Monsun Asia Menguat, Hujan Lebat sampai Akhir Januari
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan lebat diprediksi akan berlangsung di sejumlah daerah di Indonesia hingga akhir Januari. Selain karena menguatnya monsun Asia, fenomena ini terjadi karena masuknya aliran udara basah dari Samudra Hindia. Masyarakat diminta mewaspadai ancaman bencana hidrometeorlogi, terutama banjir dan longsor.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) R Mulyono R Prabowo di Jakarta, Selasa (12/1/2019), mengatakan, berdasarkan analisis dinamika atmosfer, terpantau aliran massa udara basah dari Samudra Hindia masuk ke wilayah Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggars Barat, hingga Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, monsun dingin Asia juga menguat, sedangkan pada saat bersamaan, suhu muka laut di perairan Indonesia cukup hangat sehingga menyebabkan tingginya tingkat penguapan dan pertumbuhan awan.
”BMKG juga mendeteksi adanya daerah pertemuan angin yang konsisten dalam beberapa hari terakhir memanjang dari wilayah Sumatera bagian Selatan, Laut Jawa, Jawa Timur, Bali, hingga NTB dan NTT,” katanya.
Mulyono juga mengatakan, Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) melaporkan adanya tiga bibit siklon tropis di dekat wilayah Indonesia. Salah satu bibit siklon yang saat ini berada di Laut Timor berpotensi meningkat menjadi siklon tropis dalam tiga hari kedepan.
Hal ini mengakibatkan potensi cuaca ekstrem berupa angin kencang hingga di atas 25 knot di sejumlah wilayah, seperti Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.
Ada tiga bibit siklon tropis di dekat wilayah Indonesia. Salah satu bibit siklon yang berada di Laut Timor berpotensi meningkat menjadi siklon tropis dalam tiga hari ke depan.
”Melanjutkan imbauan yang telah dikeluarkan sebelumnya pada 16 Januari 2019, BMKG kembali mengimbau masyarakat agar waspada menghadapi periode puncak musim hujan. Dampak curah hujan tinggi bisa memicu bencana hidrometerologi, seperti banjir, longsor, banjir bandang, dan angin kencang yang meningkat pada akhir Januari,” katanya.
Tidak hanya hujan lebat, menurut Mulyono, masyarakat nelayan dan pesisir juga perlu mewaspadai potensi gelombang tinggi 2,5-4 meter yang diperkirakan terjadi di sejumlah perairan, di antaranya Laut Natuna Utara dan perairan Selatan Jawa.
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetya mengatakan, untuk potensi banjir rob yang dipicu pasang maksimal saat bulan super, risikonya akan berkurang setelah 22 Januari.
”Dari pantauan kami, pasang maksimal pada Senin (21/1/2019) malam menyebabkan banyak genangan karena akumulasi hujan deras yang tak mampu masuk laut dengan cepat. Ini misalnya terpantau di Pekalongan, Semarang, dan Sidoarjo,” katanya.
Musim hujan
Dari aspek klimatologi, musim hujan kali ini kemungkinan akan berlangsung hingga awal Maret 2019. ”Sebelumnya, kita memprediksi puncak musim hujan pada Januari, tetapi kemungkinan akan bergeser di Febuari dan Maret juga masih basah. Musim kemarau diprediksi baru pada bulan April,” kata Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto.
Sebelumnya, kami memprediksi puncak musim hujan pada Januari, tetapi kemungkinan akan bergeser ke Febuari dan Maret juga masih basah.
Wilayah Jakarta dan sekitarnya juga termasuk yang diprediksi akan mengalami puncak musim hujan pada Febuari. ”Untuk saat ini, curah hujan rata-rata di Jakarta dan sebagian besar wilayah Indonesia sebenarnya masih normal, bahkan cenderung di bawah normal. Namun, mulai tiga hari terakhir sudah mulai meningkat,” kata Siswanto.
Berdasarkan pemutakhiran data BMKG pada 20 Januari 2019, peningkatan akumulasi curah hujan dasarian (10 harian) akan semakin meluas pada 93 persen wilayah di Indonesia. Sebanyak 6 persen di antaranya berpotensi mendapatkan akumulasi hujan tinggi hingga Februari dasarian pertama.
Daerah yang perlu mewaspadai terkait peluang lebih dari 80 persen dapat mengalami akumulasi curah hujan di atas 150 mm per dasarian meliputi sebagian besar pesisir Sumatera Barat dan Bengkulu, bagian tengah Jawa Timur, Sulawesi Selatan bagian selatan dan utara, NTT bagian utara dan tenggara, dan Papua bagian tengah.