sana karena rumah-rumah penduduk berdiri di atas pinggir Kali Adem, dengan terlebih dahulu menguruk, antara lain menggunakan kulit kerang.
Penduduk di sana awalnya nelayan musiman yang kembali ke kampung mereka saat tidak sedang melaut. Namun, lama-kelamaan mereka tinggal secara tetap dengan mengokupasi badan sungai. Solusi terbaik adalah penataan kampung. Program itu sedang dibahas di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI.