Israel Makin Siap untuk Terlibat dalam Konflik di Suriah
JERUSALEM, SELASA - Israel mengumumkan kepada publik bahwa jet tempurnya telah menyerang markas militer Iran di Suriah pada Senin (21/1/2019) waktu setempat. Pengumuman itu memberikan sinyal mengenai kesiapan Israel untuk lebih terlibat dalam perang di Suriah dan melawan militer Iran. Sebelumnya, Israel tidak banyak berkomentar mengenai serangannya terhadap Iran di Suriah.
Seperti diberitakan Associated Press, serangan yang diluncurkan Israel dilaporkan dengan cukup detil.
Berdasarkan laporan dari militer Israel, jet tempurnya telah menyerang sejumlah markas militer Iran pada Senin pagi. Beberapa di antaranya adalah toko amunisi, markas di Bandara Internasional Damaskus, situs intelijen, dan pusat pelatihan militer. Jet tempur Israel kemudian menyerang sistem pertahanan Suriah.
Juru Bicara Militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus, mengatakan, serangan Israel pada Senin merupakan tindakan pembalasan terhadap serangan rudal Iran pada Minggu (20/1/2019) yang diluncurkan dari Damaskus ke wilayah utara Israel. Serangan oleh Iran yang berhasil dicegat oleh Israel itu katanya membahayakan warga sipil yang berada di wilayah Dataran Tinggi Golan, di mana ada tempat ski.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan hal serupa, bahwa serangan Israel ke markas militer Iran merupakan respons atas serangan Iran. "Kami menolak membiarkan tindakan agresi (Iran) seperti itu tanpa respons. Iran berusaha membangun kekuasaan militernya di Suriah dan berniat menghancurkan Israel," katanya.
"Siapa pun yang mencoba menyakiti kita (Israel), kita akan menyakiti mereka," tambah Netanyahu.
Baca juga: Suriah Jadi Medan Konflik Terbuka Iran-Israel
Sementara itu, Kepala Angkatan Udara Iran, Jenderal Aziz Nassirzadeh menyatakan, pasukannya "sudah tidak sabar dan siap untuk melawan rezim Zionis," seperti dikabarkan sebuah situs berita yang berafiliasi dengan televisi Pemerintah Iran.
Pemilu Israel
Israel akan menggelar Pemilu pada 9 April 2019. Spekulasi mulai beredar bahwa hal tersebut menjadi faktor yang memicu pernyataan publik Pemerintah Israel terhadap serangannya di Suriah.
Mantan Menteri Pertahanan Israel, Moshe Yaalon, mengatakan, militer Israel tidak punya pilihan lain selain berkomentar, setelah PM Netanyahu menyatakan pujiannya terhadap serangan Israel. Yaalon mendukung serangan itu, namun, ia menuduh Netanyahu menggunakan fasilitas keamanan negara untuk bermain politik.
"Sayangnya, semua itu dalam rangka (memastikan) keberlangsungan politiknya (Netanyahu). Apa gunanya pernyataan kegiatan militer itu, selain untuk politik?" kata Yaalon.
Di sisi lain, Yaakov Amidror, Mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel, mengatakan, pernyataan publik Netanyahu bermaksud untuk menegaskan posisi dan kedaulatan Israel, tanpa memperluas operasi militernya.
Serangan dari jet tempur Israel ke berbagai sasaran militer Iran di sekitar Damaskus berlangsung sejak Minggu (20/1/2019) malam hingga Senin (21/1/2019) waktu setempat. Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), yang memantau konflik Suriah lewat jaringan aktivis, mengatakan, ada 11 orang tewas. Rusia, mitra dekat Suriah, melaporkan, empat tentara Suriah tewas, dan enam orang luka-luka dalam serangan tersebut. (Kompas, 22/1/2019)
Konfrontasi antara Iran dan Israel sudah lama membayangi konflik di Suriah yang sudah berlangsung selama hampir delapan tahun. Militer Iran hadir sejak konflik itu dimulai dalam rangka mendukung Presiden Bashar al-Assad. Kehadiran Iran di sana merupakan ancaman bagi Israel.
Konfrontasi antara Iran dan Israel sudah lama membayangi konflik di Suriah yang sudah berlangsung selama hampir delapan tahun
Kebijakan Israel
Israel beberapa tahun lalu tidak menyampaikan komentar mengenai serangannya terhadap Iran di Suriah. Israel bahkan tidak mengakui serangan itu, kemungkinan untuk mencegah serangan balasan atau terlalu terlibat dalam perang di Suriah.
Pernyataan pejabat tinggi Israel kepada publik mengenai serangannya di markas Iran di Suriah kemarin dinilai oleh sejumlah media masa sebagai tanda perubahan kebijakan Israel dalam menangani perang di sana. Sebelumnya, kebijakan Israel dinilai "ambigu". Israel tidak mengakui atau menyangkal serangannya.
Namun, dugaan perubahan kebijakan perang Israel tidak dikonfirmasi oleh Conricus. Ia hanya mengatakan, Israel telah memberikan peringatan kepada Suriah untuk tidak menyerang jet tempur Israel. Namun, Suriah mengabaikan peringatan itu dan menembak dengan rudal anti jet tempur. Israel pun kemudian merespons dengan menghancurkan senjata anti pesawat Suriah.
Seorang pejabat dari Axis of Resistance, kelompok yang dipimpin oleh Iran dan terdiri dari milisi Suriah, Iraq, Hezbollah, dan lainnya, mengatakan, tidak ada pasukan Iran atau Hezbollah yang terluka atau tewas akibat serangan Israel. Ia mengkonfirmasi, Israel sebelumnya telah memperingati Rusia dan Suriah sebelum meluncurkan serangannya.
"Kami akan mempertimbangkan serangan Israel ini. Kondisi sehari-hari semakin dekat dengan perang. Ada kemungkinan perang pecah di beberapa area," ujar pejabat itu, yang berbicara dalam kondisi anonim karena tidak berwenang berbicara kepada media.
Komisi Hak Asasi Manusia Internasional (IHRC) mengutuk serangan Israel di Suriah dan menegaskan serangan Israel di Suriah melanggar konvensi internasional dan resolusi No. 2131 tahun 1965.
"Terulangnya agresi dengan cara ini akan mengancam wilayah tersebut dan mungkin mengarah kepada konsekuensi besar," kata Duta Besar Komisaris Timur Tengah Haitham Abu Said, seperti dikutip Antara. Ia telah mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk meminta Israel menghentikan serangannya. (AP, ANTARA)