MAKASSAR, KOMPAS - Hingga Selasa (22/1/2019) malam, sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan masih terendam banjir akibat hujan lebat yang melanda sejak Senin (21/1) malam. Sejumlah jalan juga putus akibat longsor dan jembatan ambles. Di Kabupaten Gowa, elevasi air Bendungan Bili-Bili yang terus naik membuat pemerintah daerah setempat menetapkan status waspada.
Kondisi tersebut menyebabkan ribuan warga mengungsi untuk menyelamatkan diri. Pantauan di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Selasa, menunjukkan, banjir melumpuhkan sebagian aktivitas warga. Banjir juga terjadi di Kabupten Maros, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Barru, Takalar, dan Jeneponto.
Di Makassar, sejumlah jalan poros dan permukiman warga terendam air dengan ketinggian 30 sentimeter hingga lebih dari satu meter. Hujan disertai angin kencang sejak Senin malam membuat pohon bertumbangan di sejumlah ruas jalan.
Di Kabupaten Gowa, akses Makassar-Malino yang juga menghubungkan dengan Kabupaten Sinjai, terputus akibat longsor di wilayah sekitar Bendungan Bili-Bili. Hingga malam, ratusan kendaraan roda empat terjebak dan tak bisa melintasi jalur itu.
“Sejak siang saya di sini. Mobil tak bisa lewat, hanya motor. Saya mau pulang ke Malino. Saya habis menjenguk saudara di Gowa yang rumahnya banjir. Mereka mengungsi ke Kabupaten Bantaeng. Jika sampai malam jalan belum terbuka, saya terpaksa menginap di mobil,” kata Basaruddin (50), pengguna jalan.
Di sekitar kawasan ini, Jembatan Je’ne Lata yang menjadi jalur alternatif warga sekitar Bili-Bili menuju Sungguminasa (Gowa) dan Takalar juga putus.
“Jembatan putus tadi siang. Memang sejak beberapa hari hujan turun deras dan sejak semalam hujan nyaris tidak berhenti. Luapan air Je’ne Lata akhirnya membuat jembatan putus. Tak ada korban jiwa,” kata Nasir Daeng Daeng Bantang (55), warga Desa Moncongloe, Kecamatan Manuju, Gowa.
Sementara itu, terkait elevasi air Bendungan Bili-Bili yang terus naik, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan menetapkan status waspada. Keputusan ini diambil melalui pertimbangan dan masukan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang.
“Kami memutuskan status waspada dan meminta warga sepanjang aliran maupun hilir bendungan untuk mengungsi sementara waktu. Tinggi muka air bendungan sudah melewati batas normal dan pintu air terpaksa dibuka. Pembukaan pintu air adalah solusi paling aman walau menyebabkan banjir,” kata Adnan.
Hal ini dibenarkan Kepala BBWS Pompengan Jeneberang Teuku Iskandar. Berdasarkan data hingga pukul 17.20 WITA, elevasi air di Bili-Bili mencapai 101,85 meter. Adapun elevasi normal adalah di bawah 95 meter. Batas elevasi maksimal adalah 103 meter.
“Kami terus memantau kondisi bendungan dan menempatkan petugas pemantau. Kami juga meminta warga diungsikan untuk keselamatan mereka,” kata Iskandar.
Pantauan di sejumlah kecamatan hingga Selasa sore menunjukkan warga terus mengungsi meninggalkan permukiman. Sebagian ke rumah kerabat di lokasi aman, sebagian bahkan mengungsi ke kabupaten tetangga.
“Saya mengungsikan keluarga di rumah kerabat yang lokasinya aman. Hampir semua perempuan dan anak-anak di desa ini kami ungsikan,” kata Abdul Rauf Daeng Tunrung, warga Manuju.