2019, KRL Jakarta-Bogor Ditargetkan Punya Jalur Sendiri
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan revitalisasi Stasiun Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, saat ini sudah mencapai sekitar 70 persen. Pada akhir 2019, diharapkan jalur layang kereta sudah bisa digunakan sehingga KRL commuter line rute Jakarta-Bogor dan sebaliknya memiliki jalur sendiri.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jakarta-Banten (BTPWP) Kementerian Perhubungan Jumardi, Selasa (22/1/2019), mengatakan, pembangunan jalur layang kereta di Stasiun Manggarai masih sesuai dengan perkiraan waktu. Selama ini, salah satu kendala revitalisasi tersebut adalah jam kerja yang terbatas karena stasiun sangat sibuk dan masih aktif.
Setiap hari, ada sekitar 720 perjalanan kereta, yakni KRL commuter line, kereta bandara, dan kereta antarkota. Para pekerja konstruksi hanya bisa bekerja dari pukul 23.00-04.00.
”Namun, kali ini dengan alasan keamanan konstruksi, jalur 10 di Stasiun Manggarai harus kami tutup. Dengan penutupan ini, kami bisa mengejar pekerjaan dari jadwal semula 90 hari menjadi 45 hari,” tutur Jumardi.
Kunto Wibisono, Pejabat Pembuat Komitmen Pembangunan DDT Manggarai-Jatinegara, menambahkan, penutupan jalur 10 akan dimulai pada Rabu (23/1) pukul 00.00. Penutupan jalur tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan faktor keamanan konstruksi.
Banyaknya alat berat di lokasi membuat jalur tersebut tidak aman dilintasi kereta. Selain itu, dengan menutup jalur tersebut, pekerja konstruksi juga bisa mengoptimalkan waktu pengerjaan jalur rel layang.
Selama 45 hari, mulai dari 23 Januari hingga 10 Maret 2019, akan ada pekerjaan pemasangan box girder atau bentangan penghubung antarpilar penyangga jalur rel layang. Setelah selesai, baru akan dipasang rel yang terhubung dengan bangunan stasiun baru.
Akan ada 10 rel di jalur layang tersebut. Menurut rencana, empat jalur akan dipakai untuk KRL rute Jakarta-Bogor, sedangkan 6 jalur sisanya untuk kereta jarak jauh. Total investasi untuk revitalisasi stasiun dan pembangunan jalur rel layang Manggarai-Jatinegara itu mencapai Rp 2,3 triliun.
”Jika pembangunan tahap I (DDT Manggarai-Jatinegara) selesai, KRL commuter line Bekasi masih melintasi satu jalur yang sama dengan kereta jarak jauh. Ini belum banyak mengubah headway. Nanti, setelah kereta jarak jauh dipisah dengan jalur layang, KRL CL baru bisa punya jalur sendiri,” tutur Kunto menjelaskan.
Adapun untuk pembangunan tahap II, yaitu penyelesaian jalur dwiganda hingga Cikarang, dijadwalkan pada 2019-2021. Nilai investasi untuk tahap II ini mencapai Rp 1,2 triliun.
Selain membangun jalur dwiganda hingga Cikarang, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub juga akan memodernisasi sejumlah stasiun di Bekasi-Cikarang. Salah satu kendala yang dihadapi dalam proyek tersebut adalah pembebasan lahan sehingga jalur dwiganda hingga akhir tahun 2019 ini baru bisa diselesaikan hingga Stasiun Cakung, Jaktim.
”Lumayan ini untuk menambah kapasitas di lintas Manggarai-Bekasi karena sudah ada empat rel di rute tersebut,” kata Jumardi.
Terlambat
Direktur Operasi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Subakir menambahkan, dengan ditutupnya jalur 10 tersebut, perjalanan KRL relasi Bogor-Jakarta dan sebaliknya akan mengalami keterlambatan selama 2 menit untuk masing-masing kereta.
PT KCI akan membuat strategi untuk mengurangi keterlambatan jarak kedatangan antarkereta. Salah satunya adalah dengan memperbanyak kereta 12 rangkaian pada saat jam sibuk sehingga penumpang bisa segera diangkut.
”Nanti kalau jalur layang dan stasiunnya sudah jadi, perjalanan akan lebih lancar lagi. Jadi, ini untuk sementara waktu saja,” kata Subakir.
Dengan penutupan jalur 10 tersebut, pengguna jasa KRL commuter line di Stasiun Manggarai menuju Depok atau Bogor akan dipindahkan ke jalur 8, 5, dan 4. Diperkirakan, perjalanan kereta selama 45 hari ke depan akan banyak mengalami keterlambatan mengingat jalur 5 sebelumnya sudah melayani rute Bogor/Depok-Jatinegara dan Bogor/Depok-Jakarta Kota. Adapun jalur 4 juga sebelumnya sudah melayani KRL tujuan Bekasi/Cikarang.