MELBOURNE, MINGGU--Berkesempatan melawan Roger Federer dalam Grand Slam Australia Terbuka di Rod Laver Arena menjadi momen membahagiakan bagi petenis muda Yunani, Stefanos Tsitsipas. Ketika kemenangan atas sang maestro menjadi hasil akhir, petenis berusia 20 tahun itu pun tak bisa menjelaskan dengan kata-kata.
Tsitsipas mengalahkan Federer pada babak keempat Australia Terbuka di stadion terbesar di area Melbourne Park. Dia menang, 6-7 (11-13), 7-6 (7-3), 7-5, 7-6 (7-5), pada pertemuan pertamanya dengan maestro tenis peraih 20 gelar grand slam itu.
”Melawan Federer di Rod Laver Arena adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya. Dia adalah petenis yang selalu saya tonton pada masa kecil. Saat saya bisa mengalahkannya, saya tak bisa menggambarkannya dengan kata-kata,” ujar Tsitsipas sambil menahan tangis saat diwawancara mantan petenis, John McEnroe, di lapangan.
Setiap Tsitsipas menjawab pertanyaan mantan petenis nomor satu dunia itu, pendukungnya di dalam dan luar stadion selalu bertepuk tangan. Sorak sorai, seperti penggemar sepak bola menyambut kemenangan tim favoritnya, terjadi ketika Tsitsipas memperoleh poin terakhir. Di Melbourne, kota bagian tenggara Australia, memang terdapat banyak komunitas orang Yunani.
Berada di antara mereka yang merayakan kemenangan Tsitsitpas di tribun tim adalah orang tuanya, yang merupakan mantan petenis dan pelatih tenis, serta Patrick Mouratoglou. Tsitsipas memiliki keterikatan dengan pelatih Serena Williams itu karena berlatih di akademi tenis milik Mouratoglou di Perancis.
Tsitsipas, yang bermain tenis sejak berusia tiga tahun, menjadi bagian dari petenis-petenis muda yang diprediksi akan menggantikan para legenda, seperti Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic. Dalam usia 20 tahun, dia menjadi petenis termuda pada peringkat 20 besar dunia.
Memulai perjalanan di dunia tenis profesional pada 2016, Tsitsipas mulai mencatatkan prestasi pada 2018. Dia menjuarai Final ATP Next Gen, yaitu turnamen akhir musim yang digelar untuk delapan petenis terbaik berusia 21 tahun ke bawah.
Dia juga menjuarai ATP Stockholm (gelar pertama dari ATP Tour), babak keempat Wimbledon, dan pernah mengalahkan Djokovic. Tsitsipas pun mendapat penghargaan sebagai petenis paling berkembang pada 2018 dari ATP.
Dengan gaya bermain yang agresif, Tsitsipas mencapai prestasi itu, termasuk ketika mengalahkan Federer di Rod Laver Arena. Sepanjang pertandingan, dia melancarkan servis keras, menyerang dari baseline, serta tak takut untuk melakukan voli dekat net. McEnroe pun memuji gaya permainannya.
”Saya memang pemain yang agresif. Melawan Federer, saya harus bermain seperti itu. Sejak memasuki lapangan, saya juga membawa pola pikir bahwa saya bisa menang dan percaya dengan kemampuan saya. Tetapi, saya tetap menghormati Federer karena dia adalah legenda di olahraga ini,” tutur Tsitsipas yang berharap makin banyak anak-anak di Yunani yang bermain tenis dengan kehadirannya di arena tenis profesional.
Kekalahan Federer menghapus peluang terjadinya laga klasik, Federer melawan Nadal, pada semifinal. Berada pada paruh undian yang sama, dua atlet yang menciptakan rivalitas terbaik di tenis itu, sebenarnya berkesempatan bertemu di semifinal.
Kini, skenario semifinal pada paruh bawah akan terjadi antara Tsitsipas atau Roberto Bautista Agut melawan pemenang pertemuan Nadal dan Frances Tiafoe. Tiafoe merayakan ulang tahun ke-21, pada Minggu, dengan kemenangan atas Grigor Dimitrov, 7-5, 7-6 (8-6), 6-7 (1-7), 7-5. Seperti Tsitsipas, ini akan menjadi perempat final pertama Tiafoe dalam grand slam.
Petenis Indonesia
Sementara, tunggal putri Indonesia, Priska Madelyn Nugroho, menjalani debut pada Australia Terbuka kategori yunior dengan kemenangan pada babak pertama. Priska mengalahkan Yeon Woo-ku (Korea Selatan), 6-3, 6-7 (7-9), 6-4.
”Bersyukur bisa menang pada penampilan pertama di ajang grand slam. Saya masih beradaptasi dengan kondisi lapangan yang berangin sehingga banyak melakukan kesalahan terutama pada set kedua dan ketiga,” kata Priska yang akan melawan unggulan keenam, Lea Ma (Amerika Serikat), pada babak kedua. (AP)