Penjamin Mutu Pangan Segar
Jadi hilir distribusi pangan terbesar di Jawa Barat, Kota Bandung rentan penyalahgunaan bahan berbahaya. Keberadaan inovasi Mini Lab Food Security hendak mengedukasi dan memastikan kesehatan konsumen.
Bersarung tangan karet, Osid Suryadi (52) cekatan memotong daging ayam negeri. Daging itu sampel acak yang diambil dari pedagang di Pasar Kosambi, Bandung. Potongan kecil itu diletakkan di cawan petri lalu diekstrak.
Didiamkan sesaat, Osid memasukkan 3 mililiter cairan terekstrasi itu ke tabung reaksi. Dua tetes durante dibubuhkan. Durante adalah reagen deteksi cepat daging bangkai. Akurasinya 95 persen.
”Tes ini memastikan ayam dipotong benar, bukan bangkai ayam. Jika positif, cairannya hijau. Jika negatif, warnanya biru,” kata Osid, Kepala Urusan Ketertiban dan Keamanan Pasar Kosambi.
Berpengalaman 10 tahun, mata Osid sebenarnya terlatih melihat kualitas fisik ayam: kulit segar, tidak keras saat dipegang, bekas sayatan di leher rapi, langsung memotong nadi leher, esofagus, dan trakea secara bersamaan. ”Dengan tes durante, kami ingin benar-benar memastikan keamanan bahan pangan segar,” katanya.
Osid satu dari 50 orang yang dilatih Dinas Pangan dan Pertanian (Dispantan) Kota Bandung menjadi petugas pemeriksa keamanan pangan segar. Mereka garda terdepan inovasi Mini Lab Food Security yang ditelurkan pada November 2016.
Menjadi yang pertama di Indonesia, program ini menyediakan jaminan keamanan produk pangan segar sebelum dikonsumsi dengan metode tes cepat (rapid test). Salah satu tujuannya adalah menjadi peringatan dini mutu pangan segar di Kota Bandung.
Ada tujuh tes cepat yang dilakukan. Selain durante untuk ayam, ada tes klorin (beras), seperangkat tes pestisida (sayur dan buah), dan tumeric papper halal test (daging sapi). Ada juga tes peroksida (jeroan dan kikil), tes borak (ikan asin dan daging), serta seperangkat tes formaldehyde (ikan).
Dilakukan di tempat, semua hasil tes keluar lebih cepat. Mini Lab memastikan keamanan pangan segar dalam 1-5 menit. Di laboratorium, bisa satu minggu. Saat ini, Mini Lab diterapkan di 33 pasar tradisional dan 8 perusahaan induk pasar modern di Kota Bandung.
Menurut Dana Aswara, analis lab di Dispantan Kota Bandung, tes cepat rutin minimal sekali sebulan di setiap pasar. Hasilnya dilaporkan secara daring lewat aplikasi e-wasmut. ”Hasil pemeriksaan bisa dilihat juga di setiap pasar. Menjadi patokan keamanan pangan pedagang dan konsumen,” katanya.
Erwin (41), pedagang ayam di Pasar Kosambi, jauh lebih nyaman berjualan setelah ada Mini Lab. Ia punya bukti mutu daging ayamnya bagus. Tiap hari, ia menjual hingga 75 kilogram daging ayam.
”Meski di pasar tradisional, kualitas harus nomor satu,” ujar Erwin, pemegang sertifikat juru sembelih ayam (juleha). Dari delapan pedagang ayam, enam tersertifikasi juleha.
Ny Keke (42), warga Sekepanjang, konsumen setia kios Erwin. Hasil pemeriksaan Mini Lab membuatnya loyal. ”Hasil tes jadi nilai tambah pasar tradisional. Harga ayam di pasar tradisional kerap lebih murah Rp 2.000-Rp 3.000 per kg dibanding pasar modern,” ujarnya. Sehari, ia beli 3 kg ayam untuk warung nasinya.
Kepala Dispantan Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, inovasi ini lahir dari keprihatinan penyalahgunaan bahan kimia berbahaya di Kota Bandung. Di tengah minim petugas, tidak ada mekanisme khusus untuk mengawasinya.
Empat tahun lalu, saat inspeksi mendadak, ditemukan 20 penyalahgunaan bahan kimia berbahaya serta pemalsuan daging sapi dengan celeng. Setahun lewat, ditemukan 8 kasus beras mengandung klorin, formalin pada ikan, dan pestisida pada sayur/buah.
”Harus ada mekanisme kontrol ideal, terjadwal, dan sistematis. Sekitar 2,4 juta warga Bandung harus tahu apa yang dikonsumsi. Lebih dari 95 persen bahan pangan segar dari luar daerah,” paparnya.
Langkah cepat membuat pengawasan khusus digagas. Pemeriksaan cepat, mudah, dan murah. Laboratorium mini jadi pilihan. Pemerintah Kota Bandung mendukung lewat Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1151 Tahun 2016 tentang Pemeriksaan Pangan pada Mini Lab Food Security Pasar Modern dan Pasar Tradisional.
Sosialisasi dilakukan pada Perusahaan Daerah Pasar, selaku pengelola pasar tradisional, dan pasar modern di Bandung. Sambutannya positif. Mereka setuju mengirim perwakilan dilatih menjadi petugas pemeriksa Mini Lab.
”Untuk pasar tradisional, alat-alat tes cepat diberi gratis, sedangkan pasar modern membiayai sendiri. Satu paket harganya Rp 15 juta. Ada tes yang bisa dilakukan hingga 100 kali, seperti tes formaldehyde dan tes peroksida,” katanya.
Apabila ditemukan sampel positif, petugas mengirim ke laboratorium terakreditasi. Hasilnya dikirim ke pasar tradisional dan modern sebagai bahan evaluasi dan pendampingan.
Percaya
Agus Arifin, Sales Manager Ikan dan Daging di Carrefour Paris van Java Mall Bandung, mendukung penuh upaya Kota Bandung menjamin ketahanan pangan. Meski punya sistem pengawasan sendiri, pemeriksaan Mini Lab memupuk kepercayaan konsumen.
”Pernah ada konsumen yang tidak mau percaya begitu saja hasil pemeriksaan internal. Saat disodorkan hasil Mini Lab, dia semakin yakin produk melewati proses ketat,” katanya.
Kepala Bidang Keamanan Pangan Dispantan Kota Bandung Ermariah mengatakan, pihaknya terbuka memberi layanan bagi distributor pangan segar, tempat pemotongan hewan, dan masyarakat. Untuk melayaninya, ada satu mobil Mini Lab keliling. Pada 2018, enam temuan dideteksi dini.
Negara pun mengakui keunggulan inovasi ini. Mini Lab masuk Top 40 Inovasi Pelayanan Publik 2018 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Inovasi ini juga menarik minat beberapa daerah, seperti Kota Semarang, Kota Malang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Bangka.
Mereka ke Bandung melihat proses tes dan mereplikasinya. ”Kami berharap kesadaran masyarakat terhadap pangan segar yang sehat terus terbangun,” kata Elly.