JAKARTA, KOMPAS — PT Pasifik Satelit Nusantara siap merilis satelit baru, Nusantara Satu. Satelit berkapasitas 15 gigabyte per second itu ditargetkan antara lain menopang layanan internet di wilayah pelosok Indonesia.
CEO dan presiden Direktur PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso dalam kunjungan ke Kompas di Jakarta, Senin (21/1/2019), menyatakan, satelit Nusantara Satu akan diluncurkan pada 19 Februari 2019 dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, dan mengorbit pada slot orbit 1460 Bujur Timur yang dikelola oleh PSN.
Satelit Nusantara Satu dibangun oleh Space System/Loral (SSL), perusahaan pembuat satelit asal AS. Satelit Nusantara Satu yang semula dinamai PSN VI tersebut menerapkan teknologi high throughput satellite (HTS) yang memberikan layanan internet broadband dengan kapasitas 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan satelit konvensional.
”Kami ingin kekurangan layanan broadband di daerah pelosok dapat semakin teratasi dengan layanan yang terjangkau,” katanya.
Satelit Nusantara Satu merupakan satelit keenam yang dimiliki PSN dengan investasi senilai 230 juta dollar AS. Pendanaan antara lain bersumber dari lembaga kredit ekspor Kanada Export Development Canada (EDC) dan ekuitas perusahaan. PSN merupakan perusahaan telekomunikasi satelit swasta pertama di Indonesia.
Adi menambahkan, satelit merupakan infrastruktur penting untuk memenuhi kebutuhan komunikasi data dan informasi di wilayah kepulauan Indonesia. Hingga saat ini, masih terjadi ketimpangan akses digital di masyarakat, di mana masyarakat di pelosok kesulitan menjangkau layanan internet. Penyediaan layanan internet berbasis satelit dinilai tidak hanya mengatasi ketimpangan akses informasi, tetapi juga menggerakkan perekonomian daerah.
Satelit Nusantara Satu merupakan satelit keenam yang dimiliki PSN dengan investasi senilai 230 juta dollar AS.
”Permintaan layanan internet di wilayah-wilayah pelosok Indonesia sangat tinggi. Teknologi memungkinkan untuk memenuhi itu. Ada peluang memanfaatkan digital gap untuk memberikan hasil yang positif,” ujarnya.
Hingga saat ini, pihaknya telah melayani akses internet di sejumlah 2.500 desa di Indonesia. Layanan internet di daerah pelosok dinilai merupakan peluang pasar yang besar dengan pertumbuhan lalu lintas internet mencapai 10 persen per bulan.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan Tradisional Indonesia (SNTI) Cirebon Budi Laksana mengemukakan, pihaknya berharap nelayan di pelosok bisa memanfaatkan segala potensi yang tersedia dari layanan internet.