JAKARTA, KOMPAS -- Pembinaan olahraga basket sebaiknya dimulai dari level sekolah. Namun, belum semua guru olahraga memiliki pengetahuan dasar melatih basket. Lewat program Akademi Pelatih Jr NBA, guru olahraga dilatih teknik bermain basket. Mereka bakal menjadi ujung tombak untuk menularkan gaya hidup sehat dan mengembangkan olahraga basket di Indonesia.
Program Akademi Pelatih Junior NBA 2019 resmi dimulai Selasa (22/1/2019), di Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta Timur dan akan berlangsung selama tiga hari ke depan hingga Kamis (24/1/2019). Program ini memasuki tahun kedua di Indonesia. Pembukaan program ini turut dihadiri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Akademi Pelatih Junior NBA merupakan partisipasi olahraga basket dunia untuk anak-anak dan guru olahraga. Dalam program ini lebih dari 3.000 guru olahraga dari 1.000 sekolah di DKI Jakarta dilatih teknik dasar bermain basket.
"Kami bertujuan mengembangkan olahraga basket melalui pelatihan lapangan, penguatan dan pengondisian tubuh, serta pendidikan basket," ujar NBA Associate Vice President of Marketing Partnerships Asia Jim Wong di Jakarta.
Tidak hanya di Jakarta, program serupa juga bakal dilaksanakan di Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Jim mengatakan, sangat penting bagi guru dan orangtua membuat anak-anak tetap bergerak dan beraktivitas dibandingkan hanya berdiam diri sepanjang hari di rumah dan bermain gawai. Pihaknya akan memastikan guru-guru olahraga menyerap materi pelatihan lalu mengajarkannya kepada siswa di sekolah.
Sangat penting bagi guru dan orangtua membuat anak-anak tetap bergerak dan beraktivitas dibandingkan hanya berdiam diri sepanjang hari di rumah dan bermain gawai
Menurut Jim, program pelatihan ini bisa menjadi pendorong prestasi basket Indonesia. Pada sesi pelatihan, guru-guru dibekali cara mengajar basket secara menyenangkan. Pihak Jr. NBA telah membuatkan kurikulum khusus dan diserhakan kepada para guru. Dengan cara begitu, siswa akan semakin bergairah dan tertarik menekuni basket.
Upaya di level akar rumput ini akan bergulir dan berdampak luas. Beberapa tahun ke depan, basket bakal lebih memasyarakat. Semakin banyak anak bermain basket, maka akan memunculkan banyak klub atau akademi basket.
Hal itu diyakini akan membuat dunia basket Indonesia lebih menggeliat. Saat ini, liga basket Indonesia (IBL) belum mengembangkan pemain lokal secara maksimal. Indikasinya, IBL kekurangan jumlah pertandingan, hanya 17 laga per musim reguler. Durasi kompetisi tahunan itu pun terlalu singkat, tidak sampai lima bulan, dari akhir November 2018 hingga Maret 2019. Kompas (7/1/2019).
Jumlah itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan liga terbaik di dunia, NBA, yang memainkan 82 laga per musim reguler. Tim-tim di NBA menjalani kompetisi selama sekitar delapan bulan.
"Kuncinya adalah membiarkan anak-anak bermain dengan senang. Jika basket sudah dimainkan banyak orang maka akan lahir lebih banyak klub. Lebih banyak klub membuat kompetisi makin berkembang," tutur Jim.
Jika pembinaan seperti ini dijalankan secara serius dan berkesinamabungan, Jim mengatakan, bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia akan memiliki liga basket usia dini.
Associate Vice President, Basketball Operations NBA Asia, Carlos Barroca, mengatakan, di Amerika Serikat, siswa sekolah sudah memainkan basket. Karena banyak anak-anak bermain basket, lahirlah liga basket junior di sana. Hadirnya kompetisi usia dini tersebut memudahkan munculnya pebasket berbakat. Amerika Serikat kini menjadi negara besar di olahraga basket.
Pada tahun lalu, fokus materi pelatihan ditiitkberatkan pada teknik dasar dan individu. Untuk tahun ini materinya ditambah. "Sekarang kami mulai mengajarkan guru bergerak dengam bola, bertahan, dan bagaimana teknik menyerang," kata Carlos.