Maskapai Diminta Lakukan Subsidi Silang untuk Turunkan Harga Tiket
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta maskapai penerbangan di Indonesia untuk melakukan subsidi silang agar harga tiket pesawat terbang bisa diturunkan. Subsidi silang bisa dilakukan dengan memberlakukan tarif murah pada waktu-waktu tertentu, sementara pada waktu lain yang peminatnya banyak bisa diberlakukan tarif komersial yang lebih mahal.
“Saya minta cross subsidi (subsidi silang). Jadi, ada tarif-tarif murah tapi untuk jam-jam tertentu,” kata Budi Karya Sumadi saat memberi pembekalan kepada calon wisudawan program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (22/1/2019), di Grha Sabha Pramana UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Seperti diketahui, selama beberapa waktu terakhir, masyarakat mengeluhkan kenaikan harga tiket pesawat terbang dengan rute penerbangan domestik. Keluhan itu antara lain disampaikan melalui berbagai kanal di media sosial dan sejumlah petisi di situs Change.org. Baca INACA Menurunkan Harga Tiket Pesawat
Budi menjelaskan, industri penerbangan di Indonesia saat ini sedang mengalami sejumlah persoalan, misalnya persaingan yang sangat ketat dan biaya operasional yang tinggi. Persaingan yang ketat disebabkan oleh jumlah maskapai penerbangan yang relatif banyak. “Banyaknya maskapai penerbangan menjadikan kompetisi tinggi sekali,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Budi, biaya operasional yang tinggi terutama terjadi karena harga avtur atau bahan bakar pesawat yang mahal. Maskapai penerbangan di tanah air juga membutuhkan avtur lebih banyak karena kondisi geografis Indonesia yang berupa negara kepualauan. “Anda bisa bayangkan, empat puluh persen cost (biaya) pesawat itu untuk avtur,” tuturnya.
Anda bisa bayangkan, empat puluh persen cost (biaya) pesawat itu untuk avtur
Berbagai persoalan itulah yang membuat sebagian maskapai penerbangan di tanah air mengalami kerugian selama beberapa waktu terakhir. Untuk mengatasi persoalan tersebut, sejumlah maskapai penerbangan kemudian memilih menaikkan harga tiket pesawat terbang.
Budi memaparkan, pemerintah tidak bisa memaksa maskapai penerbangan menurunkan tarif untuk seluruh penerbangan. Sebab, hal itu berpotensi membuat maskapai penerbangan gulung tikar. Apabila hal itu terjadi, jumlah penerbangan akan berkurang dan bisa terjadi monopoli untuk rute-rute penerbangan tertentu sehingga harga tiket justru akan menjadi sangat mahal.
“Mau enggak kita paksakan tarif ke Papua itu Rp 1,5 juta, tapi dalam waktu satu tahun salah satu penerbangan kita kolaps sehingga penerbangan ke Papua jadi cuma seminggu sekali? Tentunya kita tidak mau seperti itu,” ungkap Budi.
Oleh karena itu, Budi menuturkan, solusi yang ditempuh adalah melakukan subisidi silang. Untuk penerbangan pada jam-jam favorit, maskapai bisa menerapkan tarif komersial, sementara pada jam-jam non-favorit diberlakukan tarif murah. “Misalnya untuk Jakarta-Yogyakarta, penerbangan yang siang harganya sama kayak dulu (lebih murah), sementara kalau pagi itu berlaku tarif komersial,” katanya.
Dengan pola subsidi silang, maskapai tidak akan dirugikan, sementara masyarakat juga memiliki pilihan penerbangan dengan harga lebih murah. Budi mengklaim, saat ini, pola subsidi silang sudah diberlakukan di sebagian rute penerbangan, misalnya Jakarta-Yogyakarta. Dia menambahkan, dalam waktu dekat, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan membahas pemberlakuan subsidi silang untuk rute penerbangan menuju kawasan Indonesia timur, seperti Papua.
Saat memberikan pembekalan kepada kepada calon wisudawan program Pascasarjana UGM, Budi sempat mendapat keluhan dari Siska Sroyer (44), mahasiswi program Magister Akuntansi UGM yang berasal dari Timika, Papua. Siska menuturkan, selama beberapa waktu terakhir, harga tiket pesawat terbang Garuda Indonesia rute Yogyakarta-Timika naik sangat tinggi.
“Dulu harga tiket dari Yogyakarta ke Timika itu sekitar Rp 1,9 juta sampai Rp 2 juta. Tapi sekarang bisa sampai Rp 4,9 juta. Apakah tidak ada solusi bagi kami yang berada di wilayah paling timur Indonesia terkait harga tiket yang gila-gilaan ini,” kata Siska.